Pendekatan Klaster dalam Pengembangan Agroindustri Gambir

112 Pada Gambar 35 dapat dilihat berbagai pihak yang berperan dalam pengembangan agroindustri gambir pada masa yang akan datang. Pada Gambar 35 tersebut dapat diketahui bahwa inti klaster agroindustri gambir adalah Industri Inti yang memperoleh bahan baku dari Industri hulu dan menyediakan produk bagi Industri Hilir. Karena itu, pendirian industri inti tersebut diharapkan akan menarik industri hulu, pemasok dan juga industri hilir yang akan memanfaatkan produk mereka. Hasil evaluasi peran masing-masing pihak saat ini, disajikan pada Tabel 22. Berdasarkan Tabel 22, untuk pengembangan agroindustri gambir Indonesia umumnya dan Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya, maka upaya strategis yang harus dilakukan pada tahap awal adalah pendirian industri yang menghasilkan katekin dan tanin sebagai produk antara yang terpenting Gumbira- Sa’id, et al., 2009; Gumbira- Sa’id, et al., 2010. Di samping itu, maka sangat diperlukan perbaikan kelembagaan yang dapat menyiapkan rencana strategis pengembangan agroindustri gambir, melaksanakan koordinasi dengan berbagai pihak serta mengembangkan pasar produk gambir, khususnya produk katekin dan tanin. Pada tahap selanjutnya, perlu dilakukan pengembangan berbagai produk akhir serta pendirian industrinya secara bertahap. Langkah-langkah tersebut mutlak diperlukan untuk mendapatkan produk- produk hilir bernilai tambah tinggi yang diharapkan akan meningkatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan pada akhirnya mampu menjamin keberlanjutan agroindustri gambir Indonesia Tabel 23. 113 Tabel 23. Evaluasi Kondisi Pelaku dalam Agroindustri Gambir Saat Ini dan Rekomendasi untuk Perbaikan No Pelaku Kondisi Saat Ini Rekomendasi 1 Industri Hulu Dalam jangka waktu yang lama, industri hulu relatif tidak mengalami perubahan yang berarti, karena kondisi pemasaran dan tuntutan mutu yang tidak memaksa mereka melakukan perbaikan Perlu dikembangan industri hilir gambir dan perbaikan kelembagaan untuk perbaikan teknologi, peningkatan mutu serta penguatan pemodalan industri hulu. 2 Industri Inti Belum ada industri yang mengolah gambir menjadi produk- produk hilir bernilai tambah tinggi Secara bertahap, industri produk antara dari gambir ini perlu dikembangkan karena dapat menarik industri hulu dan mendorong berkembangnya industri penghasil produk-produk akhir dari gambir. 3 Industri Hilir Belum ada industri yang memanfaatkan komponen dalam gambir untuk menghasilkan produk-produk hilir Perlu dikembangkan setelah industri penghasil produk antara yang merupakan industri inti berkembang. Pengembangan industri hilir akan memperluas pasar dan menyeimbangkan pemasaran domestik dan pasar ekspor dari industri inti sehingga dapat memperbaiki posisi tawar Indonesia dalam bisnis gambir global 4 Pemerintah Pusat Kebijakan investasi asing dan ekspor yang ada belum mendukung bagi pengembangan industri hilir gambir Berbagai kebijakan pemerintah pusat termasuk kebijakan industri nasional yang mendukung bagi pengembangan industri di daerah harus dijabarkan untuk pengembangan agroindustri gambir yang merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Lima Puluh Kota maupun Provinsi Sumatera Barat. Dengan demikian program pemerintah pusat dapat sejalan dengan program pemerintah daerah. 5 Pemerintah Daerah Pemerintah daerah masih belum memiliki blue print pengembangan agroindustri gambir dalam jangka panjang. Kegiatan pengembangan agroindustri gambir masih ditangani dalam program pemerintah yang umumnya bersifat proyek jangka pendek. Di samping itu, ketika pelaksanaan proyek tersebut, pemerintah seringkali belum menemukan SDM yang cocok misalnya tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan tersebut. Kegiatan pengembangan agroindustri gambir harus merupakan kegiatan berkelanjutan yang perlu ditangani oleh berbagai institusi terkait. Karena itu, diperlukan adanya program jangka panjang yang dijabarkan menjadi program jangka pendek dan jangka menengah yang memiliki target-target yang dapat diukur dengan perencanaan waktu yang baik. Karena menuntut koordinasi berbagai sector dan pelaku, maka sangat diperlukan perbaikan kelembagaan agar dapat dibangun kesatuan tujuan antar berbagai institusi dalam pengembangan agroindustri gambir. 114 Tabel 23. Lanjutan No Pelaku Kondisi Saat Ini Rekomendasi 6 Industri Terkait Dengan pola pengembangan yang diharapkan terjadi secara “alami”, agroindustri gambir belum mampu membangkitkan berbagai industri terkait. Industri terkait akan berkembang sejalan dengan perkembangan industri produk antara industri inti dan industri hilir. 7 Institusi Pendukung Perguruan tinggi dan lembaga penghasil teknologi belum mampu melakukan penelitian berkelanjutan untuk kegiatan pengembangan agroindustri gambir karena persoalan ketersediaan dana penelitian. Masyarakat kurang merasakan peran perguruan tinggi dan lembaga penelitian dalam menangani persoalan yang mereka hadapi dalam agroindustri gambir. Berbagai keterbatasan petani maupun pengolah menyebabkan mereka sulit mengakses permodalan dari lembaga keuangan dan perbankan dengan sistem konvensional. Institusi pendukung akan dapat bekerja dengan baik memalui perbaikan kelembagaan yang akan memperjelas berbagai tugas yang harus dilaksanakan masing-masing pelaku. 8 Asosiasi Pengusaha Pengusaha belum mampu mengembangkan pasar baru, dan hanya bergantung kepada eksportir. Kondisi pemasaran tersebut menyebabkan tidak adanya dorongan bagi kegiatan pembinaan kepada petani Posisi asosiasi pengusaha yang hanya sebagai pedagang perlu ditingkatkan menjadi salah satu agen dalam pengembangan agroindustri gambir. Hal ini memerlukan perbaikan kelembagaan. 9 Manajemen Klaster Lembaga ini belum ada. Lembaga ini harus dibentuk untuk melakukan perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pengembangan agroindustri gambir. Lembaga ini akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah serta berbagai pihak terkait. Disamping itu, lembaga ini akan melakukan upaya intensif untuk pengembangan pasar domestik maupun ekspor 115 Tabel 24. Evaluasi Kondisi untuk Pengembangan Klaster Agroindustri Gambir No Evaluasi Komponen Kondisi Saat Ini 1 Kinerja Klaster Industri Biaya transaksional Biaya transaksional masih tinggi karena belum ada mekanisme koordinasi antar pelaku dalam pengadaan kebutuhan yang memungkinkan perolehan quantitave discount akibat pembelian dalam jumlah besar. Dalam pengiriman produk gambir, masing-masing pelaku menggunakan sarana pengangkutan secara sendiri-sendiri, serta tidak ada konsolidasi untuk pengiriman dengan alat angkut yang lebih besar dan murah. Pengaruh jejaring kerja Jejaring kerja yang ada bersifat lemah dan tidak formal, baru sebatas pembelian langsung berbagai kebutuhan pengolah-pemasok, serta pembelian gambir oleh pedagang pengumpul, di samping adanya keterikatan utang petanipengolah dengan pedagang pengumpul. 2 Integrasi Rantai Pasokan Pemasok Perkebunan Pengolah Pemasar Pemasok berbagai kebutuhan dalam pengolahanpemasaran gambir berjalan sendiri-sendiri, tidak ada keterikatan antara pemasok dengan pengolahpedagang 3 Infrastruktur pendukung Universitas Litbang Karena keterbatasan dana penelitian, universitas dan lembaga penelitianpengembangan tidak dapat melaksanakan penelitian berkelanjutan sampai hasil penelitan benar-benar diterapkan di lapangan Lembaga keuangan Lembaga keuangan yang ada belum memiliki pola pendanaan khusus terkait dengan keterbatasan petani dalam mengakses perbankan. Karena itu, banyak permasalahan yang dihadapi petani ketika mereka berusaha mendapatkan pendanaan dari bank. Kondisi tersebut menyebabkan banyak petani bergantung kepada para pedagang pengumpul baik untuk dana penyiapan kebun gambir, rumah kempa ataupun produksi gambir serta konsumsi. Ketersediaan bakat SDM Banyak petani yang sangat mengharapkan pembinaan, namun dengan keterbatasan dana, program pemerintah seringkali tidak mampu menjangkau masyarakat yang cukup luas. Di samping itu, petani sangat membutuhkan pendampingan dalam upaya peningkatan agroindustri gambir, namun tidak tersedia tenaga pendamping dan penyuluh yang cukup banyak untuk menjangkau berbagai daerah. Lembaga techno-preneur Belum ada lembaga yang menghubungkan antara penyedia teknologi dengan petanipengolah, pedagang serta eksportir untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan delam pengembangan agroindustri gambir. 116 Tabel 24. Lanjutan No Evaluasi Komponen Kondisi Saat Ini Infrastruktur fisik Ketiadaan sumber energi listrik di rumah kempa yang berlokasi di tepi hutan dan lereng-lereng bukit yang jauh dari pemukiman menjadi pembatas bagi inovasi berbagai teknologi pengolahan. 4 Lingkungan ekonomi dan bisnis Efisiensi pemerintahan Belum tersedianya program pemerintah yang berkesinambungan menyebabkan pembinaan agroindustri gambir hanya bersifat program-program yang terputus. Di samping itu, kebijakan pemerintah menyangkut investasi asing maupun ekspor belum mampu mendorong berkembangnya agroindustri gambir yang hampir tidak mengalami perubahan yang berarti dalam jangka waktu yang lama. Efisiensi bisnis Dengan teknologi sederhana yang dimiliki, sulit bagi petani dan pengolah gambir meningkatkan perolehan dari pengeluaran mareka dalam bisnis gambir. Berbeda dengan masyarakat, dengan teknologi yang dimiliki, perusahaan PMA mampu bekerja dengan sedikit tenaga kerja dan kapasitas produksi yang relatif tinggi. Kinerja ekonomi Berbagai kelemahan yang dihadapi dalam agroindusti gambir yang menyangkut para pelaku langsung dalam bisnis gambir maupun berbagai pihak terkait menyebabkan bisnis gambir belum memberikan nilai yang manfaat maksimal bagi masyarakat banyak terutama petani dan pengolah gambir. Dengan berbagai kesulitan dan resiko yang mereka hadapi,banyak petani hanya mampu bertahan dan tidak mampu mengembangkan bisnis gambir mereka. Efisiensi infrastruktur Dalam penyediaan teknologi, lembaga penelitian maupun perguruan tinggi belum mampu memanfaatkan fasilitas yang ada untuk pengembangan agroindustri gambir karena terbatasnya kemampuan untuk mengakses pasar. Akibatnya, teknologi yang dihasilkan untuk perbaikan proses serta peningkatan mutu belum dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan beberapa pabrik pengolah gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota maupun kabupaten lain tidak berfungsi. Di samping itu, pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota juga mendirikan Agrotechno Park di Kecamatan Mungka yang hingga saat ini belum beroperasi dengan baik. Butir-butir evaluasi mengacu pada penelitian Pahan 2011 117 Dari Tabel 23, beberapa perbaikan yang perlu dilakukan adalah pendirian industri katekin dan tanin dari gambir asalan, dilanjutkan dengan pembentukan manajemen klaster. Pembentukan manajemen klaster diperlukan untuk perbaikan jejaring kerja dan peningkatan kinerja klaster agroindustri gambir pada masa yang akan datang.

