29 memerlukan
beberapa pertimbangan
diantaranya pencahayaan,
kebisingan, rangsangan visual, serta suhu dan kualitas udara. Dari sisi lain, perlu memperhatikan prinsip penyusunan kelas dan gaya
penyusunan. Prinsip penyusunan kelas dapat memperhatikan beberapa hal, yaitu visibility, accesbility, fleksibilitas, kenyamanan, dan
keindahan. Prinsip-prinsip tersebut dapat menjadi pedoman guru untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif dan nyaman untuk kegiatan
pembelajaran. Kemudian, untuk menciptakan lingkungan fisik kelas yang kondusif juga perlu memperhatikan gaya penyusunan kelas karena
dapat berpengaruh pada semangat dan antusias siswa mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
c. Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
Siswa membutuhkan lingkungan yang positf untuk mendukung proses pembelajaran. Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk
menciptakan lingkungan yang positif, diantaranya strategi umum dalam pengelolaan kelas, cara-cara untuk menerapkan peraturan, dan strategi
yang positif untuk membuat siswa bekerja sama John W. Santrock, 2009: 264.
Pertama, strategi umum dalam menciptakan lingkungan positif untuk pembelajaran dapat dilihat dari gaya mengelola kelas. Berbagai
macam gaya mengelola kelas yang bisa dilakukan oleh guru untuk menciptakan lingkungan positif untuk pembelajaran. John W. Santrock
30 2013: 566-567 mengatakan bahwa gaya mengelola kelas yang dapat
digunakan guru, yaitu ada gaya otoriter, permisif, dan demokratis. 1
Gaya Mengelola Kelas yang Demokratis Strategi demokratis dalam mengelola kelas mendorong siswa
untuk menjadi pemikir dan pelaku yang mandiri, tetapi masih melibatkan pemantauan yang efektif. Guru yang demokratis
melibatkan siswa dalam banyak aktivitas verbal dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Tim Portal Informasi Pendidikan
Sekolah Dasar 2009 mengatakan bahwa gaya manajemen guru yang demokratis lebih mungkin terbinanya sikap persahabatan guru
dan siswa dengan dasar saling mempercayai. 2
Gaya Mengelola Kelas yang Otoriter Gaya ini bersifat membatasi dan menghukum. Guru yang
otoriter menempatkan batas dan kendali yang tegas terhadap siswa serta memiliki sedikit pertukaran verbal dengan siswa. Hal ini
membuat siswa merasa tertekan saat mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu, penanaman sikap positif dari diri
siswa juga akan terganggu. Siswa di dalam kelas yang otoriter cenderung pasif, tidak bisa
memulai aktivitas,
mengungkapkan kecemasan
tentang perbandingan sosial, dan memiliki keterampilan komunikasi yang
buruk. Oleh karena itu, gaya manajemen kelas yang otoriter tidak harus diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
31 3
Gaya Megelola Kelas yang Permisif Gaya mengelola ini siswa diberi banyak kebebasan, tetapi
memberi mereka sedikit dukungan untuk mengembangkan keterampilan belajar atau mengatur perilaku mereka. Siswa yang
terdapat di kelas permisif cenderung memiliki keterampilan akademis yang tidak memadai dan pengendalian diri yang rendah.
Kedua, menerapkan peraturan di mana kelas tanpa panduan tentang perilaku yang tepat cenderung kacau dan tidak produktif.
Menetapkan batasan-batasan perilaku di kelas dapat meningkatkan lingkungan belajar yang lebih produktif. John W. Santrock 2009: 220
mengatakan bahwa ada berbagai strategi yang dapat digunakan, yaitu meninjau secara periodik kegunaan peraturan dan prosedur yang ada
dan mengakui perasaan siswa tentang persyaratan-persyaratan di kelas. Senada dengan pendapat Asep Jihad dan Suyanto 2013: 97
menyatakan bahwa beberapa saran agar aturan yang dibuat dan disepakati bersama dapat diterapkan dengan cara:
1 Membuat aturan seminimal dan sejelas mungkin
Aturan yang hendak dibuat sebaiknya jelas dan langsung pada inti aturan.
