53 Teori Pertumbuhan Baru sering digambarkan dalam persamaan sederhana
yaitu Y = AK Dornbusch et al., 2004, dimana A adalah semua faktor yang mempengaruhi teknologi dan K adalah modal fisik dan modal sumberdaya
manusia. Dalam persamaan ini tidak terdapat hasil yang semakin menurun diminishing returns atas modal, sehingga ada kemungkinan investasi modal fisik
dan modal sumberdaya manusia dapat meningkatkan produktivitas, yang berbeda dengan hasil yang semakin menurun. Hasil akhir dari teori pertumbuhan endogen
adalah diperolehnya pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan.
3.4 Dampak Pengembangan Biodiesel dari Kelapa Sawit
3.4.1 Hubungan Produksi Biodiesel dengan Harga Minyak Bumi
Banyaknya produksi biodiesel sangat berhubungan dengan harga minyak bumi. Salah satu hubungan produksi biodiesel di Amerika Serikat Hartoyo et al.,
2009 dengan harga minyak bumi dinyatakan sebagai berikut : Ln Y = 0.68 + 3.12 Ln P ..........................................................................24
dimana Y adalah produksi biodiesel dan P adalah harga minyak mentah. Dari persamaan di atas diketahui bahwa jika harga minyak mentah meningkat 1 persen
maka produksi biodiesel akan meningkat sebesar 3.12 persen. Data produksi biodiesel di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa rata-rata produksi
biodiesel meningkat 60 persen per tahun. Penelitian Lopez dan Laan 2008 di Malaysia juga menunjukkan bahwa
produksi biodiesel dari kelapa sawit dipengaruhi oleh harga minyak kelapa sawit dan harga minyak kelapa sawit sendiri juga dipengaruhi oleh harga minyak bumi
sehingga produksi biodiesel dari kelapa sawit juga dipengaruhi oleh harga minyak bumi. Harga minyak bumi sendiri selama empat tahun terakhir sejak biodiesel dari
54 kelapa sawit dikembangkan di Indonesia mengalami kenaikan rata-rata sebesar
23.88 persen. 3.4.2 Biodiesel dari Kelapa Sawit
Biodiesel secara teknologi bukanlah hal yang baru. Ketika Dr. Rudolf Diesel mengembangkan mesin diesel pertama kali tahun 1912, desainnya untuk
bahan bakar minyak kacang tanah. Minyak kacang tanah merupakan bahan bakar yang aman, tidak beracun, dapat terurai secara biologis dan dapat diperbarui serta
dapat digunakan dengan mudah pada mesin diesel yang tidak dimodifikasi Boyd et al
., 2004. Produksi biodiesel dari bahan baku yang sesuai dapat menghasilkan
keuntungan ekonomi dan lingkungan di sejumlah negara sedang berkembang, menciptakan tambahan lapangan kerja, mengurangi beban energi impor dan
membuka potensi pasar ekspor COM, 2006. Untuk Indonesia, biodiesel yang dapat digunakan berasal dari minyak kelapa sawit karena ketersediaan lahan
tanaman tersebut, kesesuaian iklim, produktivitas yang cukup baik dan jumlah produksi yang mencapai lebih dari 20 juta ton per tahun. FAO 2008 mencatat
tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan biodiesel 2500 – 6000 literha, sementara tanaman jarak pagar hanya menghasilkan biodiesel 400 – 2200 literha.
Biodiesel dari kelapa sawit diproduksi menggunakan minyak kelapa sawit crude palm oil. Minyak kelapa sawit crude palm oil yang dihasilkan dari
tandan buah segar kelapa sawit dapat diolah menjadi tiga kelompok produk yaitu Olein, Stearin dan PFAD Palm Fatty Acid Distillate. Olein dapat diolah lagi
menjadi asam lemak fatty acid, alkohol lemak fatty alcohol, minyak goreng dan biodiesel. Stearin dapat diolah lagi menjadi margarin, asam lemak fatty acid,
55 alkohol lemak fatty alcohol dan biodiesel. PFAD Palm Fatty Acid Distillate
sendiri dapat diolah lagi menjadi sabun dan tepung lemak fat powder. Dengan demikian, biodiesel dari kelapa sawit dapat dihasilkan, baik dari Olein maupun
Stearin seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Sederhana Produk Turunan dari Minyak Kelapa Sawit Sumber : SBRC, 2009
Malaysia telah memulai program pengembangan biodiesel dari kelapa sawit sejak tahun 1982 melalui riset yang dibiayai oleh iuran dari para produsen minyak
kelapa sawit di Malaysia. Pabrik biodiesel komersial resmi beroperasi tahun 2006 dan pada akhir 2007 ada 92 proyek biodiesel yang telah disetujui oleh pemerintah
Malaysia. Pengembangan industri biodiesel di Malaysia didukung secara penuh oleh pemerintah Malaysia melalui berbagai insentif pajak dan subsidi Lopez dan
Laan, 2008. Pengembangan bahan bakar nabati termasuk biodiesel dari kelapa sawit
memberikan dampak terhadap indikator makroekonomi suatu perekonomian
56 terutama terkait dengan kemiskinan, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi.
Raswant et al. 2008 menyatakan pengembangan bahan bakar nabati, walaupun ada kecemasan akan berdampak pada kenaikan harga pangan, dapat menstimulasi
pertumbuhan ekonomi terutama dari perdesaan melalui tambahan aliran modal masuk, menciptakan permintaan untuk pangan dan jasa yang membuka lapangan
kerja, menurunkan perpindahan dari perdesaan ke perkotaan dan menciptakan efek pengganda bagi perekonomian. Pengembangan bahan bakar nabati dapat
berkontribusi pada penurunan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja karena produksi bahan bakar nabati yang padat karya dapat menciptakan lapangan
kerja yang signifikan.
3.4.3 Skenario Pengembangan Biodiesel dari Kelapa Sawit