Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu

22 kelompok mandiri kini semakin populer dikalangan pekerja sosial karena seringkali berhasil menjadi sarana pertolongan individu-individu yang mengalami masalah. Kelompok mandiri menekankan pada: 1 pengakuan para anggotanya terhadap kelompok bahwa mereka memiliki masalah, 2 pernyataan para anggotanya kepada kelompok mengenai pengalaman-pengalaman masalahnya di masa lalu dan rencana-rencana pemecahan masalah di masa depan, 3 apabila salah seorang anggota kelompok berada krisis, anggota kelompok tersebut disarankan untuk menghubungi anggotra lain yang kemudian mendampinginya sampai krisis tersebut berkurang. 23 7. Kelompok Sosialisasi socialization Group Tujuan dibentuknya kelompok ini adalah untuk mengembangkan atau merubah sikap-sikap dan perilaku para anggota kelompok agar lebih dapat diterima secara sosial. Kelompok sosialisasi biasanya menfokuskan pada pengembangkan keterampulan sosial, peningkatkan kepercayaan diri, dan perencanaan masa depan. 8. Kelompok Penyembuhan Therapeutik Group Kelompok terapi umumnya beranggotakan orang-orang yang mengalami masalah personal dan emosional yang berat atau serius. Pemimpin kelompok ini dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang handal mengenai tingklah laku manusia dan dinamika kelompok, konseling kelompok, penggunaan kelompok sebagai sarana pengubahan tingkah laku. 9. Kelompok Sensitivitas Sensitivity Group 23 Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri-memperkuat CSR, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 40-41. 23 Kelompok ini dikenal pula dengan nama kelompok pertemuan Iencounter Group atau kelompok pelatihan Training Group. Dalam kelompok ini setiap anggota berinteraksi satu sama lain secara mendalam dan saling mengungkapkanya masalahnya sendiri secara terbuka. Tujuanya adalah untuk meningkatkan kesadaran interpersonal.

4. Terbentuknya Kelompok

Garland, Jones dan kolodny mengembangkan suatu model terbentuknya suatu kelompok. Menurutnya ada 5 tahap diantaranya : 1. Tahap pra affiliasi preafiliation Pada tahap awal ini para anggota bersikap ambivalent mendua terhadap kelompok sehingga mereka masih menjaga jarak dalam melakukan interaksi dengan anggota lainya. 2. Tahap kekuasaan dan kontrol power and control Para anggota menunjukan kekuasaan dan kontrolnya terhadap anggota lain untuk berjuang memperoleh tempat dalam kelompok. Perjuangan ini muncul manakala mereka harus melaksanakan peranan dan tanggung jawab, menetapkan norma-norma dan metode-metode pelaksanaan tugas-tugas kelompok, serta menetapkan pola-pola komunikasi dan alisansi. 3. Keintiman intimacy Kelompok mulai terlihat seperti keluarga, pemimpin terlihat seperti orang tua, dan para anggota tampak laksana saudara kandung. Perasaan kelompok kini mulai terbuka diekspresikan dan