2 Memberikan hadiah atau hukuman yang masuk akal
Terangkan secara jelas kewajiban yang harus dikerjakan. Berikan pula pengertian kepada siswa yang bermasalah secara
32 efisien bahwa mereka yang memegang kendali atas kemampuan dan
perilaku masing-masing. 3
Banyaklah Berkomunikasi dengan Siswa Selalu komunikasikan dengan siswa secara baik-baik segala
hal yang diterapkan pada mereka. Melakukan komunikasi secara berulang akan menggerakkan siswa untuk melakukan kewajiban
dengan kemauan sendiri. 4
Bekerja Sama dengan Siswa Setelah aturan dibuat oleh guru dan siswa, maka aturan
tersebut berlaku untuk keduanya. Hal ini sejalan dengan Ummu Hany Almasitoh 2012, strategi
dalam menerapkan batasan untuk siswa, yaitu: 1
Aturan dan prosedur harus masuk akal dan dibutuhkan Aturan dan prosedur yang dibuat harus tepat untuk kelas
tersebut dan mempunyai dasar yang kuat. Misalnya, seorang guru yang membuat aturan bahwa semua siswa harus datang tepat waktu
dan bagi siswa yang terlambat akan dikenai sanksi, sebaiknya guru tersebut menjelaskan alasan aturan tersebut pada siswa.
Jika terlambat, maka siswa mungkin akan kehilangan materi pelajaran yang penting. Dari alasan tersebut, maka siswa pasti tidak
akan mengulangi perbuatan perilaku buruk dan akan berusaha untuk datang tepat waktu. Lebih baik memberikan alasan tersebut daripada
memarahi siswa.
33 2
Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami Aturan
yang dibuat
harus dijelaskan
maksud dan
dideskripsikan agar siswa benar-benar memahami materi. Sebaiknya, guru melibatkan siswa dalam membuat aturan sehingga dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa untuk mematuhi aturan tersebut.
3 Aturan dan prosedur harus konsisten dengan tujuan pengajaran dan
pembelajaran Pastikan bahwa aturan dan prosedur yang dibuat tidak akan
mengganggu proses pengajaran dan pembelajaran. Sebagian guru menginginkan kelas yang tenang, sehingga siswa dilarang untuk
berinteraksi dengan teman lain, hal ini tentu tidak cocok diterapkan dalam pembelajaran dengan model kolaboratif.
Ketiga, mengajak siswa untuk bekerja sama di mana ada tiga strategi utama, yaitu mengembangkan hubungan positif dengan siswa,
membuat siswa berbagi dan memikul tanggung jawab, serta menghargai perilaku yang pantas.
1 Mengembangkan Hubungan yang Positif dengan Siswa
Menjalin hubungan yang positif dengan siswa dapat dilakukan dengan menunjukkan perhatian yang tulus pada siswa sebagai
individu sehingga mereka mau diajak bekerja sama. Guru yang memberikan perhatian meski hanya hal-hal kecil saja bisa membuat
siswa merasa bahwa guru memperhatikan dan siswa menjadi merasa
34 nyaman didekat guru. Hal ini sejalan dengan John W. Santrock
2013: 571 menyatakan bahwa perhatian menyebabkan kelas dirasakan aman dan nyaman bagi siswa dan merasa diperlakukan
secara adil. Dalam hal ini, ternyata kenyamanan kelas dapat melalui guru memberikan perhatian. Selain itu, Lilik Firdayati 2015
menjelaskan bahwa guru yang bisa menjadi sahabat siswa juga mampu menciptakan atmosfer belajar yang hangat, mengasyikkan,
membangkitkan semangat, dan menancapkan kepercayaan diri bagi siswa.
Sebuah studi dari Emmer, dkk John W. Santrock, 2009: 269 menemukan bahwa selain memiliki peraturan dan prosedur yang
efektif, para pengelola kelas yang berhasil juga menunjukkan sikap perhatian terhadap siswa. Jeanne Ellis Ormrod 2009: 214-215,
strategi-strategi ini harus menjadi inti dalam usaha guru untuk memiliki hubungan kerja yang produktif dengan siswa sehingga
hubungan guru dan siswa menjadi dekat, yaitu: a
Komunikasikan secara rutin kepedulian dan respek kepada siswa sebagai individu
Guru dapat menunjukkan sikap peduli dan menghargai siswa sebagai individu melalui hal-hal kecil yang dapat dilakukan.
