105 mengelilingi meja, saling berhadapan, dan berderet ke belakang.
Namun, siswa kelas I dan IV mengatakan bahwa guru tidak pernah mengubah posisi meja dan kursi.
Hasil wawancara guru dan siswa diperkuat dengan pendapat kepala sekolah mengatakan bahwa rata-rata guru pernah mengubah
posisi meja dan kursi siswa, namun ada pula kelas yang posisi meja dan kursi hanya berderet ke belakang terus tanpa inovasi. Ada juga yang
mengubah menjadi huruf U, huruf L, dua meja jadi satu dan kursi mengelilingi meja, dan saling berhadapan.
Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa sebagian
guru sudah memperhatikan gaya penyusunan tiap kelas. Guru mengubah tempat duduk siswa menjadi huruf U, leather L, dua meja
dijadikan satu dan kursi mengelilingi meja, saling berhadapan, dan berderet ke belakang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dari
posisi tempat duduk yang tidak monoton akan membuat siswa menjadi tidak bosan dan segala aktivitas pembelajaran menjadi lebih terkendali.
3. Menciptakan Iklim Belajar yang Positif
a. Strategi Umum
Strategi umum dalam menciptakan lingkungan positif untuk pembelajaran dapat dilihat dari gaya mengelola kelas. Gaya mengelola
kelas di SD N Minomartani 2 lebih condong menggunakan gaya mengelola kelas demokratis di mana siswa dilibatkan dalam banyak
106 aktivitas pembelajaran. Guru Trn mengatakan bahwa menggunakan
gaya demokratis dengan selalu memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat dan bertukar ide. Guru Dw, Ln, dan Prh menggunakan
gaya permisif, otoriter, dan demokratis karena menyesuaikan dengan kondisi siswa. Guru Dw, Ln, dan Prh menunjukkan gaya otoriter saat
banyak siswa yang ramai, gaya permisif digunakan untuk siswa yang bisa diatur atau saat guru sakit, dan gaya demokratis membebaskan
siswa untuk bertanya. Guru Umt menggunakan gaya membebaskan siswa untuk menentukan pilihan tugas yang akan dikerjakan. Guru Nrl
membuat keputusan bersama dengan siswa dan melibatkan siswa setiap kegiatan pembelajaran.
Hasil wawancara guru diperkuat dengan pendapat siswa yang mengatakan bahwa siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan
pendapat dan bertukar ide selama kegiatan pembelajan. Siswa selalu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran dan guru selalu mendengarkan
pendapat yang disampaikan oleh siswa. Hasil wawancara guru dan siswa diperkuat oleh pendapat kepala sekolah yang mengatakan bahwa
rata-rata guru di SD Negeri Minomartani 2 menggunakan gaya mengelola kelas demokratis. Hal itu ditunjukkan dengan penataan ruang
tidak semaunya sendiri dan siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat.
Hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah diperkuat dengan hasil observasi yang telah peneliti lakukan. Observasi pada 15
107 Maret 2016, guru Nrl membebaskan siswa untuk mengeluarkan
pendapat. Observasi 30 April, guru Trn membebaskan siswa untuk menyampaikan pendapat, guru Dw membebaskan siswa untuk bertanya
tentang materi yang kurang jelas, dan guru Ln membebaskan siswa untuk membantu guru menjawab soal. Observasi pada 10 Mei 2016,
guru Prh membebaskan siswa untuk bertanya dan guru Umt membebaskan siswa untuk menyampaikan pendapat.
Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah serta observasi yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa guru di SD Negeri Minomartani 2 lebih condong menggunakan gaya mengelola kelas yang demokratis. Hal itu dikarenakan guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan pendapat dan melibatkan siswa dalam aktivitas pembelajaran.
b. Menerapkan Peraturan