Kinerja Rantai Pasok Gambir dengan Adanya Pabrik Pengolah Katekin

124 a Gambir Indonesia b Gambir Kab 50 Kota Gambar 37. Biaya Transportasi pada Berbagai Tingkat Konversi Ekspor sebagai Katekin dan Tanin Sejalan dengan pengaruh tingkat konversi ekspor pada Gambar 37, pada Gambar 38 dapat dilihat bahwa pertumbuhan volume ekspor gambir sebesar 10 per tahun dan ekspor katekin dan tanin dapat dipertahankan dalam jumlah 10 dari volume ekspor tersebut akan meningkatkan penghematan biaya transportasi produk gambir sampai pelabuhan ekspor. Hal tersebut berlaku untuk semua alternatif jaringan rantai pasok yang diusulkan. a Gambir Indonesia b Gambir Kab 50 Kota Gambar 38. Perkiraan Biaya Transportasi Akibat Peningkatan Jumlah Ekspor Gambir Sebesar 10 per Tahun 5,500 6,000 6,500 7,000 7,500 8,000 8,500 9,000 9,500 10 20 30 40 50 B ia y a T ra nspo rt a si R p. jut a Proporsi Konversi Ekspor ke Katekin+Tanin Alt 1 Alt 2 Alt 3 Alt 4 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 10 20 30 40 50 B ia y a T ra nspo rt a si R p. jut a Proporsi Konversi Ekspor ke Katekin+Tanin Alt 1 Alt 2 Alt 3 Alt 4 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000 22,000 24,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 B ia y a T ra nspo rt a si R p. Jut a Tahun SAAT INI ALT 1 ALT 2 ALT 3 ALT 4 5,000 7,000 9,000 11,000 13,000 15,000 17,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bi a y a T r a n s p o r t a s i Rp . Ju t a Tahun SAAT INI ALT 1 ALT 2 ALT 3 ALT 4 125

