158 pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan permukiman di daerah
asal mereka.
6.2.4. Pendekatan Penerapan Kebijakan PTKLNPSL
1. Pelibatan dan Penyetaraan
Multistakeholder
Di atas telah dijelaskan bahwa kebijakan program PTKLNPSL tidak boleh terlepas dari proses melakukan desentralisasi kebijakan TKLN
secara bertahap. Selain prosesnya perlu dikembangkan melalui penguatan komunitas TKLN di daerah asal, pendampingan dan
penguatan kapasitas TKLN juga diarahkan untuk membangun kemampuan mereka dalam berorganisasi dan bekerjasama melalui
pola kemitraan dengan multi-pihak di berbagai tingkat, mulai dari kabupaten, provinsi, nasional, bahkan internasional.
Pengembangan pola kemitraan dan pelibatan beragam stakeholder dalam kebijakan PTKLNPSL ini tidak lepas dari upaya penempatan
TKLN yang mempunyai dimensi pemberdayaan. Prosesnya dirumuskan perlu dilakukan bervariasi mengikuti sentra-sentra daerah
pengirim, mulai dari yang telah lama berkembang seperti misal di Jawa Barat, maka sentra daerah pengirim TKLN adalah Kabupaten
Cianjur yang juga menjadi lokasi penelitian. Untuk mengawal terlaksananya apa yang menjadi tujuan kebijakan,
pelibatan beragam stakeholder ke depannya perlu berpegang pada asas-asas sebagai berikut:
Partisipasi aktif.
Semua pihak yang terlibat di dalam Pemberdayaan TKLN untuk Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Permukiman harus memiliki kesempatan yang sama untuk menyatakan pendapat, memutuskan hal-hal yang langsung
menyangkut nasibnya dan bertanggungjawab atas semua keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam melaksanakan partisipasi maka
semua pihak harus memperhatikan ketepatan waktu atau momentum yang dirasa tepat bagi pihaknya untuk berpartisipasi sehingga terjadi
sinkronisasi. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
159 berasosiasi dalam menyampaikan pendapat demi keberhasilan
pencapaian tujuansasaran pemberdayaan TKLN.
Bertanggung Gugat.
Agar tiap pihak yang terlibat di dalam Pemberdayaan TKLN untuk Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam
dan Lingkungan Permukiman dapat diterima oleh pihak lain maka kepada tiap pihak dituntut untuk bersikap tanggungjawab atau dapat
diandalkan. Bertanggung gugat sendiri dimaknai sebagai kewajiban untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan dan pengendalian
sumber daya dan pelaksanaan kebijakan termasuk keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
bersama melalui media pertanggungjawaban berupa laporan pelaksanaan akuntabilitas kinerja secara periodik yang disampaikan
kepada forum multi pihak dan menjadi informasi bersama. Agar asas ini dapat dijalankan, hal-hal berikut menjadi prasyarat:
1 Penetapan Tujuan dan Sasaran
yang jelas, baik untuk jangka pendek maupun jangka menengah. Rencana pemberdayaan yang
disusun harus mengandung visi dan misi yang jelas, sebagai acuan untuk menyusun tujuan dan sasaran pemberdayaan
TKLN. 2
Struktur Kelembagaan y ang solid untuk mendorong
terwujudnya sistem manajemen yang efisien dan efektif guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
3 Penetapan Kebijakan
yang jelas dan terarah, konsisten dengan tujuan forum multi pihak, tertulis, dan transparan.
4 Perencanaan
yang realistis, terinci dan sesuai dengan kebutuhan, transparan dan partisipatif, akomodatif terhadap
sosial budaya masyarakat setempat, dan merupakan penjabaran tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan forum multi pihak.
5 Penetapan Prosedur Kerja
yang tepat dan jelas, mudah dilaksanakan, mudah dimengerti dan transparan, serta
mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait. 6
Sumber Daya Manusia yang kompeten dan profesional.
160 7
Pelaksanaan Kegiatan yang efektif dan efisien, tertib
administrasi, transparan, baik dalam pengadaan barang dan jasa, pengelolaan keuangan, pengelolaan barang inventaris maupun
pengelolaan barang persediaan. 8
Sistem Pencatatan yang jelas, akurat, dan sederhana.
Komunikasi. Masing-masing pihak yang terlibat di dalam
Pemberdayaan TKLN untuk Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman harus mau dan mampu
mengkomunikasikan dirinya beserta rencana kerjanya sehingga dapat dilakukan koordinasi dan sinergitas. Untuk itu tiap pihak dituntut
untuk mau meleburkan diri menjadi satu kesatuanberkolaborasi.
Kepercayaan.
Stakeholders yang terlibat dalam Pemberdayaan TKLN untuk Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Permukiman harus dapat mempercayai dan dipercaya atau saling percaya karena tidak mungkin suatu hubungan kerjasama dibangun di
atas kecurigaan atau saling tidak percaya. Untuk itu tiap pihak dituntut berani bersikap terbukatransparan dalam arti bahwa informasi yang
dimiliki oleh satu pihak yang memiliki kaitan dengan kepentingan bersama haruslah dapat diakses oleh semua pihak. Hal inilah yang
pada gilirannya akan menumbuhkan kepercayaan timbal balik antar semua stakeholders yang terlibat. Tiga faktor utama yang dapat
mendorong dan mempercepat terwujudnya transparansi adalah: 1 Ketersediaan datainformasi yang akurat, komprehensif, dan
terkini; 2 Kemudahan mengakses datainformasi; serta
3 Keseragaman datainformasi yang disampaikan.
Berbagi Beban Berbagi Keuntungan. Masing-masing pihak yang
terlibat dalam Pemberdayaan TKLN untuk Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman harus mampu
membagikan diri dan sumberdaya yang dimilikinya SDM, jejaring, dana untuk mencapai tujuan bersama dan bukan satu pihak saja yang
harus berkorban atau memberikan segalanya sehingga tidak lagi
161 proporsional. Dalam prinsip berbagi ini juga mengandung arti
penyerahan artinya tiap pihak di samping siap memberi juga siap menerima sumberdaya orang lain.
2. Pemberdayaan TKLN