23
Kelompok ini dikenal pula dengan nama kelompok pertemuan Iencounter Group atau kelompok pelatihan Training Group. Dalam
kelompok ini setiap anggota berinteraksi satu sama lain secara mendalam dan saling mengungkapkanya masalahnya sendiri secara terbuka. Tujuanya adalah
untuk meningkatkan kesadaran interpersonal.
4. Terbentuknya Kelompok
Garland, Jones dan kolodny mengembangkan suatu model terbentuknya suatu kelompok. Menurutnya ada 5 tahap diantaranya :
1. Tahap pra affiliasi preafiliation
Pada tahap awal ini para anggota bersikap ambivalent mendua terhadap kelompok sehingga mereka masih menjaga jarak dalam
melakukan interaksi dengan anggota lainya. 2.
Tahap kekuasaan dan kontrol power and control Para anggota menunjukan kekuasaan dan kontrolnya terhadap
anggota lain untuk berjuang memperoleh tempat dalam kelompok. Perjuangan ini muncul manakala mereka harus melaksanakan
peranan dan tanggung jawab, menetapkan norma-norma dan metode-metode
pelaksanaan tugas-tugas
kelompok, serta
menetapkan pola-pola komunikasi dan alisansi. 3.
Keintiman intimacy Kelompok mulai terlihat seperti keluarga, pemimpin terlihat seperti
orang tua, dan para anggota tampak laksana saudara kandung. Perasaan kelompok kini mulai terbuka diekspresikan dan
24
didiskusikan. Kelompok dipandang sebagai suatu tempat untuk pengembangan dan perubahan pribadi.
4. Perbedaan differentiation
Kelompok mampu
mengorganisasi diri
secara efesien.
Kepemimpinan mulai dibagi secara merata, dan masalah „perebutan‟ kekuasaan sudah sangat minimal.
5. Pemisahan separation
Tahap ini merupakan tahap pengakhiran terminasi kelompok. Tujuan kelompok telah tercapai dan para anggotanya telah mampu
belajar pola-pola tingkah laku yang baru dan konstruktif. Namun demikian, tidak jarang menimbulkan kesulitan. Para anggota
seringkali enggan untk berpisah dengan kelompok dan menunjukan perilaku regresif mundur sebagai upaya untuk mempertahankan
kehadiran dalam kelompok. Para pemimpin harus mampu memberikan dukungan emosional dan membantu para anggota
memahami bahwa mereka kini memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memasuki pengalaman sosial baru.
24
5. Proses Terapi Kelompok
Proses perencanaan dan pengimplementasian metode terapi kelompok tidaklah terlalu berbeda dengan tahap-tahap praktik pekerjaan sosial pada
umumnya. Menurut zastrow mendiskusikan tahap-tahap dalam melakukan terapi kelompok.
1. Tahap Intake
24
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri-memperkuat CSR, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 45-46.
25
Tahap ini ditandai adanya pengakuan mengenai masalah spesifik yang mungkin tepat dipecahkan melalui pendekatan kelompok.
Tahap ini disebut juga sebagai tahap kontrak antara pekerja sosial dengan klien, karena pada tahap ini dirumuskan persetujuan dan
komitmen antara mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui kelompok.
2. Tahap Asessmen dan perencanaan intervensi
Pemimpi kelompok
bersama dengan
anggota kelompok
mengidentifikasi permasalahn, tujuan0tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah.
3. Tahap penyeleksian anggota
Penyeleksi anggota harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari struktur kelompok dan
keterlibatnya dalam kelompok. 4.
Tahap pengembangan kelompok Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan
kelompok akan muncul pada tahap ini, dan akan mempengaruhi serta dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas serta relasi-relasi yang
berkembang dalam kelompok. 5.
Tahap evaluasi dan terminasi Evaluasi pada hakikatnya merupakan proses yang dinamis dan
berkelanjutan, karena evaluasi tidak selalu dilakukan pada tahap akhir suatu kegiatan. Berdasarkan hasil evaluasi dan monitoring
tersebut, dilakukan terminasi atau pengakhiran kelompok.
26
Terminasi dilakukan dengan pertimbangan dan alasan sebagai berikut:
a. Tujuan individu maupun kelompok telah tercapai. b. Waktu yang ditetapkan telah berakhir
c. Kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya. d. Keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih
anggota kelompok.
25
6. Tujuan Terapi Kelompok
Menurut Hartford dan Alissi metode terapi kelompok digunakan untuk memelihara atau memperbaiki keberfungsian personal dan sosial para
anggota kelompok dalam beragam tujuan, yakni 1 tujuan korektif, 2 tujuan preventif, 3 tujuan pertumbuhan sosial norma, 4 tujuan peningkatan
personal, 5 tujuan peningkatan partisipasi dan tanggungjawab masyarakat.
26
Menurut Gerald Corey, tujuan terapi kelompok adalah: 1 individualisasi, 2 mengembangkan rasa memiliki, 3 mengembangkan
kemampuan dasar untuk berpartisipasi, 4 meningkatkan kemampuan untuk memberikan kontribusi pada keputusan-keputusan melalui pemikiran rasional
dan penjelasan kelompok, 5 meningkatkan repek terhadap keberbedaan orang lain, dan 6 mengembangkan iklim sosial yang hangat dan penuh
penerimaan.
27
25
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri-memperkuat CSR, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 47-48.
26
Ibid, h. 38
27
Tim STKS Bandung dan Biro Humas-Departemen Sosial RI, Teknik Kelompok, Jakarta: Pustaka Societa, 2008. H. 58-61.