83 menciptakan suasana kelas terlihat kondusif. Sikap antusias pun terlihat
dari guru tidak pernah lemas selama mengajar. Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah
serta observasi yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa rata-rata guru di SD Negeri Minomartani 2 cukup mampu
menerapkan prinsip hangat dan antusias kepada siswa dengan cara masing-masing. Namun, beberapa kelas masih terlihat kurang kondusif
saat kegiatan pembelajaran dimulai. Berbagai cara yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas secara efektif dengan prinsip hangat dan
antusias berbeda-beda. Cara yang dilakukan, yaitu melalui apersepsi, bersikap adil, berbicara hal-hal positif, selalu memberikan nasehat, dan
membimbing siswa yang belum menguasai materi. Selain itu, memperhatikan tiap siswa, memberikan kenyamanan siswa melalui
bernyanyi dan bermain tepuk, berpenampilan menarik dan ceria, serta selalu semangat saat mengajar.
b. Tantangan
Setiap siswa sangat menyukai beberapa tantangan yang mengusik rasa ingin tahu. Kemampuan guru untuk memberikan tantangan kepada
siswa dapat meningkatkan semangat belajar sehingga hal itu dapat mengurangi kemungkinan munculnya perilaku yang menyimpang.
Untuk mengembangkan rasa ingin tahu pada siswa, peneliti melakukan wawancara kepada guru dengan hasil bahwa guru mempunyai cara
yang berbeda-beda. Hasil wawancara guru Trn menggunakan apersepsi
84 sehingga siswa akan terpancing untuk saling mengungkapkan pendapat.
Hal tersebut dikarenakan dengan cara guru memancing berbagai pertanyaan, maka siswa baru bisa mengeluarkan pendapat masing-
masing. Berbeda dengan guru berkata,”Siapa yang mau bertanya?” Trn : Kalau ditanya-tanya gitu, mereka baru keluar. Kalau
ditanya,”siapa yang mau bertanya?” Mereka tidak mau, kita yang harus memancing mereka.
Selanjutnya, hasil wawancara guru Dw dengan memberikan pertanyaan yang cukup sulit untuk siswa sehingga siswa akan mencari
jawaban dengan berbagai cara. Cara ini sama dengan yang dilakukan oleh guru kelas III dan IV dengan melalui berbagai pertanyaan yang
belum diketahui siswa. Lna : Kadang ngasih pancingan-pancingan pertanyaan yang
mereka gak tahu, tapi yang menarik. Terkadang bisa di luar pelajaran yang itu berhubungan. Bisa juga sesuai
dengan hobi mereka. 11 Mei 2016
Prh : Saya selalu menyampaikan beberapa pertanyaan baik yang sesuai dengan pelajaran maupun yang gak. Nanti dengan
beberapa pertanyaan itu kan, nanti timbul bermacam- macam pertanyaan pada anak. Sehingga nanti akan ada
pengembangan. Pengembangan dari satu bertanya, dan pengembangan untuk dia yang bertanya. 2 Mei 2016
Hasil wawancara guru Umt diperoleh informasi bahwa siswa kelas V sudah terlalu aktif dalam hal bertanya sehingga guru tidak perlu
memberikan motivasi ataupun tantangan kepada siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Kemudian, hasil wawancara guru
Nrl berupa permainan kuis dengan reward agar siswa berlomba-lomba untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Kuis yang
diberikan jangan terlalu mudah agar siswa berusaha mencari jawaban=,
85 terutama melalui membaca buku. Dari situlah secara tidak langsung
dapat membuat siswa menjadi membaca buku. Hasil wawancara guru diperkuat dengan pendapat siswa kelas I-
VI yang diperoleh informasi bahwa siswa diberi kuis sebelum pelajaran dimulai breakfast dan akan pulang sekolah. Selain itu, beberapa guru
menyisipkan permainan di kelas sehingga siswa kelas I dan VI mempunyai semangat belajar yang tinggi. Namun, kelas II-V terkadang
merasa lemas dan bosan di kelas. Hasil wawancara guru dan siswa diperkuat oleh pendapat dari
kepala sekolah yang mengatakan bahwa guru kelas I-VI 80 sudah mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Cara yang dilakukan
dengan melalui apersepsi atau pancingan pertanyaan yang meminta siswa untuk berlomba menjawab. Hal itu dapat membuat siswa menjadi
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah diperkuat
dengan hasil observasi selama peneliti melakukan pengamatan tentang prinsip pemberian tantangan siswa di kelas. Hasil observasi 28 April, 3
Mei, dan 9 Mei 2016, guru Trn, Dw, dan Ln memberikan berbagai pertanyaan bertingkat dan memberikan soal-soal. Dilihat dari hasil
observasi tersebut, siswa kelas I lebih banyak yang ingin menjawab dan menyelesaikan soal yang diberikan. Namun, siswa kelas II dan III
hanya beberapa siswa yang mau menjawab pertanyaan dan menyelesaikan soal yang diberikan. Observasi yang dilakukan di kelas
86 IV pada tanggal 28 April dan 7 Mei 2016 di mana guru Prh kurang
mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa karena dari berbagai pancingan pertanyaan, hanya dua siswa yang mau menjawab. Selain itu,
banyak siswa yang tidak mempunyai keinginan untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Hasil observasi tanggal 10 Mei 2016, guru Umt memberikan pertanyaan dadakan setelah siswa membaca bacaan dan melihat film
sehingga semua siswa berlomba-lomba untuk mencari jawaban. Tanggal 14-16 Maret 2016, guru Nrl memberikan tantangan pada siswa
melalui berbagai pancingan pertanyaan, memberikan soal, dan memberikan kuis dadakan di mana siswa yang bisa menjawab akan
terbebas dari hukuman. Selain itu, melakukan diskusi tentang penggunaan alat tradisional menggunakan metode Teams Games
Tournaments TGT, dan menceritakan kembali isi film yang telah dilihat sehingga rasa ingin tahu siswa meningkat. Hal ini dapat terlihat
melalui antusias siswa saat menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali isi film yang telah dilihat.
Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah serta observasi yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa prosentase rata-rata guru mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa, yaitu 80. Beberapa cara yang telah dilakukan guru membuat
rasa ingin tahu siswa menjadi meningkat terutama siswa kelas I, V, dan VI. Adapun cara yang dilakukan guru untuk memberikan tantangan
87 pada siswa berbeda-beda, yaitu memberikan berbagai pertanyaan
bertingkat yang
bersifat mendadak,
menggunakan apersepsi,
memberikan soal-soal latihan, permainan kuis dengan menggunakan reward, dan penggunaan metode Teams Games Tournaments TGT.
c. Bervariasi