46
frekuensi ketepatan subjek yang stabil atau cenderung naik yaitu ≤ 14 item soal benar yang apabila dalam perolehan skor yaitu 70 serta durasi waktu
pengerjaan siswa dalam menjawab soal semakin menurun atau semakin sedikit secara stabil selama proses penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media replika bangun datar berpengaruh dalam pemahaman konsep bangun datar untuk anak tunanetra buta total kelas 1 SD di SLB
Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
E. Kerangka Pikir
Anak tunanetra mengalami hambatan visual sehingga kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Anak tunanetra di SLB Negeri 1 Bantul
Yogyakarta merupakan anak tunanetra buta total. Anak tidak memiliki pengalaman visual sehingga dalam penerimaan dan pemahaman informasi
dari lingkungan sekitar dengan menggunakan optimalisasi indera lain yang berfungsi dengan baik seperti taktual dan pendengaran.
Keterbatasan anak tunanetra pada aspek pengalaman visual, mengakibatkan pemahaman konsep terhadap hal-hal yang konkret hingga
abstrak sulit diterima oleh anak secara menyeluruh. Anak mengalami kesalahan konsep dan persepsi terhadap suatu objek atau proses kerja yang
berdampak pada pemahaman konsep dalam berbagai pembelajaran. Hal ini dialami oleh anak tunanetra buta total kelas 1 SD di SLB Negeri 1 Bantul
Yogyakarta yang kesulitan memahami konsep bangun datar dengan benar dan tepat. Kesulitan yang dialami subjek yaitu terlihat ketika meraba persegi
47
atau persegi panjang, siswa kesulitan mengidentifikasi dan membedakan sehingga hanya menyebutkan bangun datar yang diraba dengan istilah segi
empat. Selain itu, siswa hanya menyebutkan bola atau bulat ketika diminta meraba bangun datar lingkaran. Ketika diminta mengelompokkan bangun
datar sesuai dengan jenis dan bentuknya, siswa masih kesulitan mengelompokkan antara persegi dan persegi panjang sehingga kedua bangun
datar tersebut tercampur dan tidak sesuai dengan kelompok bentuknya. Kesulitan memahami konsep bangun datar dengan benar oleh subjek,
perlu diperbaiki dengan menggunakan media pembelajaran yang konkret dan dapat diraba oleh anak yaitu media replika bangun datar. Media replika
memiliki kelebihan berupa menciptakan pengalaman konkret yang dapat membantu anak tunanetra memahami hal-hal abstrak. Pada anak tunanetra
kelas rendah, penyampaian ilmu pengetahuan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh anak apabila menggunakan media yang konkret. Oleh
karena itu, media replika bangun datar diharapkan dapat membantu anak untuk mengenal dan memahami konsep bangun datar dengan sensitifitas
sensoris perabaannya. Peneliti menggunakan media replika bentuk bangun datar yaitu bangun datar yang terbuat dari bahan MDF dan ditempelkan pada
karton dengan keterangan-keterangan singkat mengenai jenis dan sisi bangun datar untuk membantu mempermudah anak memahami konsep bangun datar
dengan benar. Penggunaan media replika bangun datar dapat membantu anak untuk
memahami bentuk dan unsur bangun datar dengan memanfaatkan indera
48
perabaannya. Ketepatan penggunaan media akan memberikan dampak positif terhadap pemahaman anak dan terhadap jalannya proses pembelajaran. Jadi,
media replika bangun datar diharapkan memberikan pengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep bangun datar siswa tunanetra buta total kelas
1 SD di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Anak Tunanetra Keterbatasan Anak Tunanetra
dalam visual menyebabkan rentang jenis pengalaman
terbatas
Kemampuan Pemahaman Konsep Bangun Datar Rendah
yaitu sulit mengenali dan menamai bangun datar dengan
benar Keunggulan Media Replika
Bangun Datar
Penggunaan media replika bangun datar dalam
pemahaman konsep bangun datar yang tepat
Media replika bangun datar berpengaruh terhadap
pemahaman konsep bangun datar anak tunanetra buta total
49
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
“Penggunaan media replika bangun datar berpengaruh positif terhadap kemampuan pemahaman konsep bangun datar pada anak tunanetra buta total
kelas 1 di SLB 1 Bantul Yogyakarta yang ditandai dengan perubahan perilaku akademik berupa frekuensi ketepatan yang bertambah dan durasi waktu
menjadi lebih pendek dalam mengerjakan tes pemahaman konsep bangun datar”.