Evaluasi Teknologi Pengembangan agroindustri Gambir di kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat
71
Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa hampir semua aktivitas produksi dan
penanganan gambir dilakukan secara manual dan teknologi sederhana. Teknologi yang sederhana tersebut merupakan kelemahan utama dalam agroindustri gambir
Indonesia selama ini di samping pasar internasional yang sangat dikuasai oleh Negara India. Sebagai pembanding, dilakukan juga pengkajian teknologi pengolahan
daun gambir yang digunakan perusahaan pengolah daun gambir milik pengusaha India yang berlokasi di Kabupaten Lima Puluh Kota. Hasil penilaian untuk indikator
transformasi teknologi disajikan pada Gambar 20, sedang hasil penilaian untuk indikator kapabilitas teknologi disajikan pada Gambar 21. Hasil selengkapnya
disajikan pada Lampiran 18.
Gambar 20. Indikator Transformasi Teknologi Setiap Pelaku Agroindustri Gambir Pada Gambar 20 dapat dilihat bahwa dari keempat indikator, seluruh pelaku
dalam rantai pasok gambir memiliki tingkat tingkat tranformasi teknologi yang harus ditingkatkan sehingga tercapai tingkat teknologi yang diharapkan. Hal ini terjadi
pada keempat komponen yaitu technoware, infoware, humnware dan orgaware. Unit
7 6
5 4
3 2
1 1
2 3
4 5
6 7
7 6
5 4
3 2
1 1
2 3
4 5
6 7
Orgaware Humanware
Technoware
Transformasi Teknologi yang Diharapkan
Tranformasi Teknologi di Tingkat EKsportir
Gambir Asalan Transformasi Teknologi di
Tingkat Eksportir Wafer Block Cube Gambier
Infoware
Tranformasi Teknologi di Tingkat PetaniPengempa
Transformasi Teknologi di Tingkat Pengumpul
72 pengolahan gambir skala mikro memiliki tingkat transformasi teknologi yang paling
rendah dan harus diberikan usaha yang labih besar untuk peningkatannya. Usaha tersebut menghadapi tantangan yang besar karena dalam rantai pasok agroindustri
gambier, unit pengolah gambir skala mikro merupakan pemasok dari semua unit di atasnya, dan jumlahnya paling besar. Karena itu, perbaikan teknologi pada tingkat
usaha mikro akan melibatkan pelaku usaha yang sangat besar jumlahnya sehingga memerlukan biaya yang besar. Namun jika perbaikan teknologi tersebut berhasil,
maka manfaatnya bagi keberlanjutan agroindustri gambir dalam jangka panjang juga sangat besar. Perbaikan teknologi pada tingkat usaha mikro secara langsung akan
memperbaiki kemampuan produk dan mutu produk gambir yang dihasilkan. Selanjutnya, perbaikan pada tingkat usaha mikro akan berpengaruh pada kegiatan
transportasi dan pemrosesan ulang pada pelaku dalam rantai pasok gambir berikutnya. Sebaliknya, perbaikan teknologi di tingkat eksportir adalah yang paling
mudah dilakukan, namun keberhasilannya akan dinikmati oleh pengusahaeksportir yang bersangkutan, sedang petani tidak memperoleh keuntungan ekonomi dari
perbaikan tersebut. Bahkan hal ini dapat menimbulkan upaya pihak eksportir dan pengumpul untuk membiarkan masyarakat tetap memproduksi gambir bermutu
rendah karena harga gambir di tingkat petani dapat ditekan tetap rendah. Selanjutnya, karena melibatkan eksportir dengan skala usaha yang besar dan
jumlahnya sedikit, maka perbaikan di tingkat eksportir akan membutuhkan biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan biaya keseluruhan yang harus disediakan
jika akan dilakukan perbaikan teknologi untuk masing-masing unit usaha agroindustri gambir skala mikro.
Seperti halnya pada indikator transformasi teknologi, seluruh pelaku dalam agroindustri gambir juga memiliki tingkat penguasaan teknologi yang lebih rendah
dari pada tingkat penguasaan teknologi yang diharapkan Gambar 21. Pada Gambar 21, dapat dilihat bahwa segi empat semua pelaku berada di dalam tingkat
penguasaan teknologi yang diharapkan dan nilai-nilai masing-masing pelaku intuk tiap indikator kapabilitas lebih kecil daripada nilai-nilai untuk tiap indicator
kapabilitas teknologi yang diharapkan. Pada Gambar 21 juga terlihat bahwa segi
empat untuk pengolah gambir skala mikro berada pada posisi paling dalam, dan
73 selanjutnya berturut-turut makin keluar adalah pedagang pengumpul, eksportir untuk
produk gambir asalan dan eksportir untuk produk cube gambier dan wafer block terletak paling luar, namun masih berada di dalam tingkat kapabilitas teknologi yang
diharapkan.
Gambar 21. Indikator Kemampuan Teknologi Setiap Pelaku Agroindustri Gambir Berdasarkan Gambar 20 dan Gambar 21, maka dapat disimpulkan bahwa
secara umum tingkat transformasi dan penguasaan teknologi proses dalam agroindustri gambir masih perlu ditingkatkan. Mengingat banyaknya pelaku yang
terlibat dalam agroindustri gambir, maka disamping berbagai perbaikan yang perlu dilaksanakan, maka pembinaan sumberdaya manusia harus dilakukan. Tanpa
perbaikan sumberdaya manusia, maka berbagai strategi perbaikan akan sulit dijalankan dan memberikan hasil yang diharapkan.