Pengembangan Kelembagaan Rancangan Program

168 agar ada perubahan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di kawasan perdesaan. Dengan demikian upaya peningkatan kapasitas masyarakat dalam PTKLNPSL merupakan suatu upaya menumbuhkan peranserta dan kemandirian sehingga masyarakat baik di tingkat individu, kelompok, kelembagaan, maupun komunitas memiliki tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, memiliki akses pada sumberdaya alam dan kebijakan, memiliki kesadaran kritis, mampu melakukan pengorganisasian dan kontrol sosial dari segala aktivitas pembangunan komunitas perdesaan.

6.2.5. Rancangan Program

Untuk mengimplentasikan Pemberdayaan TKLN untuk Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman sebagaimana telah diurai dalam bab-bab terdahulu diperlukan sebuah kebijakan strategis dan implementatif. Sebagaimana disebutkan di atas, prosesnya mengedepankan prinsip penyusunan pembiayaan yang memberikan perlindungan bagi TKLN serta dibangun dalam konteks penempatan TKLN sebagai sebuah sistem. Poin pendekatan yang jadi perhatian adalah prosesnya perlu memberdayakan TKLN dan melakukan desentralisasi pengaturan penempatan TKLN yang melibatkan multi-stakeholders. Kebijakan tersebut diterapkan dalam tiga tataran, yaitu: 1 pengembangan kelembagaan multistakeholders, 2 pengembangan kapasitas aparat pemerintahan, dan 3 pengembangan kapasitas TKLN.

1. Pengembangan Kelembagaan

Multistakeholder Sebagai payung makro dari kegiatan Pemberdayaan TKLN untuk Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman, maka diperlukan sebuah kelembagaan yang kokoh. Kelembagaan yang dimaksud bukanlah kelembagaan yang sama sekali baru. Dalam hal ini perlu dikenali kelembagaan-kelembagaan yang sudah berjalan sebelumnya, mulai dari tingkat komunitas TKLN di kantong-kantong daerah asal mereka, naik ke tingkat kabupaten dimana jika dilihat 169 berdasarkan kajian di lapangan, maka terdapat LSM dan sponsorcalo yang mengurusi pemberangkatan TKLN, selain tentunya Pemerintah Kabupaten yang pengelolaanya dilakukan melalui Dinas Ketenagakerjaan. Pada tingkat selanjutnya, Pemerintah Provinsi diwakili oleh Dinas Ketenagakerjaan dan BP3TKI. Selain pihak-pihak tersebut, juga terdapat PPTKIS dan Lembaga Keuangan. Stakeholder yang sama juga terdapat di tingkat nasional ditambah Depnakertrans dan BNP2TKI sebagai lembaga pengelolaan TKLN mewakili pemerintah. Pengembangan kelembagaan yang ada diarahkan kepada upaya membangun jejaring kerja bersama melibatkan semua pihak sesuai dengan aras kerja dan kepentingannya masing-masing. Melalui jejaring kerjasama ini diharapkan dapat terbangun sebuah proses yang partisipatoris dalam mengelola berbagai aspek terkait penempatan dan pemberdayaan TKLN serta perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan. Hal yang penting juga dalam pengembangan kelembagaan ini adalah prosesnya dapat menjadi pembelajaran bagi pihak pembuat regulasi, dalam hal ini pemerintah pada setiap tingkatan untuk memberikan landasan kebijakan bagi proses yang akan berjalan selanjutnya. Mekanisme yang berjalan sebagaimana digambarkan dalam Gambar 6.10. tersebut ke depannya diharapkan dapat berkembang sebagai sebuah proses yang terus menerus tumbuh, dari sisi kerja partisipatoris multistakeholder di lapangan bergerak ke sisi pengembangan regulasi per-TKLN-an. Demikian seterusnya sehingga ke depan, proses pengembangan kelembagaan ini dapat mengantisipasi perubahan- perubahan yang terjadi pada komponen-komponen peubah tak terkontrol dalam sebuah sistem, yaitu ketersediaan lapangan kerja dan birokrasi ketenagakerjaan di negara tujuan bekerja, globalisasi perekonomian dunia dan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan di daerah kantong-kantong asal TKLN. 170 Gambar 6.10. Skema Pengembangan Kelembagaan Pemberdayaan TKLN untuk Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Membaca Gambar 6.10. tersebut, ada 5 proses yang menjadi fokus kerja berbagai pihak, yaitu 1 Upaya Perbaikan Kualitas SDA dan Lingkungan Daerah Asal TKLN dan 2 Pengembangan Sistem Informasi Kerja TKLN di aras kabupaten, lalu 3 Pelatihan Keterampilan TKLN dan 4 Penetapan Pembiayaan Pemberangkatan Bekerja pada aras provinsi dan kemudian 5 Penetapan Cara Pengiriman Remitan yang dilakukan pada aras nasional. Sebagai sebuah proses yang berkesinambungan dan membentuk pola berulang siklus maka pengembangan kelembagaan ini, sebagaimana hasil sistem desain pada awal bab ini, memiliki beberapa kebutuhan, berkembang dari adanya lapangan kerja di luar negeri yang kemudian ditangkap peluangnya oleh tenaga kerja yang ada di Indonesia. Proses pemberangkatan bekerja yang berhasil tentunya memerlukan TKLN yang memiliki keterampilan dan informasi cara bekerja yang cukup. Penetapan Pembiayaan Penerima Jasa TKLN Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten Masyarakat Daerah Asal TKLNTKLN Purna SponsorCalo LSM PPTKIS Lembaga Keuangan PPTKIS Lembaga Keuangan Upaya Perbaikan Kualitas SDA Pelatihan Keterampilan TKLN Pengembangan Sistem Informasi Kerja Penetapan Pembiayaan Pengaturan Perbaikan Kualitas SDA Pengaturan Sistem Informasi Kerja Pengaturan Standar Keterampilan TKLN Pengaturan Standar Pembiayaan TKLN Pengembangan Regulasi TKLN Proses Partisipatoris Multistakeholders Penetapan Cara Pengiriman Remitan Pengaturan Cara Pengiriman Remitan 171 Oleh karenanya kelembagaan di atas perlu dimulai dari pengembangan sistem informasi bekerja dan pelatihan keterampilan bagi calon TKLN. Dari sini, prosesnya bergulir ke pengaturan biaya pemberangkatan yang sebagaimana telah digambarkan dalam prinsip pembiayaan yang perlu mengandungi perlindungan bagi TKLN dan prinsip multistakeholder process maka pembiayaan ini ditetapkan dengan melibatkan beragam pihak, bahkan hingga pengguna jasa TKLN di luar negeri. Selain itu prosesnya juga perlu diletakkan dalam konteks persaingan tenaga kerja asing di negara penempatan namun tanpa melupakan upaya perlindungan bagi TKLN sehingga mereka dapat berhasil bekerja di luar negeri. Oleh karenanya, perhatian selanjutnya ketika TKLN sudah berhasil bekerja di luar negeri, adalah pengaturan pengaliran remitan dari tempat bekerja ke daerah asal, baik dari TKLN kepada keluarga di daerah asal maupun dari TKLN kepada sponsor. Proses inilah yang kemudian dapat digunakan sebagai media pembiayaan bagi proses perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan di daerah asal.

2. Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintahan Daerah