89
Pada Gambar 26 dapat dilihat pemanfaatan daun, ranting gambir muda dan
batang gambir tua untuk berbagai penggunaan. Daun dan ranting muda tanaman gambir merupakan bahan baku produk gambir yang selama ini dihasilkan masyarakat
gambir asalan. Gambir asalan tersebut dapat digunakan secara langsung misalnya sebagai bahan tambahan pengikat partikel pelet kayu, campuran dalam pakan ternak
sapi potong, serta menyirih ataupun diolah kembali menjadi berbagai macam produk
turunan. Lebih lanjut, pada Gambar 26 dapat dilihat berbagai produk olahan dari
gambir asalan yang terdiri dari i produk utama yaitu gambir murni, gambir terstandarisasi, katekin dan alkaloid; ii adhesive; iii produk biofarmakasediaan;
iv berbagai produk dari nano gambir; v berbagai senyawa kimia serta vi antioksidan dan antimikroorganisme.
Terkait dengan keterbatasan sumberdaya serta kemampuan membangun pasar, maka perlu ditentukan prioritas produk hilir yang akan dikembangkan lebih dahulu.
Untuk pemilihan produk tersebut, kriteria yang digunakan adalah penguasaan teknologi, kemungkinan pembangunan pasar serta volume produk gambir
masyarakat yang dapat diserap terkait dengan jumlah petani yang dapat diupayakan peningkatan kesejahteraan mereka. Dengan pertimbangan tersebut, maka produk
yang diprioritaskan untuk dikembangkan adalah produk antara yang berasal dari gambir asalan produksi masyarakat. Selanjutnya, mengingat penguasaan dan
kemudahan penyediaan teknologi, maka produk yang akan dikembangkan adalah katekin dan tanin.
Berdasarkan penelitian Gumbira Said et al. 2010, maka industri katekin dan tanin dari gambir asalan sangat layak dikembangkan. Dengan volume pasar yang
cukup besar, maka industri katekin dan tanin diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi sejumlah besar produk gambir masyarakat secara signifikan.
5.2 Identifikasi Potensi dan Kebutuhan Pengembangan Agroindustri Gambir
Berdasarkan hasil survei dan berbagai kajian tentang permasalahan agroindustri gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya, dan Indonesia pada
umumnya, maka berbagai kemungkinan pengembangan agroindustri gambir dilakukan dengan berbagai tujuan sebagai berikut: i Peningkatan kapasitas dan
90 efisiensi produksi gambir, ii Peningkatan mutu produk gambir, iii Peningkatan
harganilai gambir dan iv Perbaikan dan penguatan pemasaran gambir.
1. Peningkatan Kapasitas dan Efisiensi Produksi Gambir
Upaya peningkatan produksi dapat ditempuh melalui beberapa langkah antara lain meliputi penambahan dan perluasan areal kebun gambir untuk peningkatan
kemampuan penyediaan bahan baku, peremajaan tanaman gambir yang telah tua dan perbaikan teknologi pengolahan. Perbaikan teknologi pengolahan dilakukan pada
teknologi yang digunakan masyarakat, ataupun penggunaan teknologi yang sama sekali berbeda dengan yang digunakan selama ini. Berbagai teknologi pengolahan
yang digunakan saat ini meliputi teknologi perebusanpemasakan, teknologi ekstraksi, teknologi pengurangan kadar air pasta dan teknologi pengeringan. Peningkatan
teknologi ekstraksi bertujuan untuk meningkatkan kecepatan produksi ataupun peningkatan efisiensi ekstraksi dan perolehan produk gambir. Perbaikan proses
ekstraksi antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi pengecilan ukuran daun dan penggunaan mesin ekstraksi antara lain:
Penggunaan penggiling daun Penggunaan hydraulic press dengan motor listrik
Penggunaan penggiling daun dan hydraulic press dengan motor listrik Penggunaan penggiling daun dan screw press
Penggilingan daun dan penggunaan teknologi maserasiekstraksi dengan pelarut
Selanjutnya, karena proses pengeringan juga merupakan tahapan proses yang membutuhkan waktu yang lama, maka peningkatan kecepatan pengeringan dengan
menggunakan peralatan pengering juga akan mampu meningkatkan kapasitas produksi gambir masyarakat. Perbaikan proses pengeringan dilakukan dengan
penggunaan pengering mekanis misalnya cabinet dryer untuk produksi dengan teknologi pengolahan gambir yang ada ataupun penggunaan spray dryer untuk
produk gambir berbentuk bubuk. Alternatif perbaikan yang lain adalah penggunaan teknologi yang sama sekali baru misalnya pada pengolahan daun gambir kering dan
91 ekstraksi menggunakan pelarut. Di samping peningkatan kapasitas dan efisiensi
produksi, perlu juga dikaji upaya peningkatan efisiensi penanganan bahan baku dan penggunaan sumber energibahan bakar alternatif.
Peningkatan efisiensi penanganan bahan baku
Karena banyak kebun gambir berlokasi di lereng-lereng bukit, maka selama ini transportasi bahan baku menjadi masalah yang cukup menghambat pemanfaatan
potensi produksi. Hal ini dapat diketahui dari kenyataan tidak termanfaatkannya empat unit bangunan dan fasilitas produksi yang telah disediakan pemerintah
Gumbira Sa’id et al., 2009. Untuk mengatasi permasalahan ini, ada dua alternatif yang mungkin dikembangkan yaitu:
1 Penyiapan fasilitas produksi yang mudah dipindah-pindah portable atau mobile Alternatif ini dapat dikembangkan mengingat fleksibilitasnya yang
memungkinkan utilisasi yang lebih tinggi karena satu bidang kebun gambir masyarakat biasanya hanya dapat memenuhi kebutuhan daun untuk pengolahan
selama 8-10 bulan, kemudian ditinggalkan. Di sisi lain, alat-alat produksi tidak dapat ditinggalkan di rumah kempa karena alasan keamanan. Dalam
pengembangannya, penggunaan fasilitas produksi yang bergerak juga dapat berfungsi untuk proses sosialisasi teknologi kepada masyarakat.
2 Penyediaan fasilitas pengangkutan bahan baku. Untuk pilihan ini, maka penjadwalan pemanenan daun perlu direncanakan
lebih baik. Selain itu, perlu ditentukan titik-titik pengumpulan daun gambir konsolidasi untuk pengangkutan dengan fasilitas transportasi yang lebih besar
ke lokasi pengolahan ekstraksi. Jika memungkinkan, untuk pengangkutan tersebut perlu dipertimbangkan pemanfaatan gaya gravitasi.
Pengkajian kemungkinan penggunaaan bahan bakar alternatif
Dalam jangka panjang, untuk pengembangan agroindustri gambir yang berkelanjutan, sumber energi diperkirakan akan menjadi masalah yang penting dan
perlu diantisipasi dengan perencanaan yang baik. Dalam upaya penyediaan bahan bakar alternatif untuk perebusan daun, maka sejalan dengan program peternakan sapi