Konsep Klaster Industri Pengembangan agroindustri Gambir di kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat

23 Tabel 5. Uraian Komponen Berlian Porter No Komponen Berlian Porter Uraian 1 Kondisi faktor Ketersediaan dan kemampuan sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, sumberdaya pengetahuan, sumberdaya modal dan infrastruktur 2 Kondisi permintaan Permintaan domestik dan internasional 3 Strategi perusahaan, struktur dan persaingan Menujukkan kondisi internal serta persaingan antar perusahaan 4 Industri terkait dan pendukung Menunjukkan bagaimana suatu industri saling bergantung dan mengisi industri lainnya Sumber: Porter 1998 Soetrisno 2005 menyebutkan bahwa studi-studi mengenai klaster UKM di Eropa Barat menunjukkan adanya sejumlah faktor yang membuat mereka dapat berkembang dengan pesat. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut: 1 Di dalam sentra produksi terdapat juga pemasok bahan baku, komponen-komponen, sub kontraktor dan produsen barang-barang jadi. Kondisi ini selain dapat mengurangi ongkos produksi, juga dapat menyebabkan masing-masing UKM satu sama lain saling bersinergi. 2 Adanya kombinasi antara persaingan yang ketat dan kerja sama antar sesama pengusaha UKM. Kondisi ini menciptakan tingkat efisiensi kolektif yang tinggi. 3 Di dalam klaster terdapat pusat-pusat pelayanan, terutama yang disediakan oleh pemerintah yang dapat digunakan secara kolektif oleh semua pengusaha. 4 UKM yang ada dalam klaster menjadi sangat fleksibel dalam menghadapi perubahan di pasar karena adanya jaringan yang baik serta inovasi-inovasi yang cerdas. 24

2.8 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah proses untuk membangun informasi yang membantu dalam menyesuaikan tujuan, program dan kapasitas suatu organisasi atau kelompok dengan lingkungan sosial tempatnya beroperasi RAPIDBI, 2010. Analisis SWOT merupakan teknik sederhana yang sangat berguna untuk membangun pemahaman tentang organisasi, situasi serta pengambilan keputusan dalam bisnis, organisasi bahkan individu. Menurut Morrison 2010, analisis SWOT merupakan perangkat perencanaan yang digunakan untuk memahami kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam proyek atau organissi. Analisis SWOT meliputi penetapan tujuan bisnis serta identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mendukung atau dapat menghalangi pencapaian tujuan tersebut. RAPIDBI 2010 menyebutkan bahwa analisis SWOT dapat membantu menyediakan kerangka untuk melakukan review strategi, posisi dan mengarahkan perusahaan atau organisasi. Analisis SWOT dapat digunakan untuk penyelesaian masalah, perencanaan termasuk perencanaan strategis, evaluasi produk, evaluasi pesaing serta pengambilan keputusan Morrison, 2010. Selanjutnya, RAPIDBI 2010 menyatakan bahwa analisisi SWOT sering digunakan sebagai bagian dari perencanaan strategis, namun dapat juga digunakan untuk memahami organisasi atau situasi maupun pengambilan berbagai keputusan. Selanjutnya, Morrison 2010 menyebutkan beberapa kelebihan Analisis SWOT sebagai berikut: • Sederhana dan fleksibel • Membantu memahami kekuatan dan kelemahan organisasi • Mendorong untuk pengembangan pemikiran strategis • Memungkinkan manajemen untuk fokus pada kekuatan dan membangun kesempatan • Memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi tentangan organisasi pada masa yang akan datang dan melakukan tindakan untuk menghindari atau meminimumkan pengaruhnya. • Memungkinkan organisasi untuk memanfaatkan semua kesempatan dalam bisnis. 25

2.9 Proses Hirarki Analitik

Proses Hirarki Analitik adalah suatu metode untuk memecahkan suatu situasi yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam susunan yang memiliki hirarki Saaty, 1980. Selanjutnya, Saaty 1980 menyatakan bahwa dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis yang digunakan dalam Proses Hirarki Analitik, terdapat tiga prinsip yang harus ditempuh yaitu penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis. Saaty 1980 menyatakan bahwa penyelesaian persoalan dengan Proses Hirarki Analitik diawali dengan penyusunan hirarki persoalan. Pada tahap ini, persoalan yang kompleks distrukturkan secara grafis. Agar dapat dibandingkan, maka setiap alternatif keputusan harus dapat dinilai dengan kriteria-kriteria yang dapat dirinci menjadi sub kriteria. Selanjutnya sub kriteria dirinci lagi menjadi sub-sub kriteria dan seterusnya. Melalui penyusunan kriteria, sub kriteria, sub- sub kriteria dan seterusnya dalam suatu hirarki, maka alternatif keputusan yang akan diambil dapat di-ranking. Dalam hirarki, masing-masing komponen akan diberikan nilai serta tingkat kepentingan melalui proses pembandingan berpasangan pair-wise comparison. Karena penilaian dan penentuan tingkat kepentingan dilakukan secara subyektif, maka pengambilan keputusan menggunakan Proses Hirarki Analitik akan menghadapi persoalan konsistensi. Saaty 1980 mengemukakan metode untuk mengukur tingkat konsistensi melaui perhitungan Consistency Index CI. Dari nilai Consistency Index CI, selanjutnya ditentukan Consistency Ratio CR. Pada tahap akhir dilakukan uji konsistensi hirarki dengan menggunakan Rasio Konsistensi Hirarki. Jika rasio konsistensi hirarki lebih kecil atau sama dengan 10 persen, maka hasil penilaian hirarki secara keseluruhan dapat diterima.

2.10 Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan JST adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi. JST pertama kali diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1943. JST ditentukan oleh jumlah, struktur, dan pola hubungan antar neuron arsitektur jaringan, metode untuk menentukan bobot penghubung metode traininglearning, serta fungsi 26 aktivasi yang akan menentukan apakah sinyal dari input neuron akan diteruskan ke neuron lain atau tidak. Neuron adalah unit pemroses informasi yang menjadi dasar dalam pengoperasian JST Fausset, 1994. Contoh JST sederhana ditunjukkan pada Gambar 8. Pada Gambar 8, neuron Y j menerima masukan dari neuron x 1 , x 2 , ... x m dengan bobot hubungan masing-masing adalah w j1 , w j2 ,...w j3 . Impuls neuron kemudian dijumlahkan, yaitu: net = x 1 w j1 + x 2 w j2 + ... + x m w jm Besar impuls yang diterima oleh Y j mengikuti fungsi aktivasi y j =fnet. Apabila nilai fungsi aktivasi cukup kuat, maka sinyal akan diteruskan. Nilai fungsi aktivasi keluaran model jaringan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengubah bobot. Gambar 8. Jaringan Syaraf Tiruan Sederhana Sumber: Fausset 1994 Bentuk JST yang lebih kompleks terdiri dari satu atau lebih lapisan tersumbunyi Gambar 9. Pada JST tersebut, sinyal input akan diterima oleh lapisan tersembunyi 1 hidden layer 1 yang akan meneruskannya ke lapisan tersembunyi berikutnya sampai ke output. Gambar 9. Jaringan Syaraf Tiruan dengan Satu Lapisan Tersembunyi Sumber: Fausset 1994 Y j x 2 x 1 x m w jm   w j 2 w j 1 x i x 1 x n v pi v 1i v 11 Y j Y 1 Y m v p 1 w m 1 w m p v 1n v pn  z p z 1     w 11 w j 1 w jp w 1p