Bangunan Produksi, Sumber Air dan Sumber Energi dalam Pengolahan Gambir

52 Gambar 17. Tata Letak Bangunan Rumah Kempa di Kabupaten Lima Puluh Kota Pada lantai dasar Lantai A1, terdapat dasar tungku, bak penampung getah hasil ekstraksi pengempaan serta rak untuk penempatan bak kayu untuk pengendapan getah gambir. Pada area sisanya di lantai dasar tersebut terdapat tempat penirisan dan tempat dilaksanakannya aktivitas pencetakan gambir. Di bawah area penirisan terdapat saluran untuk mengalirkan cairan sisa penirisan ke bak penampung yang ada kalanya berada di lantai dasar dalam rumah kempa tersebut, atau di luar rumah kempa. Cairan sisa penirisan tersebut di Kabupaten Lima Puluh Kota disebut “Kalencong” akan digunakan kembali untuk perebusan daun gambir. Cairan tersebut juga akan digunakan pada waktu pengolahan periode berikutnya setelah ladang gambir ditinggalkan selama empat sampai lima bulan. Keterangan: 1 : Kuali Pemasakan 2 : Area Persiapan Pengempaan 3 : Alas Pengempaan hanya berupa lantai dari kayu-kayu bulat 4 : Bak Penampung Hasi Ekstraksi 5 : Bak Kayu untuk Pengendapan Getah Gambir berkaki, tiga tingkat 6 : Keranjang Bambu Penirisan 7 : Area Pencetakan 8 : Area Mulut Tungku, tempat pengisian kayu bakar ke tungku c Ruang di atas Lantai B 9 : Area Beralas Tanah Tempat Pengempa Memasak 10 : Rak Penempatan Tray untuk Pengeringan Gambir Samie a Denah Lantai b Lantai A1 Lantai A2 Lantai B e Lantai A2 Lantai A1 d Tinggi Lantai 5 7 6 1 2 3 4 8 9 10 10 53 Separuh bagian kedua rumah kempa terdiri dari satu lantai Lantai B yang posisinya +70 cm lebih rendah dari lantai papan lantai atas dari separuh bangunan yang pertama. Bibir kuali untuk perebusan daun gambir rata dengan lantai ini. Di lantai tersebut terdapat area persiapan pengempaan yakni proses penggulungan daun gambir yang telah direbus dan mengikat gulungan daun tersebut dengan tali plastik dengan diameter berukuran + 2 cm. Pada salah satu bagian lantai ini, yakni dekat area penggulungan, terdapat alas pengempaan yang rata dengan lantai. Rancangan tata letak tersebut hanya melanjutkan kearifan lokal yang telah digunakan secara turun temurun. Untuk kegiatan produksi, pada saat perebusan daun gambir + 50-60 kg per perebusan dibutuhkan sekitar 20 liter air sehingga pengolahan gambir di rumah kempa sebanyak 5-6 kali perebusanhari akan membutuhkan sekitar 100 – 120 liter air. Pada saat pengempaan ekstraksi ditambahkan air rebusan tersebut dengan menyiramkannya kepada daun yang diperas. Tergantung pada lokasi masing-masing bidang kebun gambir, sumber air ini dapat berupa sungai, mata air, atau kolam, di samping adanya petani yang menempatkan drum penampung air hujan di rumah-rumah kempa mereka. Air tersebut digunakan langsung dalam proses perebusan tanpa perlakuan tertentu seperti penyaringan, pengendapan dan sebagainya. Kebutuhan energi panas untuk perebusan daun diperoleh dari penggunaan kayu bakar yang diambil dari kayu-kayu hutan yang sengaja disisakan dalam luasan tertentu dari lahan perkebunan gambir. Untuk pengadaan bahan bakar tersebut, tidak dilakukan penanaman tanaman sumber kayu bakar secara khusus. Pada saat penyiapan kebun gambir, biasanya petani menyisakan sekitar 0.5-1 ha lahan yang tidak dibuka untuk penyediaan kayu bakar untuk kebun gambir dengan luas sekitar 2-3 hektar.

