34 ini relevan dengan pendapat Leonard Barton 1995, bahwa “aktivitas
membangun pengetahuan perlu diimpor dari lingkungan eksternal”. Untuk terwujudnya knowledge creation masih perlu ditunjang oleh sumber
daya manusia yang berkualitas, karena bagaimana seorang individu dapat membaca dan mengamati fenomena yang terjadi dalam dan di luar organisasinya,
kemudian melahirkan insiatif dan gagasan-gagasan baru serta bagaimana individu dapat mengkonklusikan pengalaman-pengalaman berharganya, kemudian
menyampaikannya secara tajam kepada individu-individu lainnya, bila logika berpikir dan penalarannya terhadap suatu fenomena masih rendah. Jadi perlu
seleksi pegawai yang lebih ketat, kemudian diberi pelatihan-pelatihan secara mendalam sebelum melakukan suatu tugas. Kualitas sumberdaya manusia tersebut
mencakup: 1 knowledge dan skills; 2 tingkat keaktifan; 3 integritas.
2.6. Sistem Manajemen Lingkungan
Peraturan-peraturan baru yang berhubungan dengan sistem pengelolaan lingkungan telah diimplementasikan hampir setiap hari di sebagian besar negara
di dunia. Bagi pengelola lingkungan, untuk memutuskan sistem apa yang harus di desain dan bagaimana penerapannya secara efektif dari segi biaya selalu
merupakan tantangan yang harus dihadapi Kuhre, 1996. Seringkali dalam pengelolaan lingkungan hal-hal yang menyangkut
organisasi diabaikan begitu saja. Perhatian yang diberikan terutama pada aspek- aspek teknis dari pengawasan lingkungan dengan mengabaikan segi manusia dan
organisasi. Hal ini sangat berbahaya terutama bila melihat fakta bahwa hal-hal yang menyangkut lingkungan, seperti limbah berbahaya dapat menjadi topik yang
sangat emosional. Hampir semua referensi mengenai pengelolaan lingkungan memberikan perhatian yang sangat kecil pada hal-hal organisasi yang dapat
menjadi sangat sensitif. Pada waktu-waktu lalu banyak organisasi yang menganggap dan
memperlakukan bagian lingkungan sebagai anak tiri atau sesuatu yang jahat. Hasilnya, beberapa program mereka seringkali tidak dimengerti, tidak diidukung
dalam segi dana, kekurangan personil, dan hampir tidak memperoleh penghargaan, dukungan, atau pengarahan dari menajemen puncak.
35 Adanya keterkaitan antara dunia komunitas dan lingkungannya telah
disadari sejak dilaksanakan Conference on Human and Environment oleh PBB pada tahun 1972 di Stokholm, yang kemudian dilanjutkan di Nairobi pada tahun
1982. Konferensi tersebut melahirkan pemikiran bahwa pembangunan industri yang tidak terkontrol akan mempengaruhi kelangsungan dunia usaha dan
komunitas di sekitarnya Djajadiningrat, 1997. Pada akhirnya, Inggris telah mengeluarkan standar menajemen lingkungan
yang pertama kali di dunia pada tahun 1992, yaitu British Standard BS 7750. Sementara itu Komisi Uni Eropa mulai memberlakukan Eco-Manegement and
Audit Scheme EMAS pada tahun 1993. Dengan diberlakukannya EMAS
tersebut, BS 7750 direvisi dan kembali ditetapkan pada tahun 1994. Beberapa negara Eropa yang lain juga mulai mengembangkan standarisasi manajemen
lingkungan Kuhre, 1996. Di tingkat internasional dengan dorongan dari kalangan dunia usaha,
Internasional Standarization Organization ISO dan Internasioal
Electrotechnical Commision IEC membentuk Strategic Advisory Group on the
Environment SAGE pada bulan Agustus 1991. SAGE merekomendasikan kepada ISO mengenai perlu suatu Technical Committee TC yang khusus
bertugas untuk mengembangkan suatu seri standar manajemen lingkungan yang berlaku secara internasional Kuhre, 1996. Pada tahun 1993 ISO membentuk
panitia teknik TC 207 yang bertanggung jawab tentang masalah standar manajemen lingkungan, yang kemudian melahirkan konsep standar ISO seri
14000. Penggabungan standar pengelolaan lingkungan ke dalam ISO akan menjadikan pengelolaan lingkungan sebagai salah satu bidang operasional yang
penting sama pentingnya dengan bagian-bagian lainnya meski masih banyak yang menganggap status ini belum terjamin, kecuali para konsumen. Sejalan dengan
berlalunya waktu dan makin disadarinya manfaat yang diperoleh dari program lingkungan yang agrasif, pendapat-pendapat tersebut akan segera berubah.
Terlebih lagi, di bawah standar yang baru, sertifikasi lingkungan ingin diperoleh dan dipertahankan bila produk yang dihasilkan ingin dipasarkan dengan sukses.
Sertifikasi dapat dikoordinasikan oleh bagian lingkungan atau menjadi suatu usaha gabungan dari bagian mutu dan lingkungan. Faktor-faktor yang
36 mempengaruhi keputusan yang berkaitan dengan siapa yang memimpin usaha
tersebut adalah pengalaman teknis, ukuran organisasi, banyaknya pekerjaan yang diperlukan untuk memperoleh sertifikasi, dan tingkat tumpang tindih fungsional
antara kedua bagian. Bagian manapun yang terpilih untuk memimpin harus bekerja bahu-membahu dengan bagian lainnya.
Dalam konteks penelitian yang akan dilakukan, sistem manajemen lingkungan tidak dipahami dalam pendekatan yang telah berkembang dan
disepakati oleh organisasi bisnis. Namun, sebagai bagian dari lingkungan sosial dari organisasi atau pola pengelolaan daerah. Proses kepergian dan kepulangan
tenaga kerja dipandang akan melahirkan pelaku-pelaku pembangunan yang inovatif dan bernilai pada masa mendatang. Pada jangka panjang unsur tersebut,
akan mewujudkan sistem pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dalam basis kawasan atau yang tidak terpisahkan dari pembangunan daerah. Hal ini
kemudian akan berpengaruh besar pada penemuan kesimbangan antara memanfaatkan dengan menjaga sumberdaya alam suatu kawasan. Inovasi dan
kreativitas dari berbagai pelaku di kawasan atau daerah tersebut akan membantu masyarakat mencapai suatu keunggulan kompetitif dalam dimensi pembangunan
berkelanjutan.
2.7. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat