173
3. Pengembangan Kapasitas TKLN
Tujuan inti dari pengembangan program PTKLNPSL ini, sebagaimana disebutkan dalam analisis sistem pada awal bab ini adalah
peningkatan mutu kehidupan TKLN dan keluarganya, baik calon maupun TKLN purna melalui pemberian jaminan keselamatan kerja
sejak dari daerah asal, ketika bekerja di luar negeri hingga kembali ke daerah asal. Pencapaian tujuan ini didapat melalui proses peningkatan
peran TKLN dalam komunitas tempat mereka berada. Membaca tujuan yang hendak dicapai ini, maka upaya pengembangan kapasitas
TKLN dengan sendirinya menjadi penting. TKLN dalam pemetaan kepentingan sebelumnya disebutkan berkepentingan terhadap
tersedianya lapangan kerja dan sarana belajar untuk peningkatan kemampuan, prosedur bekerja dan proses pemberangkatan yang
mudah, keamanan dan keselamatan dalam bekerja dan mengirim remitan, penghasilan yang layak, akses penyediaan biaya
pemberangkatan dan pendampingan manajemen keuangan. Oleh karenanya peran TKLN perlu dikembangkan seiring dengan peran
stakeholder lain sebagaimana digambarkan sebelumnya dalam kerangka pemenuhan kebutuhan TKLN tersebut.
Berkaca juga pada prinsip pemberdayaan yang menjiwai pengembangan program ini, maka pengembangan kapasitas TKLN –
yang juga berdimensi generatif positive sum— pada penerapannya dilaksanakan melalui pendorongan peran TKLN yang lebih aktif
dalam tahapan-tahapan pelaksanaan proses-proses partisipatoris multipihak di dalam PTKLNPSL, yaitu 1 Upaya Perbaikan Kualitas
SDA dan Lingkungan Daerah Asal TKLN dan 2 Pengembangan Sistem Informasi Kerja TKLN di aras kabupaten, lalu 3 Pelatihan
Keterampilan TKLN dan 4 Penetapan Pembiayaan Pemberangkatan Bekerja pada aras provinsi dan kemudian 5 Penetapan Cara
Pengiriman Remitan yang dilakukan pada aras nasional.
Sebagaimana digambarkan dalam Gambar 6.10. sebelumnya,
kepentingan TKLN muncul merata pada semua proses. Oleh
174 karenanya peran TKLN juga perlu digagas dapat terlibat aktif pada
semua proses tersebut. Dalam prinsip-prinsip yang dijelaskan sebelumnya, dijelaskan bahwa diharapkan mereka dapat mencapai
kemandirian, yang dapat dikategorikan sebagai “kemandirian material”; “kemandirian intelektual”; dan “kemandirian manajerial”
pengembangan PTKLNPSL. Kemandirian material dalam PTKLNPSL adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan
materi dasar serta cadangan dan mekanisme keberlanjutan pengembangan komunitas perdesaan. Kemandirian intelektual
merupakan pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh komunitas perdesaan yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk
dominasi penetrasi top-down yang lebih halus yang muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu. Sedangkan kemandirian manajerial
adalah kemampuan otonom warga komunitas untuk merancang dan mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan di kawasan perdesaan. Pemberdayaan TKLN dalam konteks PTKLNPSL diletakkan bukan
pada tahap sebelum keberangkatan bekerja, akan tetapi justru pada tahap setelah menyelesaikan proses bekerja. Oleh karenanya,
keberdayaan TKLN di sini dimaknai sebagai proses pendewasaan dan peningkatan kapasitas diri TKLN yang muncul sebagai akibat dirinya
mengikuti proses penempatan bekerja ke luar negeri. Mengikuti logika ini, maka dalam kerangka PTKLNPSL, upaya yang dilakukan
bukanlah semata memberikan pelatihan keterampilan kepada calon TKLN yang hendak berangkat bekerja, akan tetapi lebih jauh lagi,
bagaimana proses pemberian keterampilan tersebut dapat meningkatkan peluang keberhasilan TKLN dalam bekerja di lokasi
penempatannya. Sebagaimana dijelaskan pada bab 4 sebelumnya, penempatan bekerja TKLN nyata dapat meningkatkan kemampuan
individu TKLN, baik dalam aspek psikomotor maupun kognisi. Proses inilah yang diharapkan mampu membuat individu TKLN purna dapat
menjadi insisiator bagi komunitas di daerah asalnya dalam upaya
175 perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman
daerah asal yang menjadi tujuan PTKLNPSL. Proses penting selanjutnya, juga bersambungan dengan sub-program
sebelumnya, adalah bagaimana memberikan wadah bagi TKLN purna yang kembali ke daerah asal untuk berperan dalam perbaikan kualitas
sumberdaya alam dan lingkungan permukiman mereka. Melalui pembentukan wadah ini, maka diharapkan proses yang terjadi dapat
melembaga ke dalam komunitas masyarakat setempat. Jebakan dalam pengembangannya adalah, proses ini tidak boleh bertentangan dengan
semangat pembangunan yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Oleh karenanya, pemerintah sebagai pemangku kawasan perlu
menempatkan pemberdayaan TKLN ini juga dalam tataran perencanaan pembangunan, dengan demikian maka keterlibatan
TKLN ini digagas sejak proses awal pembangunan tersebut. Dengan demikian diharapkan perbaikan kualitas sumberdaya alam dan
lingkungan permukiman di daerah asal TKLN tidak berkembang dalam proses yang tidak terkontrol.
4. Pengembangan Kawasan Perdesaan Daerah Asal TKLN dan