Misalnya, dapat memberi mereka sebuah senyum dan salam hangat di pagi hari, memuji mereka ketika memiliki sepatu baru,
unggul dalam ekstrakurikuler, ataupun bersikap sopan kepada
35 guru. Diamond, dkk Jeanne Ellis Ormrod, 2009: 214
mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat bermanfaat bagi siswa yang kurang mengalami hubungan kasih sayang di rumah.
b Ingatlah bahwa kepedulian dan respek melibatkan lebih dari
sekedar menunjukkan afeksi Sikap peduli yang dimiliki guru sangatlah penting untuk
siswa karena mampu menciptakan rasa hangat dan lembut saat siswa di samping guru.
Sikap peduli yang ditunjukkan oleh guru dalam hal kecil dapat menjadi sesuatu hal spesial bagi siswa. Sejalan dengan pendapat
Ummu Hany Almasitoh 2012, ada beberapa pedoman pengajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan hubungan yang positif
dengan siswa, yaitu sebagai berikut: a
beri siswa sapaan “selamat pagi” yang ramah, b
luangkan waktu walaupun singkat untuk bertatap muka dan membicarakan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan siswa,
c tuliskan catatan ringkas yang bersisi dorongan bagi siswa,
d sering-seringlah memanggil siswa dengan namanya,
e tunjukkan semangat pada siswa, bahkan ketika akan pulang
sekolah, pada akhir pekan, ataupun akhir tahun pelajaran, f
bersikap lebih terbuka sehingga siswa bisa lebih memandang guru sebagai individu. Tetapi juga jangan terlalu berlebihan
dalam membuka diri, g
menjadi pendengar aktif yang menyimak apa yang dikatakan siswa meskipun yang dikatakan tersebut hanya masalah sepele,
h biarkan siswa tahu bahwa guru akan selalu membantu, dan
i ingat bahwa membangun hubungan yang positif dan saling
percaya itu akan membutuhkan waktu. Hal ini terutama berlaku bagi siswa yang berasal dari lingkungan yang beresiko yang
mungkin tidak mudah percaya pada guru.
36 2
Membuat Siswa Berbagi dan Memikul Tanggung Jawab Beberapa ahli tentang mengelola kelas berpendapat bahwa
berbagi tanggung jawab dengan siswa untuk membuat keputusan kelas meningkatkan komitmen siswa terhadap keputusan tersebut
John W. Santrock, 2009: 270. Selain itu, siswa juga akan belajar bahwa tanggung jawab yang mereka miliki, harus dilaksanakan
dengan baik. Oleh karena itu, pemberian sanksi saat siswa tidak menjalankan tanggung jawab juga diperlukan agar siswa menjadi
lebih mengerti alasan harus bertanggung jawab. Eko Triyanto 2013 menyatakan bahwa:
siswa yang lalai dari tanggung jawabnya perlu diberi hukuman
agar tidak
mengulanginya lagi
sekaligus memberikan peringatan kepada siswa lain agar tidak lalai dari
tanggung jawab. Sebaliknya, mereka yang berhasil
menunaikan tanggung jawab, patut mendapat apresiasi meskipun sederhana berupa pujian atau doa.
Ada beberapa pedoman menurut Ummu Hany Almasitoh 2012 yang dapat dilakukan untuk mengajak siswa berbagi dan
mengemban tanggung jawab di kelas, yaitu sebagai berikut. a
Libatkan siswa dalam perencanaan dan implementasi inisiatif sekolah dan kelas
Partisipasi ini akan membantu kebutuhan siswa untuk merasa percaya diri dan saling memiliki. Selain itu, dapat melatih
siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran karena dapat mengekspresikan apa yang ingin dilakukan.