4.3 Teknologi Pengolahan Produk Gambir

Proses produksi gambir yang dilaksanakan masyarakat pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan yaitu pemetikan daun, perebusan daun, ekstraksi getah gambir, pengendapan dan penirisan air, pencetakan dan pengeringan. 54 Untuk mempercepat pengendapan, di Kecamatan Kapur IX pengempa biasa menambahkan air perasan dari daun gambir disebut “Ketapang” yang ditumbuk menggunakan lumpang kayu atau batu. Teknologi yang digunakan masih sederhana dan seluruhnya menggunakan tenaga manusia. Peralatan yang digunakan untuk setiap tahapan proses dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tahapan dan Peralatan Proses Produksi Gambir Tahapan Proses Peralatan Pemetikan daun Alat tuai Pengangkutan daun Keranjang rotan Perebusan daun Anyaman bambu atau drum yang dibagi dua disebut Kapuk. Anyaman tali yang berfungsi sebagai “keranjang” untuk membantu pemadatan daun di dalam kapuk dan mempertahankan daun saat dikempa. Kuali besi Diameter sekitar 100 cm Tungku berbahan bakar kayu Pengempaan Kempa horizontal dengan dongkrak hidrolik atau kempa vertikal dengan katrol Pembentukan pasta gambir Bak pengendapan dari papan Pengurangan kadar air pasta gambir Keranjang bambu dengan karung dan batu-batu pemberat untuk penirisan air. Pencetakan Sepasang cetakan dari bambu panjang + 15 cm yang terdiri dari pembentuk diameter luar + 5 cm dan pendorong diameter luar + 4 cm Pengeringan Menggunakan tray bambu disebut “samie” untuk penjemuran di panas matahari atau memanfaatkan panas dari tungku. Tahapan proses dan peralatan yang disajikan pada Tabel 9 tersebut digunakan pada rumah-rumah kempa di Kecamatan Kapur IX, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kecamatan XI Koto Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan serta Kecamatan X Koto Kampar, Kabupaten Kampar. Secara rinci, tahapan produksi gambir asalan adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Perebusan

Setelah daun gambir tersedia di rumah kempa, proses pertama adalah persiapan perebusan. Pada tahap ini, daun dan ranting gambir dari kebun 55 dimasukkan kedalam wadah perebusan dikenal masyarakat setempat dengan sebutan “Kapuk” yang telah diberi semacam jaring dari tali plastik untuk mengikat daun dalam “kapuk” tersebut setelah pemadatan selesai. Di dalam “kapuk” tersebut, daun dan ranting gambir muda dinjak-injak dan terus diisi sampai penuh agar kepadatannya cukup merata dan jumlah daun yang direbus lebi h banyak. Setelah “kapuk” penuh, keranjang tali tadi diikatkan untuk mempertahankan agar daun tetap padat selama penanganan dan perebusan.

b. Perebusan

“Kapuk” berisi daun gambir yang telah dipadatkan dan keranjang talinya diikat, dimasukkan ke dalam kuali perebusan. Sekitar seperempat bagian “kapuk” berada dalam kondisi terendam di dalam air perebusan. Air perebus dipertahankan mendidih selama sekitar 30 menit sampai uap menembus “kapuk” dan muncul di permukaan atas kapuk. Setelah itu “kapuk” dibalik, dan perebusan dilanjutkan.

c. Persiapan Pengempaan

Daun yang telah direbus dikeluarkan dari “kapuk” sehingga terhampar tebal hamparan + 10 cm di lantai dalam jala dari tali plastik. Dengan bantuan dua buah kayu berujung runcing, kekuatan dan bobot badan pengempa, daun tersebut digulung sedikit demi sedikit dan diikat dengan tali plastik berdiameter + 2 cm. Dengan proses di atas, daun kembali berbentuk silinder seperti dalam “kapuk” dan siap dikempa. Perbedaannya adalah bahwa “kapuk” digantikan oleh gulungan tali.

d. Pengempaan

Pengempaan dilakukan untuk memisahkan getah gambir dari daunnya untuk diproses menjadi produk gambir. Pada tahap ini, daun gambir hasil perebusan yang telah digulung ditempatkan pada dasar pengempa dan diatasnya ditempatkan balok kayu yang berukuran kira-kira 25 cm x 25 cm x 15 cm. Di atas balok tersebut ditempatkan dongkrak hidrolik, dan mulai ditekan dipres dengan menaikkan kaki dongkrak sacara perlahan hingga tertahan pada balok