11 dingin tetapi cepat larut dalam air panas serta asam penyamak kateku catechu
yang larut dalam air dingin. Gambir batangan yang digunakan untuk penyamak di Eropa mengandung 35-40 persen tanin. Dengan metode ekstraksi yang canggih,
persentase olahan tanin dapat ditingkatkan sehingga dari gambir batangan dapat diperoleh katekin sebesar 65 persen dan sedikit asam penyamak kateku. Untuk
proses penyamakan, dari gambir dapat dihasilkan bahan penyamak bermutu baik terutama bila dicampur dengan bahan penyamak lainnya.
2.2.1 Katekin
Katekin merupakan senyawa flavonoid yang bersifat sebagai antioksidan. Katekin terutama terdapat pada tanaman berkayu, baik sebagai +-katekin
maupun --epi-katekin cis. Katekin memiliki nama kimia 2R,3S-2-3,4- dihydroxyphenylchroman-3,5,7-triol dengan rumus kimia C
15
H
14
O
6
. Rumus
struktur katekin dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Rumus Struktur Katekin
Sumber: http:www.ncbi.nlm.nih.gov
Katekin dari gambir banyak digunakan dalam pewarnaan untuk produksi katun dan dikenal sebagai
“catechu brown” yang bersifat tahan terhadap cahaya, larutan asam atau basa, juga bahan pemutih. Untuk mendapatkan sifat tersebut,
katun direndam dalam larutan catechu panas 1-2 yang telah ditambahkan CuSO
4
6 dari bobot catechu yang ditambahkan. Katun di atas dibiarkan di dalam wadah tersebut sampai dingin, selanjutnya direndam di dalam wadah kedua
yang berisi larutan K
2
Cr
2
O
7
hangat atau mendidih 0.1-0.2. Warna yang terbentuk akan diperkuat oleh CuCr
2
O
7
. Wool juga dapat diberi warna dengan katekin menggunakan metode yang sama, sedang pewarnaan sutra dengan catechu
terutama dilakukan untuk tujuan weighting Thorpe dan Whiteley, 1953.
12
2.2.2 Tanin
Menurut Hilbert 1954, tanin adalah sekelompok besar senyawa organik kompleks yang larut dalam air, dan tersebar secara luas di dalam berbagai
tumbuhan. Hampir setiap tumbuhan mengandung tanin dalam daun, ranting, kulit kayu, kayu atau buahnya. Namun, tanin komersial hanya diambil dari
tanaman yang kandungan taninnya tinggi. Tanaman dengan kandungan tanin yang lebih rendah dari 10 tidak ekonomis untuk diekstrak. Klasifikasi utama tanin
dari tumbuhan dapat dilihat pada Gambar 5. Bentuk tanin yang paling murni
yaitu asam gallotanin bersifat tidak berwarna, tidak berbau, larut dalam air dan dapat bergabung dengan gelatin yang terdapat dalam kulit. Karena sifat tersebut,
maka tanin sangat penting dalam industri penyamakan kulit Hilbert, 1954.
Kelas I. Tanin Katekol Catechol tannins
Dengan larutan Brom memberikan endapan. Dengan Besi Alum memberikan endapan hitam kehijauan.
Dengan CuSO
4
diikuti dengan Amoniak berlebihan, ada dua kelas:
Kelass A Endapannya larut
Kelas B Endapannya tidak larut
Cutch Acacia catechu
Quebracho Hemlock
Larch Gambier
Quercitron Cutch Mangrove
Willow Oak
Kelas II. Tanin Campuran
Dengan larutan Brom memberikan endapan. Dengan Besi Alum memberikan endapan keunguan.
Wattle bark English oak bark
Chestnut oak bark Babool bark
Kelas III. Tanin Pirogalol
Dengan larutan Brom tidak memberikan endapan. Dengan Besi Alum memberikan endapan biru hitam.
Gallnuts Sumac
Myrobalans Chestnut
Valonia Divi-divi
Alarrobilla
Gambar 5. Klasifikasi Tanin dari Tumbuhan Sumber: Hilbert 1954