27
Menurut Gisela Konofka, tujuan terapi kelompok membagi menjadi 4 bagain yaitu:
28
1. Bekerjasama Ketika sebuah kelompok sudah dibentuk maka diperlukan anggota
kelompok adalah bekerjasama dan untuk mengajarkan anggota- anggota kelompok untuk mengenal bahwa anggota perlu
bekerjasama dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kelompok tersebut.
2. Bertukar Perasaan Bertukar perasaan dalam kelompok sangat diperlukan agar
kelompok tersebut lebih mengenal karakter didalam anggota kelompok.
3. Memperkenalkan diri dengan orang lain Pemimpin
kelompok bisa
meminta anggotanya
untuk memperkenalkan diri dengan berbagai cara. Misalnya, mereka bisa
memperkenalkan diri sebagai orang yang mereka inginkan nantinya setelah mengikuti sesi akhir. Sehingga orang lain merasakan apa
yang mereka harapkan dari sebuah kelompok dan memberi mereka untuk membuka diri.
4. Kemampuan berhubungan dengan orang lain Anggota dibantu untuk melakukan sosialisasi berhubungan
dengan anggota yang lain. Dengan cara latihan berhubungan saling berbicara atau bercakap-cakap satu dengan yang lainnya.
28
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri-memperkuat CSR, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 38.
28
7. Prinsip-prinsip Terapi Kelompok
Setiap jenis kelompok memiliki karakteristik sendiri yang khas sehingga proses pembentukan maupun pelaksanaan kegiatanya memiliki
standar tertentu yang spesifik. Dibawah ini dikemukakan beberapa prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan terapi kelompok.
29
1. Pertimbangan karateristik kelompok secara tepat dan proposional agar proses kegiatan kelompok berjalan dengan baik, pekerja sosial
harus mampu
mempertimbangkan berbagai
aspek dalam
pembentukan kelompok, seperti komposisi kelompok, ukuran kelompok, dan durasi kelompok.
2. Usahakan agar setiap anggota kelompok mengenal satu sama lain. Gunakan icebreaker exercise atau permainan untuk meningkatkan
keakraban. 3. Identifikasi tujuan personal dan tujuan kelompok. Setiap individu
yang bergabung dengan kelompok tentunya memiliki tujuan pribadi yang seringkali berbeda dengan tujuan kelompok. Galilah tujuan-
tujuan yang bersifat pribadi tersebut dan kemudian diikuti dengan penjelasan mengenai tujuan kelompok.
4. Tumbuhkan fungsi kepemimpinan diantara anggota kelompok. Meskipun untuk beberapa tipe kelompok tertentu diperlukan
seorang pemimpin profesional, misalnya pekerja sosial. 5. Gunakan prosedur pembuatan keputusan yang paling sesuai dengan
jenis dan masalah kelompok.
29
Ibid, h. 48.
29
6. Tumbuhkan suasana kerjasama daripada kompetitif. Pada tahap awal pembentukan kelompok dimana masing-masing anggota masih
memiliki „kecemasan‟ pribadi, para anggota biasanya menunjukan „kekuatan‟ dan „pertahanan dirinya masing-masing. Suasana
kompetitif yang mengarah pada konflik ini perlu diganti dengan suasana kerjasama dan saling pengertian.
7. Tumbuhkan pemahaman
bahwa keberbedaan
dan konflik
merupakan hal yang wajar dan alamiah. 8. Usahakan agar anggota kelompok yang menunjukan sikap destruktif
dan bermusuhan dapat dikurangi. 9. Ciptakan suasana komunikasi yang terbuka dan jujur. Seperti halnya
pada konseling kelompok individu, permasalahan klien tidak akan dapat dipecahkan apabila mereka tidak mau mengakui dan
mengungkapkan permasalahan pada konselor. Begitu pula dengan terapi kelompok, individu yang senang sentiasa menyembunyikan
masalahnya tidak akan pernah dapat dibantu dicarikan jalan keluarnya, dengan pertolongan pekerja sosial yang ahli sekalipun.
10. Berikan perhatian yang saksama terhadap sesi pengakhiran. Setelah bertemu dan berinteraksi secara intensif dalam waktu yang relatif
lama, para anggota kelompok umumnya menunjukan keegganan untuk berpisah dengan kelompoknya meskipun target dan tujuan
perubahan telah tercapai. Karenanya, pekerja sosial harus mengupayakan agar para anggota kelompok dapat mengerti dan