36 langsung di Turki ternyata tidak menciptakan banyak lapangan kerja baru selama
periode penelitian walaupun ekspor Turki mampu menarik banyak investasi asing langsung. Model pertumbuhan ekonomi berbasis ekspor tidak tepat untuk Turki
karena pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak mampu mengatasi masalah pengangguran yang terjadi di Turki.
2.7.2 Energi dan Pengembangan Bahan Bakar Nabati
Penelitian mengenai energi dan pengembangan bahan bakar nabati diantaranya dilakukan oleh Nkomo 2007 yang melakukan penelitian mengenai
keterkaitan antara penggunaan energi, kemiskinan dan pembangunan ekonomi di negara-negara komunitas pembangunan Afrika Bagian Selatan SADC
menggunakan model analisis deskriptif terhadap data kuantitatif yang tersedia. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar penduduk di negara-negara
komunitas pembangunan Afrika Bagian Selatan SADC tidak memiliki akses ke pelayanan dan pasokan energi dasar serta pertumbuhan ekonomi yang rendah
tidak mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, memperbaiki standar hidup keluarga dan mengurangi kemiskinan.
Gonsalves 2006 melakukan penelitian mengenai industri bahan bakar nabati di India menggunakan model analisis deskriptif terhadap data bahan bakar
nabati yang tersedia. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan bahan bakar nabati berupa bio etanol dan bio diesel di India akan memainkan peranan
yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan energi India. Pengembangan bahan bakar nabati dapat menciptakan 127.6 juta lapangan kerja untuk
perkebunan, 36.8 juta untuk pengumpulan bibit dan memperbaiki kehidupan
37 sosial masyarakat dengan meningkatnya akses masyarakat pedesaan pada
pelayanan energi. Peskett et al. 2007 melakukan penelitian mengenai dampak
pengembangan bahan bakar nabati terhadap pertanian dan penurunan kemiskinan di negara-negara OECD menggunakan model analisis deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengembangan bahan bakar nabati punya potensi memiliki peran penting dalam penurunan kemiskinan melalui efek lapangan kerja,
pengganda pertumbuhan yang lebih luas dan efek harga energi. Efek distribusional dari pengembangan bahan bakar nabati cukup krusial, antara
produsen dan konsumen, antara negara-negara surplus dan defisit panganpakanenergi.
Triyanto 2007 melakukan penelitian mengenai pengembangan bisnis biodiesel dari minyak kelapa sawit dan pengaruhnya terhadap stabilitas pasokan
minyak goreng di Indonesia menggunakan metode wawancara mendalam dan focus group discussion
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi perkembangan bisnis biodiesel dari kelapa sawit adalah faktor
politik dan faktor ekonomi. Bisnis biodiesel dari kelapa sawit memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan dengan strategi yang tepat. Jika produksi
biodiesel dari kelapa sawit dilakukan secara besar-besaran dan dalam waktu yang relatif cepat dapat mengganggu stabilitas pasokan minyak kelapa sawit untuk
minyak goreng. Susila dan Munadi 2008 melakukan penelitian mengenai dampak
pengembangan biodiesel berbasis crude palm oil terhadap kemiskinan di Indonesia menggunakan gabungan model ekonometrika dan model simulasi
38 memanfaatkan hasil-hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengembangan biodiesel berbasis crude palm oil berpengaruh positif terhadap industri crude palm oil namun berpengaruh negatif terhadap industri
minyak goreng domestik dan secara umum dapat mengurangi jumlah orang miskin walaupun relatif kecil.
Arndt et al. 2008 melakukan penelitian mengenai dampak pengembangan bahan bakar nabati terhadap kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di
Mozambique menggunakan model analisis computable general equilibrium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan bahan bakar nabati berupa bio
etanol dan bio diesel memberikan peluang untuk meningkatkan produksi di Mozambique, mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan
dan menurunkan kemiskinan di Mozambique. Hal yang perlu diperhatikan adalah intensitas pekerja terkait metode produksi yang digunakan, karena model
mengindikasikan bahwa derajat intensitas pekerja berpotensi mempengaruhi distribusi pendapatan.
Pfuderer dan Castillo 2008 melakukan penelitian mengenai dampak pengembangan bahan bakar nabati terhadap harga komoditas produk pertanian
menggunakan model general equilibrium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan bakar nabati memang memberikan tekanan pada harga komoditas produk
pertanian namun kenaikan harga komoditas ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Perubahan harga komoditas
pertanian secara historis tidak sepenuhnya direfleksikan oleh indeks harga konsumen.
39 Amatucci dan Spers 2008 melakukan penelitian mengenai alternatif bahan
bakar nabati yang dapat digunakan di Brazil melalui analisis dokumen dan wawancara mendalam dengan para stakeholder. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengalaman rakyat Brazil terhadap bio etanol dan bio diesel sangat berbeda signifikan. Bio etanol telah mencapai tahap matang sepanjang rantai nilainya
sementara biodiesel masih rapuh dan bergantung pada inisiatif kelembagaan untuk berkembang penuh.
Elbersen et al. 2008 melakukan penelitian mengenai pengembangan biodiesel di Brazil menggunakan model studi literatur dan wawancara para ahli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun secara tidak langsung, Brazil telah menjadi pemasok biodiesel utama melalui reekspor biodiesel kedelai Amerika
Serikat ke Uni Eropa dan membangun infrastruktur dan pasar untuk biodiesel yang mereka produksi dari tanaman domestik yang ada di Brazil serta menyiapkan
standar produksi biodiesel agar dapat memenuhi standar yang diterima oleh Uni Eropa. Pengembangan biodiesel dari kelapa sawit juga telah dimulai di Brazil
walaupun masih sangat kecil dan memerlukan pembukaan lahan perkebunan baru di lahan-lahan yang terdegradasi.
Lopez dan Laan 2008 melakukan penelitian mengenai pengembangan bahan bakar nabati khususnya bio diesel dari minyak kelapa sawit di Malaysia
menggunakan model analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh harga minyak
kelapa sawit dan harga minyak bumi dan sebagian besar industri biodiesel dari kelapa sawit di Malaysia 92 lisensi tidak beroperasi karena tinggi dan
berfluktuasinya harga minyak kelapa sawit. Untuk mengembangkan industri
40 biodiesel dari kelapa sawit, pemerintah Malaysia memberikan subsidi dan insentif.
Jika seluruh industri biodiesel dari kelapa sawit Malaysia beroperasi penuh, mereka dapat menghasilkan 2.7 juta ton per tahun dengan menggunakan 3 juta ton
minyak kelapa sawit, yang sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor. Hartoyo et al. 2009 melakukan penelitian mengenai dampak perubahan
permintaan crude palm oil sebagai bahan bakar alternatif nabati terhadap ketersediaan pangan dan kebijakan yang terkait menggunakan model
ekonometrika persamaan simultan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit tidak menyebabkan stabilitas
ketersediaan pangan di domestik terganggu sehingga layak untuk ditingkatkan. Pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit di dunia juga dapat
meningkatkan ekspor minyak kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel sehingga menambah devisa negara.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena penelitian ini mengkaji dampak pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit terhadap
beberapa indikator makroekonomi terutama pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan di Indonesia secara sekaligus sementara pada penelitian terdahulu
hanya mengkaji dampaknya terhadap salah satu indikator terutama dampak terhadap kemiskinan. Khusus untuk kemiskinan, penelitian ini disamping melihat
dampaknya secara total juga membedakan kajian dampaknya terhadap kemiskinan di perdesaan dan kemiskinan di perkotaan.
III. KERANGKA TEORITIS