3 sebagai negara tujuan ekspor utama gambir Indonesia yang mengekspor kembali
produk gambir ke berbagai negara, India terus meningkatkan volume impor gambirnya ke Indonesia, sementara negara tujuan ekspor lainnya menunjukkan
kecenderungan yang berbeda Gambar 2.
a India b Negara Tujuan Selain India
Gambar 2. Perkembangan Ekspor Gambir Indonesia ke Berbagai Negara
2005-2009 Sumber
: BPS 2006-2010
Di Indonesia, penghasil utama gambir adalah Sumatera Barat yang memasok sekitar 90 persen dari total produksi. Dari publikasi BPS 2008,
diketahui gambir juga diusahakan di beberapa provinsi lain yaitu Sumatera Utara,
Riau dan Sumatera Selatan Lampiran 3. Sentra penghasil gambir Sumatera
Barat terbagi dua yaitu Kabupaten Lima Puluh Kota yang berkontribusi sebesar 69.79 persen dari total produksi Sumatera Barat dan Kabupaten Pesisir Selatan
dengan kontribusi sebesar 23.87 persen. Di samping itu, tanaman gambir juga terdapat di beberapa kabupaten lain di Sumatera Barat yaitu Padang Pariaman,
Pasaman, Sawahlunto Sijunjung dan Kabupaten Agam Lampiran 4. Di
Kabupaten Lima Puluh Kota, daerah penghasil gambir terpenting adalah Kecamatan Kapur IX, Kecamatan Pangkalan Koto Baru dan Kecamatan Bukit
Barisan Lampiran 5.
Mengingat sejumlah industri kecil pengolahan gambir secara geografis berada pada lokasi berdekatan, maka pengembangan industri gambir melalui
- 2,000,000
4,000,000 6,000,000
8,000,000 10,000,000
12,000,000 14,000,000
16,000,000 18,000,000
2005 2006 2007 2008 2009
V o
lu m
e E
ks p
o r
kg
Tahun
- 100,000
200,000 300,000
400,000 500,000
600,000
V o
lu me
E ks
p o
r kg
Negara Tujuan
2005 2006
2007 2008
2009
4 pendekatan klaster memungkinkan untuk dilaksanakannya perbaikan secara
kelembagaan. Pendekatan klaster diharapkan akan lebih memudahkan penanganan persoalan teknologi untuk peningkatan mutu produk serta kapasitas
produksi. Hal ini terjadi karena dengan ikatan kerja sama antar berbagai stakeholder
dalam klaster, kegiatan pembinaan dan kemitraan akan dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan lebih efektif. Di samping itu,
melalui kelembagaan yang baik, maka persoalan pemasaran dan permodalan yang menjadi masalah klasik dalam industri kecil dan menengah diharapkan akan dapat
diatasi. Hasil survei awal di Kabupaten Lima Puluh Kota menunjukkan bahwa
banyak petani yang memiliki permasalahan permodalan untuk menjalankan usahanya. Namun, mereka tidak berhubungan dengan bank untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Mereka lebih banyak berhubungan dan terikat dengan pedagang pengumpul tertentu. Keterikatan tersebut berupa keharusan untuk
menjual gambir kepada pedagang yang bersangkutan meskipun harga jual gambir mereka lebih rendah dari harga pasar Wawancara dengan petani di Kabupaten
Lima Puluh Kota, Juli-Agustus 2010. Karena itu diperlukan sumber pembiayaan yang mudah diakses serta sesuai dengan kondisi sosial ekonomi usaha tani di
daerah yang bersangkutan. Permasalahan permodalan juga berdampak pada kemampuan teknologi
masyarakat yang berpengaruh terhadap mutu produk gambir mereka. Rendahnya mutu gambir
masyarakat terjadi karena proses produksi umumnya masih sederhana dan dilakukan secara tradisional. Kondisi serta area proses ekstraksi
pengempaan untuk menghasilkan gambir hingga penanganan yang dilakukan secara tradisional menyebabkan mutu produk gambir tidak dapat dikontrol dengan
baik. Dalam upaya mendapatkan solusi dan rencana pengembangan agroindustri
gambir, perlu dilakukan analisa yang mendasar dari permasalahan yang ada. Analisa tersebut dimulai dari pemahaman dasar tentang teknologi proses dan mutu
produk gambir yang dihasilkan serta keinginan pasar terhadap mutu produk, hingga proses untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu gambir secara
terus menerus Dhalimi, 2006. Di sisi lain, sangat perlu dikaji berbagai
5 permasalahan menyangkut sistem perdagangan gambir sehingga dapat
dirumuskan berbagai perbaikan yang diharapkan akan dapat menjamin agar gambir tetap menarik bagi semua pelaku produksi dan perdagangan gambir.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan umum untuk menghasilkan rencana pengembangan agroindustri gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera
Barat. Di lain pihak tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan peta kekuatan dan kelemahan serta permasalahan dalam
agroindustri gambir Indonesia umumnya dan Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya,
2. Menghasilkan usulan pengembangan agroindustri gambir pada masa yang akan datang
3. Mendapatkan perkiraan manfaat perbaikan agroindustri gambir yang diusulkan.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan meliputi hal-hal berikut: 1. Pemetaan kondisi agroindustri gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota,
yang meliputi evaluasi teknologi proses yang digunakan dalam seluruh pelaku bisnis gambir, evaluasi mutu gambir produksi masyarakat, evaluasi
kekuatan dan kelemahan agroindustri gambir Indonesia serta kajian rantai pasok dan perdagangan gambir.