37 b
Dorong siswa untuk menilai tindakan mereka sendiri Daripada memberi penghakiman atas perilaku siswa, lebih
baik ajukan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa untuk mengevaluasi perilaku sendiri.
c Jangan menerima alasan siswa melakukan kesalahan
Alasan biasanya dimaksudkan untuk menghindari tanggung jawab. Sebaiknya, guru tidak mendiskusikan alasan siswa
melakukan kesalahan, namun guru menanyakan pada siswa tentang apa yang akan mereka lakukan, jika situasi yang sama
terjadi. d
Beri waktu agar siswa mau menerima tanggung jawab siswa tidak akan berubah menjadi anak yang bertanggung
jawab dalam sekejap saja. Banyak perilaku menyimpang siswa yang terbentuk sejak lama dan dibutuhkan waktu untuk
mengubah. 3
Memberikan Penghargaan untuk Perilaku yang Pantas Memberikan penghargaan kepada siswa yang mempunyai
perilaku baik merupakan salah satu cara mengelola kelas dengan baik. Hal tersebut dikarenakan dapat dijadikan dorongan agar siswa
yang belum melakukan perilaku baik akan menjadi termotivasi. Sahala Saifuddin, 2014: 80 menyatakan bahwa pada saat guru
ingin membina tingkah laku yang positif, maka berikan penguatan positif, sedangkan untuk menghilangkan dan menghentikan tingkah
38 laku negatif, maka gunakan peringatan atau berikan sanksi sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan. Sejalan dengan Les Parsons 2009: 50, konsekuensi harus sesuai dengan perilaku tersebut dan
harus bertujuan untuk mendorong timbulnya perilaku yang patuh. John W. Santrock 2009: 270 mengatakan bahwa beberapa
pedoman dalam menggunakan penghargaan mengelola kelas, sebagai berikut:
a Memilih Penguat yang Efektif
Guru sebaiknya mencari penguat yang paling cocok untuk siswa dan sesuaikanlah penguatan tersebut dengan siswa yang
mana. Untuk satu siswa, sebaiknya penghargaan paling efektif, yaitu dengan pujian. Melalui pujian, siswa menjadi lebih
percaya diri dengan sikap yang dilakukan. Ingatlah bahwa aktivitas yang menyenangkan sering kali sangat berharga untuk
mendapatkan kerja sama dari siswa. b
Menggunakan Dorongan dan Pembentukan secara Efektif Menunggu siswa untuk tampil dengan sempurna, mereka
tidak akan bisa melainkan dengan menggunakan dorongan dan membentuk
perilaku siswa
dengan cara
memberikan penghargaan atas peningkatan yang dicapai. Beberapa dorongan
bisa berupa petunjuk atau peringatan. Sedangkan, pembentukan melibatkan pemberian penghargaan bagi seorang siswa untuk
perilaku tertentu yang dituju.
39 Keempat, menciptakan iklim psikologis efektif di mana hubungan
guru dan siswa saling terjaga merupakan hal penting bagi iklim kelas secara keseluruhan, yaitu lingkungan psikologis umum yang mewarnai
interaksi kelas. Brand, dkk Jeanne Ellis Ormrod, 2008: 216-217 menyatakan bahwa guru pasti menginginkan siswa merasa nyaman,
membuat pelajaran menjadi prioritas yang tinggi serta bersedia mengambil resiko dan membuat kesalahan demi kesuksesan akademik
jangka panjang. Asep Sapa’at 2012: 200 menjelaskan bahwa dalam
upaya pemberdayaan potensi otak siswa dapat dengan cara menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.
Untuk mewujudkan itu, maka guru juga perlu memperhatikan bagaimana iklim di kelas karena itu akan berpengaruh pada prestasi
siswa. Hal ini sejalan dengan Tarmidi 2006 bahwa prestasi belajar siswa juga ditentukan oleh kualitas iklim psikologis di mana mereka
belajar. Hal tersebut juga akan mempengaruhi psikologis siswa karena jika iklim psikologis mendukung, maka siswa akan merasa nyaman dan
semangat dalam mengikuti pembelajaran. Berikut ini beberapa strategi yang dapat dilakukan menurut
Jeanne Ellis Ormrod 2008: 216-217: 1
Bangunlah suasana yang berorientasi tujuan, menyerupai bisnis, namun tidak menakutkan
Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan
tidak boleh
membosankan, melainkan harus menarik dan menyenangkan.
