Analisis Kebijakan METODE PENELITIAN

61 Sumber : Saaty, 1993

3.4. Analisis Kebijakan

Desain implementasi aksi pemberdayaan TKLN untuk perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal dirancang melalui pendekatan sistem dilakukan dengan menggunakan metode Interpretative Structural Modelling ISM. Elemen-elemen sistem desain ini diuraikan dalam bentuk grafik. dan . hubungan langsung antar sub elemen dan tingkat hierarkinya. Proses strukturisasi elemen sistem didasarkan pada pendapat informan sebagai pihak yang dinilai berkait dan berkepentingan dengan pengembangan implementasi kebijakan. Desain sistem dibagi ke dalam tujuh elemen pengembangan, yaitu: 1 elemen pengorganisasian pemenuhan kebutuhan program pengembangan, 2 elemen pengelolaan kendala pengembangan, 3 elemen sistematika pencapaian tujuan pengembangan, 4 elemen tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan Gambar 3.3. Struktur Hirarki Pembuatan Strategi Pemberdayaan TKLN Untuk Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal PEMBUATAN RENCANA STRATEGIS Aktor 4 Aktor 3 Aktor 2 Aktor 1 A B C D E F G H I J K L Strategi 4 Strategi 3 Strategi 2 Strategi 1 Level 1 Fokus Level 2 Aktor Level 3 Faktor Level 4 Strategi 62 pengembangan, dan 5 desain pemberdayaan TKLN, 6 pengembangan pola kemitraan, 7 arahan kelembagaan program pengembangan. Dari ketujuh elemen pengembangan tersebut masing-masing elemen yang dikaji dijabarkan lagi menjadi sejumlah sub elemen pengembangan dengan berdasarkan pendapat informan, yang dilanjutkan dengan penilaian hubungan kontekstual antar sub elemen pada setiap elemen pengembangan. Data struktur pengembangan terdiri dari data elemen pengembangan, data sub elemen pengembangan dan data hubungan kontekstual. Data elemen pengembangan menggambarkan elemen-elemen yang terdapat dalam, sistem pemberdayaan TKLN sedangkan data sub elemen menggambarkan sub elemen yang terdapat pada masing-masing elemen tersebut. Data penilaian hubungan kontekstual berisi tentang hubungan kontekstual antar sub pada masing-masing elemen pengembangan, yang hasilnya dirangkum dalam bentuk Structural Self- interaction Matrix SSIM menggunakan simbol V, A, X dan O yang sering disebut ISM-VAXO berdasarkan aturan sebagai berikut: V adalah e ij = 1 dan e ji = 0 A adalah e ij = 0 dan e ji = 1 X adalah e ij = 1 dan e ji = 1 O adalah e ij = 0 dan e ji = 0 Dengan pengertian bahwa simbol 1 berarti terdapat atau ada hubungan kontekstual antara elemen “i” dan “j” dan simbol 0 berarti tidak terdapat atau tidak ada hubungan kontekstual antara elemen “i” dan “j” dan sebaliknya. Setelah SSIM terbentuk, selanjutnya dibuat tabel reachability matrix RM dengan mengganti V, A, X dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Langkah selanjutnya dilakukan perhitungan menurut aturan transitivity dimana dilakukan koreksi terhadap SSIM sampai menghasilkan matrik yang tertutup. Hasil yang diperoleh dari analisis ISM ini adalah informasi struktur desain sistem pengembangan yang berupa hierarki sub elemen diantara sub elemen yang lain, klasifikasi sub elemen berdasarkan karakteristik yang dinyatakan dengan tingkat kekuatan pendorong driver power dan dipengaruhi dependence 63 masing-masing sub elemen dalam satu elemen pengembangan serta identifikasi elemen kunci implementasi dalam program pengembangan. Gambar 3.4 . Diagram Alir Penyusunan ISM Penyusunan Matriks Reachability Ya Selesai Sesuai? Tidak Mulai Identifikasi Sub Elemen dari Elemen yang Dikaji Jumlah Sub Elemen JSE Jumlah Pakar Penilai JPP Penilaian Hubungan Kontekstual antar Sub Elemen Penyusunan Matriks Self Structural Interpretative ISSM Matriks Reachability Modifikasi ISSM Menetapkan drive dan driver power setiap sub elemen Menentukan peringkat dan hirarki dari sub elemen Menetapkan drive dependence matrix setiap elemen Memplot sub elemen pada empat sektor Mengklasifikasi sub elemen pada empat peubah kategori 64 Klasifikasi sub elemen dapat dipaparkan dalam empat sektor dan sekaligus sebagai hasil akhir dari teknik ISM, yaitu: Sektor 1 : Weak driver-weak dependent variables autonomous, pada sektor ini seluruh peubah umumnya tidak berkait dengan sistem, tetapi mungkin saja mempunyai hubungan sedikit, namun hubungan tersebut bisa saja kuat. Sektor 2 : Weak driver-strongly dependent variables dependent, pada sektor ini umumnya peubah tidak bebas. Artinya, peubah yang ada pada sektor ini akan memberi dampak kepada sistem setelah mendapat pengaruh dari peubah lain. Sektor 3 : Strong driver–strongly dependent variables linkage, peubah pada sektor ini harus dikaji secara hati-hati, kerena hubungan antar peubah tidak stabil. Setiap tindakan pada peubah tersebut memberikan dampak terhadap peubah lainnya dan umpan balik pengaruhnya dapat memperbesar dampak. Sektor 4 : Strong driver-weak dependent variables independent, pada sektor ini peubah merupakan bagian sisa dari sistem yang selanjutnya disebut peubah bebas. Hubungan kontekstual antar sub elemen pada setiap elemen pemberdayaan TKLN untuk perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang akan diuraikan nanti adalah sebagai berikut: 1. Elemen pengoranisasian pemenuhan kebutuhan pengembangan, hubungan kontekstualnya adalah sub elemen kebutuhan yang satu mendukung terpenuhinya sub elemen kebutuhan yang lain. 2. Elemen pengelolaan kendala dalam pengembangan, hubungan kontekstualnya adalah sub elemen kendala yang satu menyebabkan sub elemen kendala yang lain. 3. Elemen sistematisasi pencapaian tujuan pengembangan, hubungan kontekstualnya adalah sub elemen tujuan yang satu memberikan kontribusi 65 tercapainya sub elemen tujuan yang lain. 4. Elemen tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan pengembangan, hubungan kontekstualnya adalah sub elemen tolok ukur yang satu memberikan kontribusi sub elemen tolok ukur yang lain. 5. Elemen lain yang penting lain, khususnya arahan penetapan teknologi partisipatif, pola kemitraan dan kelembagaan pengembangan, serta hubungan kontekstualnya adalah sub elemen lain dalam keseluruhan desain sistem. Sumber: Cianjur Dalam Angka 2006 Diolah