2. Identifikasi perbaikan yang perlu dilakukan dan perumusan usulan perbaikan untuk pengembangan agroindustri gambir pada masa yang akan
datang 3. Pengkajian perkiraan manfaat dari perbaikan yang diusulkan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Hasil penelitian mengenai kebutuhan teknologi dapat dimanfaatkan oleh
para peneliti dan perguruan tinggi, investor, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, serta agroindustri
6 gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota untuk perencanaan perbaikan
mutu, kuantitas serta efisiensi produksi gambir dan produk turunannya. 2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi
kelembagaan dan pendanaan untuk perbaikan produksi dan perdagangan gambir
serta produk
olahan gambir
yang diharapkan
dapat mendistribusikan keuntungan dan resiko kepada seluruh pelaku dalam
rantai pasok gambir. 3. Jika dibuatkan perangkat lunak untuk sistem pendukung keputusannya,
pendekatan yang digunakan diharapkan dapat membantu aktivitas perencanaan awal, pengendalian saat rencana pengembangan agroindustri
gambir diimplementasikan serta penyusunan rencana selanjutnya dari umpan balik yang diberikan.
4. Dengan melakukan
penyesuaian, usulan
pengembangan yang
direkomendasikan diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengembangan produk unggulan dan spesifik di wilayah lain.
1.5 Kebaruan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan gabungan berbagai teknik yang meliputi Analisis THIO Technoware, Humanware, Infoware dan Orgaware, Analisis
SWOT serta Model Berlian Porter dan Interpretive Structural Modeling ISM dalam analisis kondisi aktual agroindustri gambir. Dalam presentasinya,
digunakan web yang belum digunakan peneliti lain untuk analisis SWOT secara grafis. Selanjutnya, untuk perumusan strategi pengembangan digunakan Proses
Hirarki Analitik PHA. Pada tahap akhir penelitian dikembangkan model klaster agroindustri gambir sebagai solusi untuk perbaikan kelembagaan agroindustri
gambir yang belum pernah dirumuskan peneliti lain. Pada tahap analisis perkiraan manfaat finansial, digunakan pendekatan dengan menggunakan nilai emas yang
tidak didasari oleh konsep time value of money sehingga berbeda dengan analisis finansial yang umum digunakan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agroindustri gambir sangat kompleks, saling terkait dan melibatkan berbagai pihak. Telah banyak
7 penelitian dilakukan berkenaan dengan teknologi proses, pengembangan produk
hingga identifikasi permasalahan dalam agroindustri gambir. Semua penelitian tersebut meliputi aspek tertentu dalam agroindustri gambir dan belum ada peneliti
yang merumuskan usulan pengembangan dengan pendekatan menyeluruh. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena mempertimbangkan
berbagai aspek perbaikan maupun para pelaku dalam agroindustri gambir. Pada penelitian ini diusulkan penggunaan unit pengolahan gambir
bergerak mobile unit sebagai salah satu usulan yang baru dalam agroindustri gambir. Rancangan unit pengolahan gambir bergerak tersebut disiapkan untuk
perbaikan teknologi sekaligus merupakan metode introduksi dan sosialisasinya kepada masyarakat. Penggunaan unit pengolahan bergerak yang peralatannya
diadakan secara
bertahap memungkinkan
masyarakat menilai
dan mempertimbangkan untuk mengadopsinya jika dinilai menguntungkan. Metode
ini diharapkan dapat mengurangi resiko penolakan dan resistensi masyarakat terhadap teknologi baru. Introduksi teknologi seperti ini selanjutnya mungkin
diterapkan untuk berbagai komoditas lain yang lokasinya tersebar, berjumlah banyak, berskala kecil serta sulit dijangkau sehingga membatasi kesempatan
inovasi karena ketidaktersediaan sumber energi. Di samping itu, disiapkan juga rancangan unit pengolahan bergerak untuk produksi katekin dan tanin dari gambir
asalan serta pabrik tetapnya. Pada tahap perancangan, identifikasi kebutuhan dan evaluasi kapasitas peralatan dilakukan berdasarkan hasil penelitian skala Pilot
Plant di Departemen TIN, Fateta, IPB selama tahun 2009-2010. Pendirian unit pengolahan dan pemasaran katekin serta tanin sebagai produk antara bernilai
tambah tinggi, diharapkan dapat menjadi pemacu untuk pengembangan agroindustri gambir pada masa yang akan datang, baik sektor hulu maupun
industri hilir serta berbagai industri yang terkait.