5.7 Perbaikan Rantai Pasok Gambir

Kajian ini terdiri dari dua tahap yaitu 1 perancangan jaringan rantai pasok gambir, yaitu penentuan lokasi pabrik pengolahan katekin dan tanin dari gambir asalan dan penentuan lokasi gudang dan 2 evaluasi rantai pasok gambir usulan. Pelaksanakan kajian ini mengacu pada tahapan yang dikemukakan oleh Vaishnavi dan Kucchler 2008 sebagai berikut: Pemahaman Persoalan Persoalan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana konfigurasi jaringan rantai pasok dalam pengembangan agroindustri gambir di kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat dan bagaimana kinerja rantai pasok tersebut jika diimplementasikan. Perumusan Usulan Kegiatan strategis yang harus dilaksanakan dalam pengembangan agroindustri gambir di kabupaten Lima Puluh Kota adalah pendirian industri pengolah katekin dan tanin. Persoalannya adalah berapa unit industri hilir yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat konversi ekspor dari produk berupa gambir asalan menjadi produk dalam bentuk katekin dan tanin yang dikehendaki. Selanjutnya, untuk melayani kebutuhan bahan baku dan pengiriman produk gambir asalan maupun katekin dan tanin, harus diputuskan lokasi unit industri penghasil katekin dan tanin yang akan didirikan, kombinasi moda transportasi serta kebutuhan gudang konsolidasi dalam jaringan rantai pasok tersebut Crainic dan Laporte, 1997. Rantai pasok dengan pengembangan industri katekin dan tanin diusulkan dengan empat alternatif di bawah ini: 118

