Frekuensi Ketepatan Analisis Data
                                                                                115
1 Baseline-1,  kecenderungan  arah  pada  fase  baseline-1  yaitu  sejajar
=,  hal  tersebut  berarti  pada  baseline-1  tidak  ada  perubahan kemampuan atau kecenderungan arah sejajar.
2 Intervensi,  kecenderungan  arah  pada  fase  intervensi  yaitu  naik  +,
hal  tersebut  berarti  bahwa  adanya  perubahan  perilaku  akademik subjek ke arah yang positif selama diberikan intervensi yaitu berupa
penggunaan media replika bangun datar. 3
Baseline-2,  kecenderungan  arah  pada  fase  baseline-2  yaitu  sejajar =,hal  tersebut  berarti  pada  baseline-2  tidak  ada  perubahan
kemampuan atau kecenderungan arah sejajar. c.
Kecenderungan Stabilitas Data 1
Baseline-1,  stabilitas  data  yaitu  100  setelah  melalui  perhitungan yang dilampirkan pada lampiran. Stabilitas data 100 berarti bahwa
pada  fase  baseline-1  seluruh  data  berada  pada  rentang  stabil  yang telah ditentukan yaitu 7,4 sampai pada 8,6 yang berarti bahwa ketiga
data pada baseline-1 stabil. 2
Intervensi,  stabilitas  data  yaitu  16,67  setelah  melalui  perhitungan yang dilampirkan pada lampiran. Stabilitas data 16,67 berarti pada
fase  intervensi  hanya  ada  satu  dari  enam  data  yang  berada  pada rentang  stabil  yang  telah  ditentukan  yaitu  13,67  sampai  pada  16,67
yang berarti bahwa hanya ada satu data yang stabil, dengan kata lain data pada fase intervensi bervariabel.
116
3 Baseline-2,  stabilitas  data  yaitu  100  setelah  melalui  perhitungan
yang  dilampirkan  pada  lampiran.  Stabilitas  data  100  berarti  pada fase  baseline-2  seluruh  data  berada  pada  rentang  stabil  yang  telah
ditentukan yaitu 16,65 sampai pada 19,35 yang berarti bahwa ketiga data pada baseline-2 stabil.
d. Jejak Data
1 Baseline-1,  jejak  data  pada  fase  baseline-1  yaitu  sejajar  =,  hal
tersebut berarti pada baseline-1 tidak terjadi perubahan data dari satu sesi ke sesi selanjutnya sehingga disebut sejajar atau tetap.
2 Intervensi, jejak data pada fase intervensi yaitu naik +, hal tersebut
berarti  bahwa  pada  fase  intervensi  terjadi  perubahan  perilaku akademik  subjek  ke  arah  yang  positif  yang  terlihat  dari  perubahan
semakin bertambahnya frekuensi ketepatan dan skor subjek dari satu sesi  ke  sesi  selanjutnya  selama  diberikan  intervensi  yaitu  berupa
penggunaan media replika bangun datar. 3
Baseline-2,  jejak  data  pada  fase  baseline-2  yaitu  sejajar  =,hal tersebut berarti pada baseline-2 tidak terjadi perubahan data dari satu
sesi ke sesi selanjutnya sehingga disebut sejajar atau tetap. e.
Level dan Stabilitas Rentang 1
Baseline-1,  stabilitas  rentang  merupakan  jarak  antara  data  sesi pertama  dengan  data  sesi  terakhir  yang  ada  pada  fase  baseline-1
yaitu 8-8.
117
2 Intervensi,  stabilitas  rentang  merupakan  jarak  antara  data  sesi
pertama dengan data sesi terakhir yang ada pada fase intervensi yaitu 10-20.
3 Baseline-2,  stabilitas  rentang  merupakan  jarak  antara  data  sesi
pertama  dengan  data  sesi  terakhir  yang  ada  pada  fase  baseline-2 yaitu 18-18.
f. Perubahan Level
1 Baseline-1,  perubahan  level  menunjukkan  besar  perubahan  atau
selisih  antara  data  sesi  pertama  dengan  data  sesi  terakhir  yang  ada pada  fase  baseline-1  yaitu  8-8=  0  yang  berarti  tidak  ada  perubahan
level  atau  perubahan  kemampuan  pemahaman  konsep  bangun  datar pada fase baseline-1.
2 Intervensi,  perubahan  level  menunjukkan  besar  perubahan  atau
selisih  antara  data  sesi  pertama  dengan  data  sesi  terakhir  yang  ada pada fase intervensi  yaitu 20-10=+10  yang berarti ada  perubahan
level  atau  perubahan  kemampuan  pemahaman  konsep  bangun  datar pada fase intervensi yaitu ada peningkatan 10 poin pada kemampuan
pemahaman  konsep  bangun  datar  dengan  menggunakan  media replika bangun datar.
3 Baseline-2,  perubahan  level  menunjukkan  besar  perubahan  atau
selisih  antara  data  sesi  pertama  dengan  data  sesi  terakhir  yang  ada pada fase baseline-2 yaitu 18-18= 0 yang berarti tidak ada perubahan
118
level  atau  kemampuan  pemahaman  konsep  bangun  datar  pada  fase baseline-2
. Perhitungan secara rinci dari ke-6 analisis data  dalam kondisi tersebut
terlampir pada lampiran di halaman 193. Setelah dilakukan perhitungan dalam  kondisi,  maka  dilanjutkan  dengan  perhitungan  analisis
antarkondisi yang tergambar pada tabel data berikut ini:
Tabel  19.  Data  Akumulasi  Hasil  Analisis  Antarkondisi  Frekuensi Ketepatan  Mengerjakan  Tes  Pemahaman  Konsep  Bangun  Datar
Subjek
Perbandingan Kondisi BA
A’B
1.
