Kebaruan Penelitian Pengembangan agroindustri Gambir di kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat

8 halaman ini sengaja dibiarkan kosong 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman dan Produk Gambir

Gambir merupakan resin yang diekstrak dari daun dan cabang-cabang muda tanaman gambir Uncaria gambir Roxb., dikristalkan dan diperdagangkan dalam bentuk kubus atau blok kecil Ridsdale, 2007. Selanjutnya, Thorpe dan Whiteley 1953 menyatakan bahwa catechu produk gambir untuk pewarna merupakan produk berwarna kuning biasanya berbentuk kubus dan diperoleh dari tumbuhan Uncaira gambir yang merupakan tanaman semak, baik yang liar maupun yang dibudidayakan. Catechu tersebut diisolasi melalui ekstraksi daun dan ranting dengan air panas sampai cairannya mengental seperti sirup. Bahan yang tidak larut kemudian dipisahkan dengan menggunakan saringan. Setelah dingin, massa berbentuk pasta tersebut dipotong-potong membentuk kubus berukuran 2.5 cm dan dikeringkan. Tumbuhan gambir Uncaria gambir Hunt. Roxb termasuk dalam divisi Magnoliophyta , kelas Magnoliopsida, ordo Gentianales, family Rubiaceae dan genus Uncaria Ridsdale, 2007. Gambir merupakan liana yang batang mudanya berbentuk persegi dan batang utamanya tegak, dilengkapi dengan kait yang melengkung. Kait tersebut adalah modifikasi dari gagang perbungaan. Daunnya berhadapan, agak menjangat, pinggirannya rata, berbentuk bundar telur sampai lonjong, gundul, pertulangan daun bagian bawah menonjol dengan rambut-rambut domatia, penumpunya rata, gundul, panjangnya 7.5-12.5 cm Gambar 3. Perbungaannya bertipe bongkol, tumbuh di ketiak daun dan di ujung ranting, bongkol itu berdiameter 6-8 cm, tangkai bunga mencapai panjang 3 mm, gundul, hipantium bergaris tengah 1-2 mm, berambut rapat, berwarna kuning sampai merah tua, tabung mahkota berbentuk benang, bagian luar berbulu jarang, panjangnya 10-15 mm, daun kelopak panjangnya 5-7 mm, tabungnya + 2.5 mm. Buahnya berbentuk bulat agak lonjong, berdiameter 15-17.5 mm Djarwaningsih, 1993. Gambir dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 200-800 m di atas permukaan laut, mulai dari topografi agak datar sampai di lereng bukit. Biasanya gambir ditanam sebagai tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir 10 hutan. Budidaya gambir biasanya semiintensif, jarang diberi pupuk tetapi pembersihan dan pemangkasan dilakukan Djarwaningsih, 1993. Gambar 3. Tanaman Gambir Sumber: Koleksi Pribadi 2010 Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih. Gambir diketahui merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses dalam perut dan usus Djarwaningsih, 1993. Fungsi gambir yang lain adalah untuk campuran obat seperti untuk luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit yang digunakan dengan cara dibalurkan, penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil. Fungsi yang tengah dikembangkan juga adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel Nazir, 2003. Menurut Ridsdale 1993, gambir memiliki tiga kegunaan utama yaitu: 1 untuk penyamak kulit, 2 untuk menyirih yang dikonsumsi bersama buah pinang Areca catechu L, kapur dan daun sirih Piper betle L. serta 3 untuk obat-obatan.

2.2 Kandungan Kimia Gambir

Kandungan utama gambir yang juga dikandung oleh banyak anggota Uncaria lainnya adalah flavonoid terutama gambirin, katekin sampai 51, zat penyamak 22-50, serta sejumlah alkaloid seperti gambirtanin serta turunan dihidro dan okso-nya Thorpe dan Whiteley, 1921. Menurut Djarwaningsih 1993, daun gambir mengandung katekin yang bersifat sedikit larut dalam air 11 dingin tetapi cepat larut dalam air panas serta asam penyamak kateku catechu yang larut dalam air dingin. Gambir batangan yang digunakan untuk penyamak di Eropa mengandung 35-40 persen tanin. Dengan metode ekstraksi yang canggih, persentase olahan tanin dapat ditingkatkan sehingga dari gambir batangan dapat diperoleh katekin sebesar 65 persen dan sedikit asam penyamak kateku. Untuk proses penyamakan, dari gambir dapat dihasilkan bahan penyamak bermutu baik terutama bila dicampur dengan bahan penyamak lainnya.

2.2.1 Katekin

Katekin merupakan senyawa flavonoid yang bersifat sebagai antioksidan. Katekin terutama terdapat pada tanaman berkayu, baik sebagai +-katekin maupun --epi-katekin cis. Katekin memiliki nama kimia 2R,3S-2-3,4- dihydroxyphenylchroman-3,5,7-triol dengan rumus kimia C 15 H 14 O 6 . Rumus struktur katekin dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Rumus Struktur Katekin Sumber: http:www.ncbi.nlm.nih.gov Katekin dari gambir banyak digunakan dalam pewarnaan untuk produksi katun dan dikenal sebagai “catechu brown” yang bersifat tahan terhadap cahaya, larutan asam atau basa, juga bahan pemutih. Untuk mendapatkan sifat tersebut, katun direndam dalam larutan catechu panas 1-2 yang telah ditambahkan CuSO 4 6 dari bobot catechu yang ditambahkan. Katun di atas dibiarkan di dalam wadah tersebut sampai dingin, selanjutnya direndam di dalam wadah kedua yang berisi larutan K 2 Cr 2 O 7 hangat atau mendidih 0.1-0.2. Warna yang terbentuk akan diperkuat oleh CuCr 2 O 7 . Wool juga dapat diberi warna dengan katekin menggunakan metode yang sama, sedang pewarnaan sutra dengan catechu terutama dilakukan untuk tujuan weighting Thorpe dan Whiteley, 1953.