a. Alternatif 1: Pendirian dua pabrik pengolahan di Kecamatan Kapur IX, satu

pabrik di Kecamatan Bukit Barisan dan satu pabrik di Kecamatan Pangkalan yang sekaligus menjadi gudang konsolidasi. Pemilihan Pangkalan sebagai lokasi gudang konsolidasi didasarkan atas ketersediaan akses jalan utama Payakumbuh- Pekanbaru yang dapat dilalui oleh truk besarkontainer. Pada alternatif ini, gambir asalan dibawa ke pabrik pengolahan, dan selanjutnya katekin serta tanin yang dihasilkan dibawa ke gudang konsolidasi di Pangkalan.

b. Alternatif 2: Pendirian dua pabrik pengolahan di Kecamatan Kapur IX dan satu

pabrik di Kecamatan Pangkalan sekaligus sebagai gudang konsolidasi. Alternatif ini sama dengan alternatif 1, hanya pabrik di kecamatan Bukit Barisan dihilangkan. Gambir asalan dibawa ke masing-masing pabrik pengolahan, selanjutnya katekin dan tanin yang dihasilkan dibawa ke gudang konsolidasi di Pangkalan.

c. Alternatif 3: Satu pabrik di Kecamatan Pangkalan yang sekaligus berfungsi

sebagai gudang konsolidasi. Gambir Asalan dibawa ke gudang sementara, selanjutnya dibawa ke pabrik pengolahan Katekin dan Tanin di Pangkalan. d. Alternatif 4: Pengolahan Katekin dilakukan di unit pengolahan gambir bergerak mobile unit dan gudang konsolidasi berada di Pangkalan. Katekin dan Tanin dihasilkan di mobile unit, dibawa ke pool mobile unit selanjutnya dibawa ke Pangkalan. Alternatif ini diperlukan karena berdasarkan kajian yang dilakukan Herryandie et al. 2009, penggunaan mobile unit merupakan metode introduksi teknologi yang terpilih dalam pengembangan agroindustri gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. 119 Gambar 36. Ilustrasi Sistem Transportasi Produk dalam Rantai Pasok Gambir yang Diusulkan Pengembangan Model Simchi-Levy 2000 mengemukakan model umum untuk biaya transportasi barang dengan berbagai moda transportasi yang disajikan pada persamaan 1 …………………. 1 Selanjutnya, Merrina dan Sparavigna 2007 mempertimbangkan pengaruh biaya tetap dalam transportasi intermoda. Dengan mempertimbangkan biaya tetap Petani Pasarlokasi pengumpulan Pengumpul Eksportir Pelabuhan Ekspor Sepeda Motor Truk Kecil 1-1.5 ton Truk Sedang 5-6 ton Trukkontainer 15-20 Ton Petani Pelabuhan Ekspor Sepeda Motor Truk Sedang 5-6 ton Trukkontainer 15-20 ton Koperasi Industri KatekinTanin Petani Pelabuhan Ekspor Mobile Unit Truk Sedang 5-6 ton Trukkontainer 15-20 ton KoperasiPool Mobile unit Gudang Konsolidasi Petani Pelabuhan Ekspor Sepeda Motor Truk Sedang 5-6 ton Trukkontainer 15-20 ton Industri KatekinTanin Gudang Konsolidasi a Kondisi Saat ini c Satu Pabrik Katekin dan Tanin Alternatif 3 b Beberapa Pabrik Katekin dan Tanin di Tingkat Nagari Alternatif 1 dan 2 d Penggunaan Mobile Unit Alternatif 4