Jumlah  variabel  yang diubah
1 1
2.
Perubahan kecenderungan arah dan efeknya
=           + +             =
3.
Perubahan kecenderungan stabilitas
Stabil ke variabel Variabel ke stabil
4.
Perubahan level
8 - 10 = -2 membaik
20- 18 = +2 menurun
5.
Presentase Overlap
0:6 x 100= 0 0:3 x 100= 0
Berdasarkan analisis data dari tabel di atas dapat diketahui bahwa: a.
Jumlah Variabel yang Diubah 1
Pada  analisis  antarkondisi  baseline-1  dengan  intervensi,  jumlah variabel  yang  diubah  satu  yaitu  kemampuan  pemahaman  konsep
bangun datar. 2
Pada  analisis  antarkondisi  intervensi  dengan  baseline-2,  jumlah variabel  yang  diubah  satu  yaitu  kemampuan  pemahaman  konsep
bangun datar. b.
Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya
119
1 Pada  analisis  antarkondisi  baseline-1  dengan  intervensi,
kecenderungan perubahan arah yaitu dari sejajar pada fase baseline-1 sampai  pada  menaik  ke  arah  positif  yaitu  adanya  peningkatan
frekuensi  ketepatan  subjek  dalam  mengerjakan  tes  pemahaman konsep  bangun  datar  setelah  diberikan  intervensi  yaitu  penggunaan
media replika bangun datar. 2
Pada  analisis  antarkondisi  intervensi  dengan  baseline-2, kecenderungan arah pada fase intervensi yaitu naik + sampai pada
stabil  atau  sejajar  di  fase  baseline-2.  Hal  tersebut  berarti  bahwa adanya  perubahan  perilaku  akademik  subjek  ke  arah  yang  positif
selama  diberikan  intervensi  yaitu  berupa  penggunaan  media  replika bangun  datar  dan  selanjutnya  pada  fase  baseline-2  tidak  ada
perubahan  kemampuan  berupa  frekuensi  ketepatan  yang  stabil  dan tetap.
c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas
1 Pada  analisis  antarkondisi  baseline-1  dengan  intervensi,  perubahan
kecenderungan stabilitas yaitu dari frekuensi ketepatan yang stabil di fase baseline-1 berubah menjadi variabel atau cenderung tidak stabil
pada fase intervensi. 2
Pada  analisis  antarkondisi  intervensi  dengan  baseline-2,  perubahan kecenderungan stabilitas pada fase intervensi yaitu bervariabel yang
berarti frekuensi ketepatan berubah-ubah semakin bertambah di fase
120
intervensi,  sedangkan  pada  fase  baseline-2  frekuensi  ketepatan subjek stabil dan tetap.
d. Perubahan Level
1 Pada  analisis  antarkondisi  baseline-1  dengan  intervensi,  perubahan
level yang terjadi yaitu adanya perbaikan 2 poin pada fase intervensi jika dibandingkan dengan fase baseline-1. Hal tersebut berarti bahwa
pemberian intervensi berupa penggunaan media replika bangun datar dapat  memberikan  pemahaman  konsep  bangun  datar  pada  subjek
yang  terlihat  dari  frekuensi  ketepatan  subjek  dalam  menjawab  tes pemahaman konsep bangun datar yang meningkat di fase intervensi.
2 Pada  analisis  antarkondisi  intervensi  dengan  baseline-2,  perubahan
level  yang terjadi  yaitu  adanya penurunan pada  fase baseline-2 jika dibandingkan  dengan  fase  intervensi.  Hal  tersebut  berarti  bahwa
frekuensi  ketepatan  subjek  dalam  mengerjakan  tes  pemahaman konsep  bangun  datar  menurun  atau  berkurang  pada  fase  baseline-2
yaitu  berkurang  2  poin  setelah  tidak  diberikan  perlakuan  berupa penggunaan media replika bangun datar.
e. Presentase Overlap
1 Pada  analisis  antarkondisi  baseline-1  dengan  intervensi,  tidak
terdapat  data  frekuensi  ketepatan  dalam  menjawab  tes  pemahaman konsep  bangun  datar  yang  tumpang  tindih  overlap.  Hal  tersebut
berarti  bahwa  pemberian  intervensi  berupa  penggunaan  media replika bangun datar berpengaruh positif dalam  pemahaman konsep
121
bangun  datar  pada  subjek  yang  terlihat  dari  frekuensi  ketepatan subjek dalam menjawab tes pemahaman konsep bangun datar.
2 Pada  analisis  antarkondisi  intervensi  dengan  baseline-2,  tidak
terdapat  data  frekuensi  ketepatan  dalam  menjawab  tes  pemahaman konsep  bangun  datar  yang  tumpang  tindih  overlap.  Hal  tersebut
berarti  bahwa  pemberian  intervensi  berupa  penggunaan  media replika bangun datar berpengaruh positif dalam  pemahaman konsep
bangun  datar  pada  subjek  yang  terlihat  dari  frekuensi  ketepatan subjek  dalam  menjawab  tes  pemahaman  konsep  bangun  datar  pada
fase  intervensi  dan  fase  baseline-2  setelah  diberikannya  intervensi tersebut.
Perhitungan secara rinci dari ke-6 analisis data  dalam kondisi tersebut terlampir pada lampiran di halaman 197.