Pengembangan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dan Penguatan

170 ekspor minyak kelapa sawit meningkat sebesar 2.59 persen dan selanjutnya mempengaruhi harga domestik minyak kelapa sawit yang meningkat sebesar 1.44 persen. Kenaikan harga ekspor minyak kelapa sawit menyebabkan ekspor minyak kelapa sawit mengalami penurunan sebesar 1.69 persen yang sebagian besar diolah di dalam negeri menjadi biodiesel dan produk hilir lainnya sehingga berdampak pada peningkatan konsumsi atau permintaan domestik minyak kelapa sawit . Kenaikan produksi minyak kelapa sawit sendiri menyebabkan produksi tandan buah segar kelapa sawit meningkat sebesar 1.19 persen dan harga tandan buah segar kelapa sawit meningkat sebesar 1.22 persen. Kenaikan produksi dan harga tandan buah segar kelapa sawit memberikan insentif kepada petani dan perkebunan besar untuk memperluas perkebunan kelapa sawit sehingga luas perkebunan kelapa sawit meningkat sebesar 1.35 persen. Kenaikan pajak ekspor minyak kelapa sawit akan mendorong pengembangan industri hilir minyak kelapa sawit di Indonesia karena murahnya bahan baku minyak kelapa sawit. Pengembangan industri hilir minyak kelapa sawit menghasilkan banyak nilai tambah yang akan diterima di dalam negeri.

7.4 Pengembangan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dan Penguatan

Nilai Tukar Rupiah 10 Persen Pada skenario ketiga dilakukan simulasi kombinasi peningkatan produksi olein dan stearin sebesar 20 persen sebagai indikator kenaikan produksi biodiesel dari kelapa sawit dan penguatan nilai tukar Rupiah sebesar 10 persen. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 51 menunjukkan bahwa pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit dan penguatan nilai tukar Rupiah berdampak 171 pada penurunan kemiskinan di perkotaan sebesar 3.18 persen dan penurunan kemiskinan di perdesaan sebesar 1.03 persen sehingga secara total kemiskinan berkurang sebesar 1.75 persen. Tabel 51. Hasil Simulasi Pengembangan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dan Penguatan Nilai Tukar Rupiah 10 Persen No. Variabel Endogen Simulasi Dasar QOL Naik 20, QST Naik 20 dan ER Turun 10 Perubahan 1. Minyak Kelapa Sawit a. Produksi Minyak Kelapa Sawit 8.65 8.62 -0.37 b. Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2.89 3.04 5.26 c. Harga Domestik Minyak Kelapa Sawit 682.40 706.80 3.58 d. Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 762483.00 816510.00 7.09 e. Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5.33 4.55 -14.63 2. Minyak Goreng Sawit a. Produksi Minyak Goreng Sawit 4.87 5.12 5.17 b. Permintaan Minyak Goreng Sawit 2.05 2.04 -0.32 c. Harga Minyak Goreng Sawit 927.90 947.10 2.07 3. Perkebunan Kelapa Sawit a. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit 3.88 3.76 -3.15 b. Produksi TBS 41.65 40.31 -3.20 c. Harga TBS 212.50 229.60 8.05 4. Upah a. Upah Rata-Rata Sektor Pertanian 436178.00 436342.00 0.04 b. Upah Rata-Rata Sektor Industri 679431.00 684848.00 0.80 5. Produksi a. Produksi Sektor Pertanian 52.85 52.31 -1.02 b. Produksi Sektor Industri 98.55 105.00 6.54 6. Pertumbuhan Ekonomi 7.56 7.74 2.39 7. Permintaan Tenaga Kerja 90.69 90.91 0.24 8. Pengangguran 3.31 3.06 -7.52 9. Kemiskinan a. Kemiskinan di Perkotaan 10.63 10.29 -3.18 b. Kemiskinan di Perdesaan 20.95 20.73 -1.03 c. Kemiskinan Total 31.58 31.02 -1.75 Kemiskinan di perkotaan berkurang sebesar 3.18 persen karena terciptanya kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.39 persen dan peningkatan produksi sektor industri sebesar 6.54 persen yang meningkatkan upah rata-rata sektor industri sebesar 0.80 persen walaupun harga minyak goreng kelapa sawit naik sebesar 2.07 persen karena pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit dan penguatan nilai tukar Rupiah. Kemiskinan di perdesaan berkurang sebesar 1.03 persen karena terciptanya kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.39 persen 172 walaupun produksi sektor pertanian berkurang sebesar 1.02 persen dan produksi tandan buah segar kelapa sawit berkurang sebesar 3.20 persen namun dapat diimbangi oleh kenaikan harga tandan buah segar kelapa sawit sebesar 8.05 persen yang meningkatkan upah rata-rata sektor pertanian sebesar 0.04 persen. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat sebesar 2.39 persen karena pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit dan penguatan nilai tukar rupiah terjadi karena peningkatan produksi sektor industri yang signifikan sebesar 6.54 persen walaupun produksi sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 1.02 persen. Peningkatkan produksi dan pertumbuhan ekonomi ini berdampak kepada kenaikan permintaan tenaga kerja sebesar 0.24 persen sehingga dapat menurunkan pengangguran sebesar 7.52 persen. Pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit dan penguatan nilai tukar Rupiah sendiri berdampak cukup signifikan pada industri minyak kelapa sawit nasional dimana ekspor minyak kelapa sawit mengalami penurunan sebesar 14.63 persen karena kenaikan harga ekspor minyak kelapa sawit yang meningkat sebesar 7.09 persen akibat penguatan nilai tukar Rupiah yang juga mempengaruhi harga domestik minyak kelapa sawit sehingga meningkat sebesar 3.58 persen. Penurunan ekspor minyak kelapa sawit yang signifikan menyebabkan produksi minyak kelapa sawit mengalami penurunan sebesar 0.37 persen sementara konsumsi atau permintaan domestik minyak kelapa sawit sendiri tetap mengalami peningkatan sebesar 5.26 persen karena pengembangan biodiesel dari kelapa sawit dan industri hilir lainnya. Penurunan produksi minyak kelapa sawit sebesar 0.37 persen menyebabkan produksi tandan buah segar kelapa sawit mengalami penurunan 173 sebesar 3.20 persen dan luas areal perkebunan kelapa sawit juga berkurang sebesar 3.15 persen. Penurunan produksi tandan buah segar kelapa sawit dan berkurangnya luas perkebunan kelapa sawit menyebabkan harga tandan buah segar kelapa sawit meningkat signifikan sebesar 8.05 persen.

7.5 Pengembangan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dan Moratorium