Peran Faktor Demografi Dalam Migrasi Internasional

11 total penduduk dunia, namun dampak pergerakan ini relatif besar terutama jika dilihat dari jumlah orang yang bermigrasi. Kelompok yang juga termasuk ke dalam kategori migran internasional adalah mereka yang pergi secara “sukarela” misalnya pekerja jangka pendek dan jangka panjang baik mereka yang terkategori tenaga terdidik maupun tenaga tidak terampil, juga termasuk ke mereka yang “terpaksa” misalnya pengungsi atau pencari ketenangan lain, dan pergerakan orang karena alasan lingkungan atau “ecomigrants”. Termasuk ke dalam spektrum ini adalah pergerakan orang akibat kemiskinan atau kekurangan peluang bekerja dan berusaha di daerah asalnya. Banyak dari mereka menjadi settlers, yakni migran baik legal ataupun illegal namun tinggal permanen di negara tujuan; lainnya telah pergi sekurangnya pada awalnya atas dasar keinginan pindah temporer. Pada umumnya, migran berjenis kelamin laki-laki muda. Lagi-lagi, cukup menarik bahwa antara 40 hingga 60 persen migran di seluruh dunia adalah laki-laki dan untuk kasus pengungsi jumlah perempuan dewasa dan gadis hampir satu setengah kali laki-laki. Dalam beberapa kasus seperti di Indonesia dan Sri Lanka dan pemergian Indonesia ke negara-negara Timur Tengah, mayoritas migran ini adalah kaum perempuan.

2.1.2. Peran Faktor Demografi Dalam Migrasi Internasional

Hubungan antara migrasi internasional dengan faktor demografi lain jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, struktur umur, dan komposisi internal populasi tidaklah sederhana ataupun deterministik. Misalnya, ada pandangan populer bahwa fertilitas yang tinggi di daerah pengirim didukung oleh fertilitas rendah di daerah penerima adalah penyebab utama migrasi internasional. Namun, pandangan ini tidak mampu menjelaskan kenyataan migrasi terbesar justru berlangsung antar negara berkembang, baik negara pengirim maupun penerima memiliki tingkat fertilitas tinggi dan struktur umur muda. Juga, tidak menjelaskan volume migrasi yang cukup besar dari Eropa Timur ke Eropa, kedua daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah. 12 Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa variabel demografi tidak relevan dalam melihat feomena migrasi internasional, namun sebenarnya faktor ini hanya membangun potensi untuk perpindahan internasional, dan hanya satu dari banyak sumber tekanan untuk melakukan migrasi saja. Untuk kasus negara berkembang, fertilitas tinggi dibarengi dengan penurunan tingkat mortalitas bayi dan anak-anak menghasilkan struktur umur penduduk yang sangat “muda”. Setelah jeda yang sangat lama antara 15 hingga 20 tahunan, yakni saat kelompok penduduk muda ini memasuki pasar tenaga kerja, maka tekanan tingginya taraf fertilitas mungkin sudah mulai dirasakan. Kecuali pertumbuhan peluang bekerja dan berusaha terjaga pada tingkat yang sangat tinggi, maka pasar tenaga kerja untuk kaum “dewasa muda” menjadi jenuh, dan income relatif untuk kelompok ini menurun. Secara tipikal ini dibarengi dengan migrasi desa-kota yang sangat hebat, dan jika kondisinya memang memungkinkan akan diikuti dengan migrasi ke negara-negara. Hal yang sama juga berlaku, tingkat fertilitas yang rendah di negara penerima mungkin hanya berperan sebagai pemicu terhadap migrasi internasional, dan jika ini terjadi sifatnya tidak langsung dan dengan jeda yang panjang. Pada beberapa negara dengan in-migration tinggi, tingkat fertilitas memang sangat-sangat rendah. Di Jerman, misalnya, tingkat fertilitas total pada 1993 hanya 1,4 anak per wanita; di Italia 1,3. Tingkat fertilitas serendah ini mungkin memberikan tekanan kepada pemerintah untuk mengkhawatirkan “kekurangan tenaga kerja” di masa mendatang atau dari kalangan politikus yang mengkhawatirkan penurunan jumlah penduduk yang pada akhirnya memberikan kontribusi baik secara implisit ataupun eksplisit terhadap diambilnya kebijakan yang mendorong keterbukaan terhadap migrasi ke dalam. Besaran potensi tekanan demografi terhadap migrasi internasional di negara-negara berkembang sangatlah menarik. Menurut estimasi ILO yang dibuat pada pertengahan 1980-an, 10 dalam dua dekade antara 1970 sampai 1990, populasi yang secara ekonomi aktif di negara-negara berkembang 10 International Labour Office, Economically Active Population 1950-2025, Geneva: ILO, 1986; Vol. V, Table 2. 13 meningkat sebanyak 59 persen, atau 658 juta orang. Sebagai pembanding, populasi yang secara ekonomi aktif di negara-negara maju hanya meningkat 23 persen, atau 109 juta orang. Lebih dari dua dekade dari 1990 ke 2010, pertumbuhan penduduk yang secara ekonomi aktif di negara berkembang diproyeksikan lebih besar dalam satuan absolut 733 juta dan sedikit lebih rendah dalam presentasi 41 persen dibanding dua dekade sebelumnya. Sebaliknya, di negara maju angka ini diproyeksikan meningkat hanya 50 juta atau 9 persen. Meskipun tingkat fertilitas yang tinggi di negara-negara berkembang cenderung menurun ke level moderat, namun tekanan demografis akan tetap dirasakan dalam beberapa dekade mendatang.

2.1.3. Penyebab Migrasi Internasional