Tentang Teori Kognisi-tingkah laku

34

3. Teori Biopsikososial-spiritual.

Secara ringkas teori biospikososial-spiritual melalui: 38

1. Aspek Biologis dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan

badan dan kesehatan anak.

2. Aspek spikologis, dapat dilihat dari perhatian, perasaan, semangat

melalui motivasi sehingga adanya rasa aman, bahagia dan kepuasan.

3. Aspek sosial, adanya hubungan sosial anak dan teman, keluarga

maupun orang lain dalam lingkungan secara positif,

4. Aspek spiritual, lebih menekankan untuk memberikan kepuasan

bathin dalam hubungan dengan kepercayaan yang diajarkan orang tua, keluarga dan lingkungan, maka faktor yang penting dipahami terhadap remaja putus sekolah adalah konsep dirinya, konsep kelompok dan pemaknaan terhadap keluarga ibuorangtua. Teori ini merupakan perspektif yang paling banyak dipergunakan dan diterima dalam berbagai aktivitas profesional pelayanan kemanusian khususnya pekerja sosial.

C. Pengertian Perilaku Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atatu tumbuh menjadi dewasa, istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencangkup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspekfungsi untuk memasuki masa 38 Miftahul Huda, Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 35. 35 dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 15-18 tahun. Jadi perilaku remaja adalah suatu tingkah laku yang dilakukan seseorang dimasa remaja baik positif maupun negatif. 39 Menurut Boner, perilaku remaja ialah suatu hubungan atau tingkah laku yang dilakukan dua orang atau lebih sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya, baik dari segi positif maupun negatif. 40 Boner membagi ke beberapa faktor yang mendasari perilaku remaja yang positif dan negatif yaitu: Faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan faktor simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. 41 1. Faktor imitasi, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi perilaku remaja. Salah satunya segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah- kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Salah satu faktor dari segi negatif yaitu, imitasi yang ditiru adalah tindakan menyimpang. Kecuali daripada itu, imitasi juga dapat melemahkan bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang. 2. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang 39 Pusat penelitian permasalahan kesejahteraan sosial badan pelatihan dan pengembangan sosial Depeartemen Sosial RI, Perilaku Remaja di Daerah Pinggiran Kota, Jakarta: BPPS Depsos RI, 2004, h. 3-5. 40 W.A Gerungan DIPL, Psikologi Sosial,Bandung: PT Eresco Bandung, 1988, h. 58. 41 Ibid, h. 59. 36 menerima dilanda emosi, dimana seseorang menghambat daya berfikir secara rasional. 42 3. Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi, oleh karena itu, kepribadian seseorang dapat terbuka atas dasar proses ini. 43 4. Faktor Simpati, Faktor dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain dalam proses memegang keinginan peran yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Inilah perbedaan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukanya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kelebihan-kelebihan atau kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh.

1. Penyebab dan Dampak Penyimpangan pada Perilaku Remaja

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan perilaku pada remaja yaitu sebagai berikut : A. Faktor internal 1 krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, 42 Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2006, h. 63. 43 Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2006, h. 63.