45
Gambar 15. Kajian Manfaat Finansial Pengembangan Agroindustri Gambir
Data Kebutuhan Investasi Pengkajian Arsitektur JST
untuk Data Masa Lalu Harga Emas
Analisis Keuangan Pengembangan Agroindustri
Gambir dengan Nilai bobot Emas
Analisis Keuangan Pengembangan Agroindustri
Gambir dengan Pendekatan Time value of money
Alternatif Unit Pengolahan Katekin dan Tanin
Evaluasi Biaya Transportasi
Perkiraan Manfaat Finansial Pengembangan Agroindustri
Gambir bagi Masyarakat Skenario Kepemilikan oleh
Masyarakat Skenario Kapasitas Produksi
Katekin dan Tanin Data Masa Lalu Perkembangan
Harga Emas Data Operasi Unit Pengolahan
Katekin dan Tanin
Data Harga Emas Saat Ini Prediksi Harga Emas
46
halaman ini sengaja dibiarkan kosong
4 ANALISIS SITUASI AGROINDUSTRI GAMBIR DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA, SUMATERA BARAT
Dalam bab ini disajikan gambaran agroindustri gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat yang meliputi teknologi proses yang digunakan,
gambaran mutu produk gambir masyarakat, rantai pasok dan pemasaran gambir. Selanjutnya, dilakukan evaluasi permasalahan dalam agroindustri gambir
masyarakat. Pada bagian akhir bab ini dikemukakan pemetaan kondisi bisnis gambir Indonesia secara umum dan beberapa negara utama dalam bisnis gambir
dunia dengan Analisis SWOT serta audit teknologi terhadap agroindustri gambir masyarakat.
4.1 Kondisi Geografis Kabupaten Lima Puluh Kota
Kabupaten Lima Puluh Kota terletak di antara 0
o
25’28.71”LU sampai
o
22’14.52”LS dan 100
o
15’44.10”BT sampai 100
o
50’47.80”BT dengan daratan seluas 3354.30 km
2
7.94 persen dari daratan Provinsi Sumatera Barat yang luasnya 42,229.64 km
2
. Posisinya yang berada di Pegunungan Bukit Barisan menyebabkan Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari daerah-daerah dengan
berbagai ketinggian dan topografi bervariasi antara datar, bergelombang, berbukit-bukit. Selain itu, di Kabupaten Lima puluh Kota terdapat tiga gunung
berapi yang tidak aktif yaitu Gunung Sago 2261 m, Gunung Bungsu 1253 m dan Gunung Sanggul 1495 m. Wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki
ketinggian antara 110 hingga 791 meter di atas permukaan laut. Luas daerah di
Kabupaten Lima Puluh Kota menurut ketinggiannya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Luas Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Ketinggian dari Permukaan Laut
Ketinggian meter
Luas Ha Persentase
100-1000 256,030.40
76.33 1000-1500
58,740.05 17.51
1500-2000 15,141.90
4.51 2000-2500
5,517.65 1.64
Total 335,430.00
100.00
Sumber:
BPN
Kabupaten Lima Puluh Kota di dalam
BPS Kabupaten Lima Puluh Kota 2008
48
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa seluas 76.33 persen daerah Kabupaten
Lima Puluh Kota berada pada ketinggian antara 100-1000 meter di atas permukaan laut. Daerah dengan kisaran ketinggian tersebut sesuai untuk
tanaman gambir. Selain itu, posisinya di Pegunungan Bukit Barisan menyebabkan daerah-daerah di Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki kelerengan
berbeda-beda mulai dari daerah yang relatif datar hingga daerah yang curam dengan kelerengan yang lebih dari 40. Daerah yang sebaiknya digunakan untuk
budidaya tanaman gambir adalah daerah yang memiliki kelerengan kurang dari 15 yakni seluas 136,161.40 hektar atau sebesar 40.59 dari keseluruhan daerah
di Kabupaten Lima Puluh Kota Tabel 7. Tabel 7. Luas Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Kelerengannya
Kelerengan Luas Ha
Persentase
– 2 57,092.05
17.02 2
– 15 79,069.35
23.57 15
– 40 83,658.56
24.94 40
115,610.04 34.47
Total 335,430.00
100.00
Sumber: BPN Kabupaten Lima Puluh Kota di dalam BPS Kabupaten Lima Puluh Kota 2008
Secara administratif, Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13
kecamatan yang luas wilayahnya berbeda-beda Lampiran 8. Di antara
kecamatan tersebut, yang paling luas adalah Kecamatan Kapur IX dan Kecamatan Pangkalan Koto Baru yang luasnya berturut-turut 721.36 km
2
dan 712.06 km
2
21.57 dan 21.23 dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota . Kedua kecamatan tersebut juga merupakan daerah penghasil
gambir terpenting di provinsi Sumatera Barat. Dari segi tekstur tanah, seluas 39,262.55 hektar 9.93 lahan Kabupaten
Lima Puluh Kota memiliki takstur halus dan sisanya sedang dan kasar. Selanjutnya, dari segi curah hujan, berdasarkan data Stasiun Klimatologi Sicincin
tempat pemeriksaan Tanjung Pati di dalam BPS Kabupaten Lima Puluh Kota 2008 selama tahun 2007, Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki jumlah curah
hujan 3.120 mm dan 209 hari hujan yang tersebar dengan kisaran 12-24 hari
49 hujanbulan sepanjang tahun. Data rinci mengenai kondisi geografis dan curah
hujan Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai dengan Lampiran 17.
Gambar 16. Topografi dan Penutupan Lahan di Kecamatan Pangkalan dan
Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh Kota Sumber: Googleearth, 2011
Dengan persyaratan ketinggian, curah hujan, kelerengan lahan serta kondisi tanah, serta adanya 13 sungai besar dan kecil yang mengalir di berbagai
kecamatan, maka cukup banyak daerah di Kabupaten Lima Puluh Kota yang memenuhi persayaratan tumbuh tanaman gambir. Selanjutnya dengan persyaratan
kisaran suhu 20
o
–40
o
C dan kisaran suhu tersebut umum bagi banyak daerah di Indonesia, diduga suhu tidak menjadi masalah yang mengganggu pertumbuhan
tanaman gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota. Karena kondisi geografis dan iklim di atas, Kabupaten Lima Puluh Kota telah terbukti sesuai untuk tanaman
gambir hingga menjadi komoditas penting di daerah tersebut sejak dahulu hingga saat ini.
Kenyataan yang tidak dapat dibantah adalah bahwa dengan berbagai kondisi geografis dan iklimnya, hingga saat ini Kabupaten Lima Puluh Kota tetap
menjadi sumber gambir yang penting, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi negara-negara pengimpor seperti India dan Singapura. Potensinya yang
sangat besar menyebabkan pengusaha India melakukan investasi dengan