Analisis Aktor dan Faktor Pemberdayaan TKLNTKLN

125

5.2. Analisis Aktor dan Faktor Pemberdayaan TKLNTKLN

Purna Pada Bab 4 telah diuraikan tentang bagaimana pemberangkatan bekerja TKLN dan aliran remitan yang dihasilkan dapat bermanfaat terhadap perbaikan kondisi sumberdaya alam di daerah asal. Dalam mekanisme tersebut, banyak stakeholder yang terlibat sehingga dimungkinkannya perbaikan sumberdaya alam tidaklah hanya tergantung pada TKLNTKLN purna saja. Berbagai pihak turut dan berpotensi terlibat dalam hal ini, mulai dari calon TKLNTKLN purna itu sendiri, Dinas Ketenagakerjaan, Depnakertrans melalui BP3TKI, pihak KBRI dan KJRI, berbagai calo yang terlibat dalam pemberangkatan TKLN di daerah asal, lembaga PPTKIS resmi yang memberangkatkan TKLN ke luar negeri hingga calon majikan yang berada di luar negeri. Beragam stakeholder tersebut tersebar dalam berbagai aras, mulai dari rumahtangga TKLN hingga aras internasional. Dalam berbagai dimensi, beragam Desa Komunitas Kabupaten Provinsi Nasional Keluarga Individu TKLN PPTKIS Dinas Ketenagakerjaan SBMC Calo Depnakertrans- BNP2TKI Internasional KBRI-KJRI Pengguna Jasa TKLN di Luar Negeri dan Agency SDA Dinas Ketenagakerjaan dan BP3TKI Gambar 5.2. Peta Stakeholder sebagai Unit Analisis Kajian 126 stakeholder ini memiliki keterkaitan dan kepentingan dengan pemberangkatan bekerja TKLN ke luar negeri serta pemberdayaan mereka yang dapat berdampak bagi perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan di daerah asal. Pada Gambar 5.2. digambarkan peta stakeholder yang terlibat yang menjadi unit analisis berdasarkan setiap satuan aras serta posisinya baik sebagai aspek internal maupun eksternal dalam penyusunan strategi pemberdayaan TKLNTKLN purna bagi perbaikan sumberdaya alam dan lingkungan di daerah asal. Selanjutnya, dari pemetaan stakeholder yang terlibat, penyusunan strategi pemberdayaan TKLN dirancang dengan terlebih dahulu melakukan FGD bersama berbagai stakeholder tersebut. Dari sini, proses FGD kemudian berhasil memetakan sejumlah faktor yang dinyatakan sebagai kebutuhan dari setiap stakeholder guna tercapainya pemberdayaan TKLNTKLN purna bagi perbaikan sumberdaya alam dan lingkungan permukiman di daerah asal. Identifikasi kebutuhan ini selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan metode Interpretative Structural Modelling ISM sebagai kerangka pengembangan kebijakan pemberdayaan TKLN dalam rangka perbaikan pualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal. Penjelasan selengkapnya disajikan pada Bab 6. Selain identifikasi kebutuhan aktor, FGD juga merumuskan sejumlah alternatif strategi yang dipandang perlu untuk ditempuh terkait pencapaian tujuan pemberdayaan TKLNTKLN purna bagi perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman di daerah asal. Beberapa alternatif strategi yang dihasilkan ini selanjutnya dianalisis dan ditetapkan menjadi strategi kebijakan dengan menggunakan metode AHP Analytical Hierarchy Process. Metode AHP ini digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang berkenaan dengan masalah pemberdayaan TKLNTKLN purna untuk perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal karena dapat membantu menyederhanakan permasalahan yang kompleks dan tidak terstruktur, serta bersifat strategis dan dinamis. Penyederhanaan dilakukan dengan membuat struktur variabel dalam suatu hirarki tertentu. Pertama, dilakukan penyusunan struktur hirarki strategi pemberdayaan TKLN untuk perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman 127 daerah asal berdasarkan keterkaitan elemen-elemen yang menjadi bagian dari lingkup permasalahan tersebut. Struktur hirarki disusun dalam 4 empat tingkatan, yaitu: sasaran goal, faktor, pelaku aktor, dan alternatif strategi kebijakan yang akan dibuat. Struktur hirarki strategi pemberdayaan TKLN untuk perbaikan kualitas SDA dan lingkungan permukiman daerah asal ini disajikan pada Gambar 5.3. Tingkatan pertama merupakan sasaran goal dari permasalahan yang akan diselesaikan, yaitu strategi pemberdayaan TKLN untuk perbaikan SDA lingkungan. Tingkatan kedua merupakan aktor yang terkait dan dapat mempengaruhi strategi pemberdayaan TKLN untuk perbaikan SDA lingkungan, yaitu: 1 TKLN; 2 PPTKIS; 3 Pemerintah Pusat dan Daerah; 4 Lembaga Keuangan; 5 Masyarakat Daerah Asal; 6 Sponsor; dan 7 LSM. Tingkatan ketiga merupakan faktor-faktor yang dianggap dapat mendukung tercapainya tujuan strategi pemberdayaan TKLN untuk perbaikan Kualitas SDA Aksi Pemberdayaan TKLN dalam rangka Perbaikan Kualitas SDA dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal Pemerintah Pusat dan Daerah TKLN PPTKIS Lembaga Keuangan Masyarakat Daerah Asal Sponsor LSM Kemudahan Proses Penempatan di Luar Negeri Kepastian Regulasi Kebijakan Publik untuk Kepulangan Infrastruktur Kelembagaan Pembiayaan Mutu TKLN Memperkuat Sistem Informasi Pendampingan Kelestarian SDA dan Lingkungan Manajemen Kolaboratif Multistakeholder Pemberian Informasi Kerja Yang Benar Mengembangkan Kelembagaan Peningkatan Pendampingan TKLN Gambar 5.3. Struktur Hirarki Pemberdayaan TKLN Keputusan Strategis untuk Perbaikan Kualitas SDA dan Lingkungan Permukiman 128 dan lingkungan permukiman daerah asal yaitu 1 Kemudahan Proses Penempatan di Luar Negeri; 2 Kepastian regulasi; 3 Kebijakan Publik untuk Kepulangan; 4 Infrastruktur Kelembagaan Pembiayaan; 5 Mutu TKLN; 6 Memperkuat Sistem Informasi; dan 7 Pendampingan Kelestarian SDA dan Lingkungan. Sedangkan tingkat keempat menunjukkan alternatif strategi yang mungkin dipilih dalam mencapai tujuan, yaitu 1 Manajemen Kolaboratif Multistakeholder; 2 Pemberian Informasi Kerja yang Benar; 3 Pengembangan Kelembagaan; dan 4 Peningkatan Pendampingan TKLN. 5.3. Prioritas Elemen Komponen 5.3.1. Elemen Aktor