Rantai Pasok dan Pemasaran Produk Gambir
66 Kondisi tersebut tidak menyebabkan berkurangnya keuntungan pedagang
maupun eksportir, karena mereka telah memperhitungkan harga beli, biaya penanganan dan transportasi serta keuntungan dalam bisnis mereka. Berbeda dengan
pedagang yang memiliki posisi tawar untuk menetapkan harga, petani hanya menerima harga pembelian yang telah ditentukan oleh pedagang. Dengan demikian
pihak yang akan tertekan adalah petani.
a Dari Petani sampai EksportirPedagang b Dari Pedagang sampai Konsumen
Domestik
Gambar 19. Rantai Perdagangan Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota
Dalam penentuan harga jual gambir, petani hanya menerima harga yang ditetapkan pedagang atas gambir yang dimilikinya. Menurut salah seorang eksportir
di Padang, importer dari India secara rutin datang ke Padang dan menentukan harga untuk pembelian pada waktu-waktu yang akan datang. Berdasarkan harga tersebut,
maka harga beli ke pedagang sampai ke petani ditentukan. Posisi tawar tersebut dapat menjadi semakin lemah karena ada kalanya pedagang pengumpul tidak datang
ke pasar pada waktu tertentu, agar petani yang membutuhkan uang bersedia menjual gambirnya meskipun dengan harga yang rendah.
Sebenarnya petani dapat memproduksi gambir yang lebih murni dengan tidak menambahkan bahan lain seperti pupuk, tanah dan sebagainya, ataupun membuat
gambir dengan mutu yang lebih baik. Namun demikian, perbedaan harga jual antara produk yang lebih murni dibandingkan dengan produk campuran tidak signifikan
67
Tabel 14. Di sisi lain, ada kalanya pedagang meminta kepada petani untuk
menghasilkan gambir sesuai dengan keinginan mereka. Karena kondisi tersebut, adanya pencampuran gambir dengan bahan lain sulit diatasi dan tuntutan agar
pemerintah memberlakukan SNI untuk gambir tidak mudah dilaksanakan.
Tabel 14. Perbandingan Pendapatan Petani dengan Perbedaan Harga Gambir Saat Ini Mutu
Jumlah produk kgminggu
Harga Rpkg
Total Pendapatan per Minggu Rp
Seperti yang ada saat ini 120
27.500 3.300.000
Mutu diperbaiki 80
30.000 2.400.000
Dicampur bahan lain 150
24.000 3.600.000
Sumber: Wawancara dengan petani Kecamatan Kapur IX Juni 2010 Untuk perbaikan pada masa yang akan datang, mutlak diperlukan pembedaan
harga yang signifikan antara gambir bermutu baik dari gambir campuran yang bermutu rendah. Apabila perbedaan harga tersebut cukup baik, maka petani akan
lebih senang memproduksi gambir bermutu baik karena bobotnya lebih ringan dan pekerjaan pengempa lebih ringan, namun pendapatan mereka sama atau bahkan lebih
baik Tabel 15. Di sisi lain, adanya tuntutan dari konsumen untuk gambir bermutu
baik akan memaksa pedagang hanya mau membeli gambir yang bermutu baik kepada petani. Kondisi tersebut mungkin dicapai jika terdapat alternatif pasar di luar jalur
pemasaran yang berlaku selama ini.
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa pada tingkat harga untuk gambir yang
mutunya diperbaiki adalah Rp. 41.250,00kg, maka total pendapatan petani masih lebih rendah daripada pendapatannya jika gambir dicampur bahan lain. Namun, jika
harga gambir dengan mutu yang diperbaiki adalah Rp. 45.000,00kg, maka pendapatan petani akan sama dengan pendapatannya jika mencampur gambir dengan
bahan lain. Pada kondisi seperti ini, maka petani pasti akan memproduksi gambir dengan mutu yang diperbaiki karena pekerjaan yang lebih ringan.
68
Tabel 15. Usulan Pembedaan Harga Gambir Menurut Mutu Kondisi Agustus 2010 Mutu
Jumlah produk kgminggu
Harga Rpkg
Total Pendapatan per Minggu Rp
Seperti yang ada saat ini 120
27.500 3.300.000
Mutu diperbaiki 1 80
41.250 3.300.000
Mutu diperbaiki 2 80
45.000 3.600.000
Dicampur bahan lain 150
24.000 3.600.000
Pada saat transaksi, hasil penimbangan gambir petani akan dipotong dengan bobot karung dan antisipasi susut pengeringan. Kedua potongan tersebut dilakukan
berdasarkan ketetapan pedagang dan bukan didasarkan atas hasil pengukuran. Pada kondisi cuaca cerah, pengeringan gambir di ladang yang dilakukan selama tiga
sampai empat hari telah menghasilkan gambir yang cukup kering untuk dijual. Namun jika hari hujan, atau cuaca mendung, kadar air gambir masih cukup tinggi
sehingga jumlah potongan akibat kadar air cukup besar. Petani yang terdesak terpaksa menjual gambirnya dalam kondisi basah tersebut. Petani yang lebih
mampu, baik untuk kelurganya sendiri maupun tenaga pengempa akan menahan gambirnya untuk dijual setelah gambir menjadi lebih kering.
Pada waktu penelitian berlangsung, diketahui bahwa seluruh produk gambir
dalam rantai perdagangan Gambar 19 bahkan hingga gambir diekspor adalah
dalam bentuk gambir asalan dengan mutu yang sangat beragam. Meskipun demikian, ditemukan juga adanya eksportir yang melakukan pemrosesan ulang
gambir asalan menjadi bentuk wafer block atau cube gambier, namun pemasarannya terbatas. Dalam rantai perdagangan tersebut, aktivitas yang dilakukan pedagangan
pengumpul maupun eksportir adalah pengeringan dan pengemasan ulang. Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari ataupun
menggunakan oven pengering berbahan bakar minyak. Sejalan dengan sedikitnya proses nilai tambah dalam seluruh rantai
perdagangan, aktivitas pengemasan dilakukan sebatas fungsi kemudahan penanganan sehingga gambir asalan umumnya disimpan dalam karung plastik ataupun karung
goni. Dengan perdagangan gambir sebagai komoditas yang telah berlangsung berpuluh-puluh tahun tersebut, aktivitas promosi serta pencarian pasar ke negara-
negara calon importir baru sangat sedikit dilakukan. Akibat kondisi tersebut,
69 ketergantungan yang sangat tinggi terhadap India sebagai negara importir gambir
utama telah menyulitkan Indonesia untuk mengembangkan dan membangun pasar sendiri yang dapat memperkuat posisi Indonesia dalam bisnis gambir internasional.