Gambar 34. Kerangka Pengembangan Agroindustri Gambir Indonesia
Perluasan Pasar Domestik
Perluasan Pasar Ekspor
Pengembangan Bahan Antara
untuk Industri Diversifikasi
Produk Akhir
Penyediaan Bibit Unggul
Perbaikan Teknologi
Budidaya Tanaman
Perbaikan Teknologi
Pengolahan Penyiapan
Teknologi untuk Pengembangan
Produk Hilir Peremajaan
Tanaman Gambir yang Sudah Tua
Perluasan Lahan Baru
Peningkatan Kemampuan
SDM Peningkatan
Penelitian dan Pengembangan
Peningkatan Kemampuan
Permodalan
Perbaikan Kelembagaan
110
5.6 Pendekatan Klaster dalam Pengembangan Agroindustri Gambir
Hasil survei dan diskusi dengan berbagai pihak memberikan gambaran tentang permasalahan dalam agroindustri gambir yang sangat kompleks serta meliputi
berbagai aspek seperti pemasaran, pemodalan, teknologi, kelembagaan dan sebagainya. Selain itu, persoalan dalam bisnis yang telah berlangsung dalam jangka
waktu yang lama tersebut memerlukan keterlibatkan berbagai pihak baik swasta, pemerintah maupun lembaga yang bertugas mengembangkan teknologi seperti
perguruan tinggi maupun lembaga penelitian. Untuk pengembangan agroindustri gambir pada masa yang akan datang, diperlukan penanganan permasalahan dan
perencanaan yang menyeluruh dengan keterlibatan berbagai pihak. Mengingat kegiatan produksi gambir melibatkan banyak petani yang berada
dalam wilayah yang berdekatan, maka dalam penyusunan rencana pengembangan pendekatan klaster industri diharapkan dapat menghasilkan perbaikan mendasar yang
dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Di samping itu, keterlibatan berbagai pihak dalam klaster diharapkan dapat mendukung keberlanjutan agroindustri gambir
Indonesia pada masa yang akan datang. Berbagai pihak yang terlibat dalam klaster serta peran masing-masing pihak dapat dilihat pada model klaster agroindustri gambir
pada Gambar 35.
Dalam pengembangan klaster, perlu disiapkan kelembagaan yang solid dan mampu mengkaji berbagai permasalahan dalam agroindustri gambir, melakukan
perencanaan pengembangan, memperluas pasar dan sebagainya. Lembaga tersebut bekerja dalam rantai pasok gambir serta membantu dalam perolehan bantuan
permodalan bagi anggota dari kerjasama dengan lembaga keuangan dan perbankan dalam klaster. Selain itu, lembaga tersebut juga dapat berfungsi sebagai penyangga
kebutuhan keuangan anggota terutama pada saat ada masalah yang terkait dengan produksi misal rendahnya produksi daun gambir ataupun saat anggota terdesak oleh
kebutuhan yang penting. Dalam
pengembangan klaster
gambir dipertimbangkan
untuk mengembangkan sistem kerja sama permodalan berdasarkan konsep bagi hasil dan
bagi resiko yang memungkinkan resiko terbebankan secara seimbang di antara
111 anggota klaster. Dengan klaster yang kuat, maka petani dan pengolah akan memiliki
posisi yang seimbang dengan pedagang dalam kedudukannya sebagai anggota klaster. Terkait dengan pedagang pengumpul hingga eksportir, perlu dibangun sistem yang
lebih pendek dan kepada pedagang yang ada saat ini diberi pilihan untuk ikut dalam klaster dengan sistem yang disiapkan. Jika pihak pedagang tersebut tidak bersedia
mengikuti sistem yang ditawarkan, maka otomatis yang bersangkutan tidak terikat kerja sama dengan petani dan pengolah gambir yang ada.
Gambar 35. Model Klaster Agroindustri Gambir
diadaptasi dari Pahan, 2007
Pemerintah Pusat
Kebijakan investasi asing Kebijakan ekspor
Kebijakan pendanaan khususnya industri Mikro dan Kecil
Penyediaan infrastruktur Standarisasi dan Sertifikasi
Pemasaran Dalam negeri
Ekspor
MANAJEMEN KLASTER
Industri Hulu
Perkebunan Pengolah
gambir masyarakat
Pengolah gambir
lainnya
Industri Inti
Katekin Tanin
Nano gambir Nano Katekin
Pewarna
alami Senyawaan
lain
Industri Hilir
Farmasi Kosmetika
Penyamak Kulit
Pewarna Batik dan tekstil
Industri lainnya
Industri Terkait
Perbengkelan, penyedia alat dan mesin pertanianpengolahan
Transportasi Pergudangan
Bibit gambir Pupuk dan pestisida
Pemerintah Daerah
Administrasi dan regulasi daerah
Koordinasi lintas sektor
Penyediaan sarana dan prasarana
Penyusunan master plan
dan tata ruang wilayah
Kebijakan pengembangan
SDM dan inkubator bisnis
Asosiasi Pengusaha
Pengembangan pasar Pembinaan petanipengolah
Institusi Pendukung
Perguruan tinggi, Litbang
Lembaga Keuangan
112
Pada Gambar 35 dapat dilihat berbagai pihak yang berperan dalam pengembangan agroindustri gambir pada masa yang akan datang. Pada Gambar 35
tersebut dapat diketahui bahwa inti klaster agroindustri gambir adalah Industri Inti yang memperoleh bahan baku dari Industri hulu dan menyediakan produk bagi
Industri Hilir. Karena itu, pendirian industri inti tersebut diharapkan akan menarik industri hulu, pemasok dan juga industri hilir yang akan memanfaatkan produk
mereka. Hasil evaluasi peran masing-masing pihak saat ini, disajikan pada Tabel 22. Berdasarkan Tabel 22, untuk pengembangan agroindustri gambir Indonesia
umumnya dan Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya, maka upaya strategis yang harus dilakukan pada tahap awal adalah pendirian industri yang menghasilkan katekin
dan tanin sebagai produk antara yang terpenting Gumbira- Sa’id, et al., 2009;
Gumbira- Sa’id, et al., 2010. Di samping itu, maka sangat diperlukan perbaikan
kelembagaan yang dapat menyiapkan rencana strategis pengembangan agroindustri gambir, melaksanakan koordinasi dengan berbagai pihak serta mengembangkan pasar
produk gambir, khususnya produk katekin dan tanin. Pada tahap selanjutnya, perlu dilakukan pengembangan berbagai produk akhir serta pendirian industrinya secara
bertahap. Langkah-langkah tersebut mutlak diperlukan untuk mendapatkan produk- produk hilir bernilai tambah tinggi yang diharapkan akan meningkatkan manfaat
ekonomi bagi masyarakat dan pada akhirnya mampu menjamin keberlanjutan
agroindustri gambir Indonesia Tabel 23.