Langkah-langkah Penggunaan Media Replika Bangun Datar

43 dengan benda yang ada di kehidupan sehari-hari dan berada di sekitar anak sehingga anak dapat meraba dan memahaminya dengan tepat. d. Kegiatan tersebut diulangi lagi dengan bentuk bangun datar yang berbeda sampai seluruh bentuk bangun datar telah di eksplorasi oleh anak dan dipahami dengan tepat. e. Apabila telah selesai, kemampuan anak di evaluasi dengan menjawab soal atau tes, mengidentifikasi dan mengelompokkan bangun datar berdasarkan bentuknya.

D. Kajian mengenai Evaluasi Pemahaman Konsep Bangun Datar

Evaluasi merupakan tolak ukur untuk mengukur keberhasilan program yang diterapkan. Mimin Haryati 2007: 17 mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan identifikasi untuk melihat ketercapaian suatu program yang telah direncanakan. Evaluasi mengenai pemahaman konsep bangun datar pada siswa termasuk dalam penilaian ranah kognitif. Nana Sudjana 2005: 22 menyebutkan penilaian dalam ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada penilaian konsep bangun datar pada subjek anak tunanetra di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta yaitu dibatasi pada aspek pemahaman anak mengenai konsep bangun datar. Daryanto 2005: 106-107 mengemukakan bahwa dalam aspek pemahaman meliputi juga aspek pengetahuan, bentuk soal yang cenderung digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa adalah soal pilihan 44 ganda dan uraian. Kemampuan pemahaman dijabarkan menjadi tiga tahapan, yaitu: a Menerjemahkan, meliputi memahami teori dan kondisi konkret, megilustrasikan proses dan mengenali atau menamai objek atau materi ajar; b Menginterpretasi, kemampuan untuk mengenal dan memahami serta menafsirkan suatu objek dan c Mengekstrapolasi, tahap ini menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi seperti memperhitungkan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, dll. Pada penelitian ini, evaluasi kemampuan pemahaman konsep bangun datar pada subjek tunanetra kelas rendah yang digunakan sebatas pada tahap pemahaman awal yaitu menerjemahkan dan menginterpretasi. Evaluasi pemahaman konsep berkaitan dengan kompetensi dasar yaitu anak mampu mengenali, menamai, mengidentifikasi dan mengelompokkan bangun datar sederhana meliputi sifat karakteristik dan bentuk setiap bangun datar persegi, persegi panjang, lingkaran dan segitiga. Evaluasi pemahaman konsep bangun datar dilaksanakan melalui tes. Hal tersebut untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep bangun datar pada anak. Tes yang digunakan yaitu jenis pilihan ganda dan jawab singkat. Mimin Haryati 2007: 50-51 menyatakan bentuk tes pilihan ganda dan jawab singkat dengan penskoran bersifat obyektif. Cara mengukur pemahaman konsep bangun datar subjek tunanetra buta total yaitu dengan memberikan 20 butir soal yang terdiri dari pilihan ganda dan jawab singkat untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep bangun datar. Hasil jawaban subjek diperiksa dan diolah data. Sukardi 2012: 130 memaparkan cara menilai tes 45 pilihan ganda dengan tidak memperhitungkan jawaban salah dan tidak mempengaruhi nilai pada jawaban benar. Hal tersebut berlaku pula pada tes dengan jawab singkat. Skoring atau teknik penilaian yaitu jawaban yang diperoleh siswa apabila benar 0,5 dan apabila salah 0 N = Nilai B = Jumlah jawaban benar Hasil tes subjek mengenai pemahaman konsep bangun datar dengan 20 item soal yaitu 12 soal pilihan ganda dan 8 soal isian singkat diolah dengan menggunakan rumus: Pada data penelitian, hasil tes subjek diolah datanya dengan mempertimbangkan frekuensi ketepatan subjek dalam durasi waktu pengerjaan yang telah ditentukan untuk menjawab soal tes pemahaman konsep bangun datar. Hal tersebut untuk menilai pengaruh penggunaan media replika bangun datar terhadap kemampuan pemahaman konsep bangun datar pada subjek anak tunanetra buta total pada kelas 1 SD di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta. Indikator keberhasilan penggunaan media replika bangun datar dalam pemahaman konsep bangun datar yaitu apabila media replika berpengaruh positif terhadap kemampuan pemahaman konsep bangun datar pada siswa dalam menjawab soal tes yang berjumlah 20 item. Hal tersebut terlihat dari N = B 46 frekuensi ketepatan subjek yang stabil atau cenderung naik yaitu ≤ 14 item soal benar yang apabila dalam perolehan skor yaitu 70 serta durasi waktu pengerjaan siswa dalam menjawab soal semakin menurun atau semakin sedikit secara stabil selama proses penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media replika bangun datar berpengaruh dalam pemahaman konsep bangun datar untuk anak tunanetra buta total kelas 1 SD di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

E. Kerangka Pikir

Anak tunanetra mengalami hambatan visual sehingga kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Anak tunanetra di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta merupakan anak tunanetra buta total. Anak tidak memiliki pengalaman visual sehingga dalam penerimaan dan pemahaman informasi dari lingkungan sekitar dengan menggunakan optimalisasi indera lain yang berfungsi dengan baik seperti taktual dan pendengaran. Keterbatasan anak tunanetra pada aspek pengalaman visual, mengakibatkan pemahaman konsep terhadap hal-hal yang konkret hingga abstrak sulit diterima oleh anak secara menyeluruh. Anak mengalami kesalahan konsep dan persepsi terhadap suatu objek atau proses kerja yang berdampak pada pemahaman konsep dalam berbagai pembelajaran. Hal ini dialami oleh anak tunanetra buta total kelas 1 SD di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta yang kesulitan memahami konsep bangun datar dengan benar dan tepat. Kesulitan yang dialami subjek yaitu terlihat ketika meraba persegi