BAB 4 PERKEMBANGAN PENEMPATAN TKLN DAN PERUBAHAN

SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI LOKASI PENELITIAN

4.1. Profil Kabupaten Cianjur sebagai Salah Satu Basis TKLN

Kabupaten Cianjur terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan jarak 65 kilometer dari Ibukota Provinsi Bandung dan 120 kilometer dari Jakarta. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah 2.977,44 kilometer persegi yang terbagi dalam 30 kecamatan dan 348 desakelurahan. Elevasi kontur wilayah Cianjur relatif bervariasi dengan titik tertinggi 2.300 meter di atas permukaan air laut dpl dan terendah 7 meter dpl. Penggunaan lahan dominan di Kabupaten Cianjur adalah untuk kebun palawija dan kayu keras sebesar 110.278,5 hektar disusul hutan seluas 76.628,1 hektar dan sawah irigasi sebesar 47.987,6 hektar. Selengkapnya disajikan pada Gambar 4.1. berikut. 2,924.7 344.3 12,152.5 15,167.0 17,729.5 28,627.8 33,113.9 47,987.6 78,628.1 110,278.5 Kebun Palaw ija dan Kayu Keras Hutan Saw ah Irigasi Perkebunan Tegalan Pemukiman Semak Alang-alang Saw ah Tadah Hujan Irigasi Tanah RusakKosongGalian Pasir Lain-lain TambakKolam Industri Wilayah ini berdasarkan kondisi lingkungan dan lokasi dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Cianjur Bagian Utara Kecamatan Ciranjang, Cibeber, Bojongpicung, Karangtengah, Cianjur, Warungkondang, Cugenang, Pacet, Gambar 4.1. Komposisi Peruntukan Lahan Kabupaten Cianjur