Beberapa Penelitian Terdahulu Pengembangan agroindustri Gambir di kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat
33 Fuzzy Analitycal Hierarchy Process serta Teknik Penyebaran Fungsi Kualitas
Quality Function Deployment. Partiwi 2007 melakukan rancang bangun model pengukuran kinerja
klaster agroindustri hasil laut khususnya teri nasi untuk wilayah Jawa Timur. Dalam rancang bangun tersebut digunakan model pengukuran kinerja
komprehensif menggunakan model Scoring Board dengan berbasis model SMART-2, OMAX dan Balanced Scorecard. Selanjutnya, Partiwi 2007
mengembangkan model pengukuran kinerja tersebut dalam bentuk Sistem Penunjang Keputusan SPK untuk manajemen kinerja pada sistem klaster
agroindustri hasil laut Kusnandar 2006 merancang model pengembangan industri kecil jamu
dengan menggunakan Sistem Manajemen Ahli. Penelitian tersebut dilakukan di Kabupaten Sukoharjo yang melibatkan 56 industri kecil jamu yang terdaftar
secara formal di samping industri kecil jamu lain yang tidak terdaftar secara formal. Dalam penelitian tersebut dilakukan kajian mengenai aspek pengadaan
bahan baku, pemasaran, pembiayaan dan kelembagaan untuk pengembangan industri kecil jamu.
Yudoko dan Mulyati 2003 melakukan penelitian karakteristik industri penyamakan kulit di Kabupaten Garut menggunakan pendekatan klaster. Dalam
penelitian ini, pelaku dalam klaster industri kulit terdiri dari industri penyamak kulit skala kecil, industri penyamak kulit skala menengah dan pemasok bahan-
bahan kimia. Dari penelitian ini didapatkan bahwa keterkaitan industri penyamak kulit dengan sektor peternakan, lembaga penelitian, institusi pendidikan dan
lembaga keuangan sangat lemah. Tarigan 2008 melakukan penelitian pengembangan agroindustri sutra
alam di Kabupaten Wajo melalui pendekatan klaster. Dalam klaster sutra alam tersebut, industri pertenunan merupakan industri inti yang bertujuan untuk
meningkatkan pemasaran, meningkatkan kualitas, produktivitas dan efisiensi serta mengembangkan desain. Kendala yang dihadapi industri inti meliputi
keterbatasan teknologi, rendahnya kualitas bahan baku serta keterbatasan modal usaha. Permasalahan tersebut perlu diselesaikan terlebih dahulu melalui
34 keterkaitan dengan lembaga keuangan serta peningkatan kemampuan sumberdaya
manusia. Purwaningsih dan Astuti 2005 melakukan penelitian tentang
pengembangan agroindustri tempe skala kecil dan menengah dengan pendekatan klaster di Kota Malang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kerja sama
antara industri inti dengan industri pendukung berlangsung baik, sedang kerja sama dengan industri terkait hanya bersifat insidental. Dari penelitian tersebut
diketahui bahwa peranan kedekatan lokasi belum termanfaatkan secara maksimal, baik dalam bentuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun bagi
tumbuhnya industri baru. Kondisi tersebut sangat diperlukan bagi pengembangan industri kecil dan menengah.
Nazra 2002 melakukan penelitian tentang masalah kelembagaan lokal pada petani gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota. Dari penelitian tersebut
diketahui lemahnya posisi tewar petani, tidak adanya lembaga petani, serta kurangnya peran pemerintah dalam memfasilitasi tumbuhnya kelembagaan
tersebut. Di sisi lain, perilaku konsumtif petani sering menyebabkan banyak petani terjerat sistem ijon yang semakin memperlemah posisi tawar mereka di
hadapan pedagang pengumpul. Orgianus 2004 melakukan rekayasa model bagi hasil dan bagi resiko
pembiayaan usaha kecil dan menengah agroindustri berbasis kentang. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pola pembiayaan dengan sistem bagi hasil
dan bagi resiko dapat membantu usaha kecil dan menengah agroindustri yang cukup adil bagi pelaku agroindustri yang merupakan usaha dengan resiko cukup
tinggi. Berbagai penelitian telah dilakukan oleh banyak peneliti mengenai gambir
antara tahun 1990-an hingga 2008. Penelitian-penelitian tersebut dapat dikelompokkan ke dalam teknologi proses, mesin dan peralatan, budidaya,
pengembangan produk, bisnis, pemasaran dan perdagangan, kajian finansial serta
penelitian dan pengembangan Lampiran 6. Beberapa penelitian mengenai
gambir dapat disebutkan antara lain: 1. Hasman, E dan M. Surya 2006 melakukan perancangan alat untuk
pengolahan gambir alat perebus bertekanan dan Abrar, H. et al. 2008
35 merancang mesin kempa hidrolik, sedangkan Pratoto 2002 melakukan
penelitian mengenai pengeringan gambir. 2. Suherdi 1994, Nazir, N. N. Ferdinal 2002, Amos, I. Zainuddin, A.
Triputranto, B. Rusmandana, S. Ngudiwaluyo 2004, Irzal dan A. Eviza 2004 dan Ridilwan 2008 melakukan penelitian mengenai teknologi proses
pengolahan gambir. 3. Ferita, I., B. Satria, Djafarudin 2002, Aprisal 2002, Asyiardi 2002,
Denian, A. 2003 dan Nurmansyah, A. Denian dan E. Suryani 2003 melakukan penelitian mengenai budidaya tanaman gambir.
4. Aldi, Y., A. A. Bakhtiar dan S.Rusfa 2004, Emriadi. , Y.Stiadi, Henny, dan D. Mustika 2004, Firmansyah, A. Bakhtiar, S.A. Konda 2004, Ilyas, A. I.
Trinanda, A. Bakhtiar 2004, Kasim, A. 2004, Patrick, L. 1999, Shanie, M., V. Hosiana, A. Bakhtiar 2004, Sugiyama, S. 2005, Arneti, U. Syam,
N. Nelly 2002 melakukan penelitian mengenai pengembangan produk gambir untuk perekat kayu lapis, insektisida nabati, produk farmasi seperti
tablet hisap, imunomodulator, terapi untuk hepatitis, serta produk kosmetik seperti shampoo, anti-acne dan sebagainya.
5. Munir, M. 2000, Hamzah, Z. 2002, Aisman, N. Nazir, M. Djalal 2004, Busharmaidi 2007 dan Ispinimiartriani 2008 mengkaji mengenai
perdagangan dan pemasaran serta kajian finansial dalam bisnis gambir. 6. Dhalimi, A 2006 dan Denian, A., Z. Hasan dan A. Taher 2003 mengkaji
mengenai penelitian dan pengembangan gambir. Berbeda dengan penelitian di atas, penelitian disertasi ini mengkaji upaya
perbaikan agoindustri gambir pada masa yang akan datang dengan mengkaji persoalan teknologi, pengembangan produk, bisnis dan finansial. Pengkajian
yang menyeluruh tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan begi pemerintah dalam penyusunan kebijakan dan rencana pengembangan agroindustri gambir
pada masa yang akan datang.
36
halaman ini sengaja dibiarkan kosong
3 METODE PENELITIAN