40 Suasana kelas menyerupai bisnis, artinya tidak lupa dengan tujuan
utama sekolah. Jadi, kegiatan pembelajaran yang dilakukan tetap menekankan pada tujuan utama sekolah, namun dengan menciptakan
dan mempertahankan
suasana kelas
yang menarik
dan menyenangkan. Hiburan juga tetap diperlukan, tetapi bukan menjadi
tujuan utama sekolah. 2
Komunikasikan dan tunjukkan bahwa tugas sekolah dan pokok bahasan akademik itu berharga
Guru menyampaikan pesan kepada siswa tentang nilai dari pelajaran di sekolah bukan hanya sekedar ucapan melainkan juga
dengan tindakan. Guru seharusnya menunjukkan bagaimana kaitan topik-topik di kelas dengan dunia luar. Jika guru menilai
pembelajaran dengan cara-cara yang mensyaratkan pembelajaran bermakna dan elaborasi, dan berfokus pada seberapa baik performa
tiap siswa berkembang, guru telah menunjukkan kepada siswa bahwa materi pelajaran dapat meningkatkan kualitas hidup siswa.
Inilah yang akan membuat siswa sedikit demi sedikit dapat memahami pentingnya tiap pelajaran yang diterima.
3 Berilah siswa kesempatan untuk mengendalikan aktivitas-aktivitas
kelas Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara mandiri dan memilih cara terbaik untuk belajar serta menunjukkan penguasaan materi di kelas.
41 4
Minimalkan persaingan di antara para siswa Siswa akan lebih produktif melalui kerja sama, bukan saling
bersaing. Selain dapat saling mendukung menguasai materi di kelas, tetapi juga dapat menjaga hubungan pertemanan yang penting bagi
perkembangan sosial dan psikologis siswa. 5
Tingkatkan rasa kebersamaan dan keterjalinan Sikap kebersamaan dan keterjalinan sangat diperlukan bagi
siswa karena dapat membuat siswa memandang dirinya sebagai anggota kelas yang penting dan berharga. Guru dan siswa memiliki
tujuan yang sama, saling menghargai dan mendukung usaha, serta percaya bahwa setiap orang dapat memberikan kontribusi yang
penting bagi pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan Lina Kato 2015 yang menyatakan bahwa
untuk menciptakan iklim psikologis yang efektif, hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru antara lain:
a mengkomunikasikan adanya penerimaan, penghargaan, dan
perhatian terhadap siswa, b
menciptakan lingkungan kelas yang berfokus pada pencapaian tujuan akhir,
c mensosialisasikan materi pelajaran yang akan disampaikan,
d memberi kebebasan kepada siswa untuk mengontrol sendiri
aspek-aspek dalam kehidupan kelas, dan e
menciptakan suasana yang saling menghargai, saling berbagi, dan saling mendukung satu sama lain.
Siswa mencapai tingkatan yang lebih tinggi di kelas ketika mereka memiliki suatu perasaan kebersamaan, yaitu ketika mereka
berbagi tujuan bersama serta saling menghargai dan mendukung usaha
42 satu sama lain. Hal tersebut yang dapat menunjang terciptanya
lingkungan positif untuk pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian di atas tentang menciptakan lingkungan yang
positif untuk pembelajaran, yaitu dibagi menjadi empat cara, yaitu strategi umum dalam pengelolaan kelas, cara untuk menerapkan
peraturan, strategi yang positif untuk membuat siswa bekerja sama, dan menciptakan iklim psikologis yang efektif. Strategi umum yang dapat
dilakukan, yaitu dengan memperhatikan gaya mengelola yang dipilih. Gaya mengelola kelas, meliputi demokratis, otoriter, dan permisif.
Cara untuk menerapkan peraturan dapat dengan meninjau kembali peraturan yang ada, dibuat dengan jelas, dan adanya saling kerja sama
antara guru dan siswa. Sedangkan, untuk mengembangkan hubungan positif dengan siswa dengan memberikan perhatian dan rasa peduli
kepada siswa dimulai dari hal yang sederhana. Perhatian di atas menyebabkan kelas terasa aman dan nyaman bagi siswa dan mereka
merasa diperlakukan secara adil. Hal terakhir dalam menciptakan lingkungan positif untuk
pembelajaran, yaitu menciptakan iklim psikologis yang efektif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menjalin kebersamaan,
menciptakan lingkungan kelas yang berfokus pada tujuan akhir, memberikan kebebasan pada siswa, menciptakan suasana saling
menghargai, berbagi, dan mendukung satu sama lain, serta meminimalkan persaingan. Jika cara tersebut dapat dilakukan oleh guru,
43 maka guru mampu mengelola kelas dengan baik terhadap berbagai
karakteristik siswa.
d. Menjadi Seorang Komunikator yang Baik