Organisasi Yang Siap Berubah

29 Socio-technical Sysem Thinking dan Contingency Theory. Permasalahan yang bersifat complex-pluralist mungkin tepat bila diselesaikan dengan menggunakan metoda Interactive Planning dan Soft Systems Methodology. Dan untuk permasalahan yang bersifat complek-coercive, Flood dan Jackson belum menemukan metodologi yang dianggapnya tepat. Pada analisis kebijakan pemberdayaan tenaga kerja luar negeri yang bersifat complex–pluralist, maka metoda yang akan digunakan adalah metode system thinking dan analitycal hierarchy process AHP.

2.3. Organisasi Yang Siap Berubah

Menurut Peter Senge 1999 yang dimaksud dengan organizational change adalah “perubahan dalam organisasi secara mendasar” dalam hal ini ada unsur pembelajaran learning. Dalam hal ini yang dimaksud perubahan mendasar meliputi kombinasi dari perubahan kedalam pada nilai-nilai kemanusiaan, aspirasi dan perilaku, dan perubahan keluar menyangkut proses, strategi, practices dan system . Organisasi tidak hanya mengerjakan sesuatu yang baru tetapi membangun kapasitas untuk mengerjakan sesuatu dengan cara yang baru. Menurut Douglas K.Smith dalam bukunya Taking Charge of Charge 1996, pokok permasalahan di dalam menangani kehidupan berusaha yang berubah cepat adalah bagaimana menyelaraskan antara angkatan kerja karyawan yang ada dengan tuntutan kinerja yang dihadapi oleh perusahaan tersebut di tengah lingkungan yang berubah cepat, terutama dalam era globalisasi. Walaupun demikian, semakin meningkat derajat perubahan di luar organisasi dan lingkungan yang turbulen, menjadikan fungsi manajemen perubahan lebih signifikan sebagai alat untuk menghidupkan kembali organisasi. Salah satu masalah utama yang dihadapi organisasi yang mengupayakan perubahan adalah pengeluaran dana dan penggunaan waktu untuk menyesuaikan kemampuan para karyawan dengan tuntutan prestasi kerja yang baru. Setidaknya bagi setiap organisasi atau perusahaan yang terus berusaha mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perubahan terhadap kelangsungan hidupnya, berhadapan dengan tiga masalah Douglas K. Smith, 1996, yaitu: 30 1. Visi atau pandangan tentang perubahan. Bagaimana menjadikan aneka visi yang ada di lingkungan intern organisasi menjadi milik bersama sebagai landasan bagi arah perubahan. 2. Komitmen manajemen puncak. Terutama di bawah suatu sistem sosial panutan, dimana bawahan tunduk kepada petunjuk dari atas maka komitmen manajemen puncak terhadap perubahan sangat membantu di dalam mengimplementasikan perubahan-perubahan intern yang diperlukan. 3. Kerjasama kelompok. Pengelompokan di dalam organisasi sesuai dengan kekhususan aktivitas perlu diarahkan kepada saling pengertian yang lebih luas dan lengkap antar kelompok sehingga memudahkan mekanisme opresional keseluruhan. Organisasi yang terus-menerus belajar dan menggunakan pengetahuan untuk berubah merupakan dasar untuk menuju keunggulan kompetitif. Pengetahuan untuk belajar dan pengetahuan untuk berubah diperlukan agar kita dapat berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengubah setiap aspek yang berkaitan dengan organisasi. Perubahan tidak selamanya berarti buruk sebab perubahan dapat juga berarti sebagai peluang. Makin fleksibel suatu organisasi, makin lebih baik organisasi itu dapat menanggapi perubahan Pasmore, 1994. Perubahan yang sungguh-sungguh membutuhkan kepemimpinan yang mampu mengerahkan, teguh dan memiliki pengetahuan yang luas dalam langkah yang perlu ditempuh, menyadari kebutuhan untuk berubah dan memegang visi ke depan serta mengubah struktur organisasi dan mengoperasikannya sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2.4. Organisasi Belajar