5.7.3 Analisis Sensitivitas

Dalam analisis sensitivitas dikaji pengaruh perubahan biaya tetap dan biaya variabel transportasi serta perubahan kapasitas produksi masing-masing kecamatan kemampuan pasokan gambir terhadap total biaya transportasi. Keduanya dapat dilihat pada Tabel 26 dan Tabel 27. Tabel 27. Total Biaya Transportasi dengan Perubahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel Transportasi Kondisi Biaya Tetap Biaya Variabel Saat Ini Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alterna- tif 4 1 Tetap Tetap 8,895.69 8,594.49 8,602.93 8,529.89 8,264.55 2 Naik 10 Tetap 9,268.60 8,961.68 8,960.56 8,891.02 8,609.53 3 Tetap Naik 10 9,412.36 9,086.75 9,085.56 9,021.75 8,746.02 4 Naik 10 Naik 10 9,785.26 9,453.94 9,452.73 9,382.88 9,091.01 5 Naik 20 Tetap 9,641.50 9,328.88 9,327.73 9,252.15 8,954.52 6 Tetap Naik 20 9,929.03 9,579.01 9,577.73 9,513.61 9,227.50 7 Naik 20 Naik 20 10,674.83 10,313.39 10,312.07 10,235.87 9,917.46 Keterangan: Seluruh Nilai dalam Juta Rupiah Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa peningkatan biaya tetap menyebabkan kenaikan total biaya transportasi, namun kenaikan tersebut lebih rendah daripada peningkatan total biaya transportasi akibat perubahan biaya variabel transportasi. Hal tersebut terjadi karena biaya tetap meningkat dengan bertambahnya jumlah trip pengangkutan yang secara numerik jauh lebih kecil daripada jarak tempuh dalam pengangkutan yang merupakan hasil kali antara jumlah trip dengan jarak tempuh per trip. Oleh karena itu, peningkatan biaya variabel keseluruhan akan lebih tinggi daripada peningkatan biaya tetap keseluruhan. Pada Tabel 27 dapat dilihat bahwa peningkatan proporsi pasokan dari Kecamatan Pangkalan akan menurunkan total biaya transportasi. Hal ini terjadi karena gudang konsolidasi terletak di Kecamatan Pangkalan sehingga akan meningkatkan proporsi material yang tidak membutuhkan biaya transportasi dan menurunkan kebutuhan pengiriman dari masing-masing kacamatan ke Kecamatan Pangkalan. Peningkatan pasokan dari Kecamatan Bukit Barisan akan meningkatkan 126 biaya transportasi karena Kecamatan Bukit Barisan berjarak sekitar 50 km dari Pangkalan yang merupakan lokasi gudang konsolidasi maupun pabrik pengolahan katekin. Pada tingkat pasokan dari Bukit Barisan yang sama, peningkatan biaya transportasi lebih tinggi untuk alternatif 2 pengiriman ke Pangkalan dalam bentuk gambir asalan dibandingkan dengan alternatif 3 pengiriman ke Pangkalan dalam bentuk katekin dan tanin. Kondisi tersebut terjadi karena pada kegiatan pengolahan bahan baku berupa gambir asalan menjadi produk katekin terjadi penurunan volume dan bobot material sehingga lokasi pabrik lebih baik mendekati lokasi bahan baku Ballou, 1992. Hal tersebut memberikan petunjuk bahwa pada volume pasokan yang tinggi, di lokasi tertentu perlu disediakan stocking point sendiri. Sebaliknya, pada volume pasokan yang rendah, stocking point tertentu lebih baik ditutup Wouda et al., 2002. Contoh perhitungan biaya transportasi untuk keempat alternatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26 Sampai dengan Lampiran 34. Tabel 28. Pengaruh Perubahan Pasokan Gambir per Kecamatan terhadap Total Biaya Transportasi Kondisi Pasokan Gambir untuk Katekin Total Biaya Transportasi Rp. Juta Kapur IX Pangkalan Kotobaru Bukit Barisan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 1 60 30 10 8,594.49 8,602.93 8,526.55 8,293.38 2 50 40 10 8,591.76 8,600.20 8,517.44 8,290.65 3 40 40 20 8,592.65 8,609.52 8,511.95 8,319.27 4 40 35 25 8,594.45 8,615.55 8,513.76 8,334.94 5 40 30 30 8,596.87 8,622.18 8,516.18 8,351.22 6 60 40 - - 8,590.27 8,522.32 8,261.43 7 50 50 - - 8,588.15 8,513.82 8,259.31 5.8 Kajian Manfaat Finansial Pengembangan Agroindustri Gambir Kajian manfaat finansial pengembangan agroindustri gambir dilakukan dengan dua pendekatan yaitu 1 dengan menstandarkan nilai uang dengan harga emas dan 2 dengan mempertimbangkan time value of money. Berdasarkan kajian perbaikan rantai pasok diketahui bahwa unti pengolahan katekin dan tanin harus didirikan di sentra- 127 sentra produksi gambir. Dengan pertimbangan kedekatan bahan baku tersebut, maka pengembangan unit produksi katekin dan tanin yang dipilih adalah penggunaan mobile unit dan pendirian pabrik pengolah katekin dan tanin di beberapa nagari. Karena pembatas kapasitas produksi dalam tahapan proses produksi katekin dan tanian adalah kapasitas spray dryer, maka seluruh perhitungan untuk mobile unit maupun pabri pengolah katekin di tingkat nagari didasarkan atas data teknis untuk opersional spray dryer. Berbeda dengan mobile unit yang menggunakan spray dryer skala kecil, maka pabrik yang tetap menggunakan spray dryer skala besar. Perhitungan kapasitas produksi mobile unit dan Pabrik Tetap didasarkan atas beberapa data teknis pada Tabel 29 dan Gambar 39. Selanjutnya, analisis finansial mobile unit maupun pabrik tetap tersebut dilakukan dengan beberapa kebutuhan operasional pada Tabel 30. Tabel 29. Data Teknis untuk Perhitungan Kapasitas Produksi Katekin dan Tanin Data Operasi Satuan Mobile Unit Pabrik Tetap Kecepatan aliran umpan drying literjam B.J = 1 4 25 Jumlah jam kerja jamhari 8 8 Kebutuhan air literkg gambir asalan 5 5 Kebutuhan pelarut literkg gambir asalan 2 2 Rendemen katekin katekingambir asalan 15 15 Rendemen tanin taningambir asalan 15 15 Produksi katekin kghari 1.05 5.25 Produksi tanin kghari 1.05 5.25 Proses produksi katekin dan tanin dari gambir asalan membutuhkan air dan pelarut serta memisahkan kotoran dari bahan yang akan dikeringkan lebih lanjut dengan spray dryer. Selanjutnya, pengeringan akan melepaskan uap air ataupun uap pelarut dari padatan kering dan menghasilkan produk berupa katekin dan tanin bubuk. Gambaran neraca massa dalam proses tersebut disajikan pada Gambar 39.