Teknologi Pengolahan Produk Gambir

55 dimasukkan kedalam wadah perebusan dikenal masyarakat setempat dengan sebutan “Kapuk” yang telah diberi semacam jaring dari tali plastik untuk mengikat daun dalam “kapuk” tersebut setelah pemadatan selesai. Di dalam “kapuk” tersebut, daun dan ranting gambir muda dinjak-injak dan terus diisi sampai penuh agar kepadatannya cukup merata dan jumlah daun yang direbus lebi h banyak. Setelah “kapuk” penuh, keranjang tali tadi diikatkan untuk mempertahankan agar daun tetap padat selama penanganan dan perebusan.

b. Perebusan

“Kapuk” berisi daun gambir yang telah dipadatkan dan keranjang talinya diikat, dimasukkan ke dalam kuali perebusan. Sekitar seperempat bagian “kapuk” berada dalam kondisi terendam di dalam air perebusan. Air perebus dipertahankan mendidih selama sekitar 30 menit sampai uap menembus “kapuk” dan muncul di permukaan atas kapuk. Setelah itu “kapuk” dibalik, dan perebusan dilanjutkan.

c. Persiapan Pengempaan

Daun yang telah direbus dikeluarkan dari “kapuk” sehingga terhampar tebal hamparan + 10 cm di lantai dalam jala dari tali plastik. Dengan bantuan dua buah kayu berujung runcing, kekuatan dan bobot badan pengempa, daun tersebut digulung sedikit demi sedikit dan diikat dengan tali plastik berdiameter + 2 cm. Dengan proses di atas, daun kembali berbentuk silinder seperti dalam “kapuk” dan siap dikempa. Perbedaannya adalah bahwa “kapuk” digantikan oleh gulungan tali.

d. Pengempaan

Pengempaan dilakukan untuk memisahkan getah gambir dari daunnya untuk diproses menjadi produk gambir. Pada tahap ini, daun gambir hasil perebusan yang telah digulung ditempatkan pada dasar pengempa dan diatasnya ditempatkan balok kayu yang berukuran kira-kira 25 cm x 25 cm x 15 cm. Di atas balok tersebut ditempatkan dongkrak hidrolik, dan mulai ditekan dipres dengan menaikkan kaki dongkrak sacara perlahan hingga tertahan pada balok 56 kayu bagian atas kerangka alat kempa. Dengan semakin panjangnya kaki dongkrak, maka daun gambir mulai terperas oleh balok kayu berukuran 25 cm x 25 cm x 15 cm dan di bawah alas kempa mulai mengalir cairan getah gambir yang diterima oleh lembaran plastik dan selanjutnya mengalirkannya ke dalam bak penampung getah. Pada cairan getah hasil ekstraksi daun gambir, pengempa biasa menambahkan air perasan daun gambir yang sebelumnya ditumbuk menggunakan lumpang kayu. Menurut mereka, penambahan air perasan tersebut akan mempercepat pengendapan getah gambir. e. Pengendapan Getah dan Penirisan Air Ekstrak gambir yang diperoleh dari proses pengempaan daun gambir belum dapat dicetak karena masih dalam fase cair. Oleh karena itu, cairan tersebut ditempatkan dalam bak-bak kayu dan didiamkan semalaman. Setelah didiamkan semalam, getah gambir akan berubah menjadi berupa pasta, namun masih terlalu basah untuk pencetakan. Pada tahap selanjutnya, dilakukan penirisan untuk mengurangi kembali air yang masih tersisa dan getah dapat dicetak. Penirisan dilakukan dengan membungkus pasta yang masih banyak mengandung air tersebut dengan kain, dimasukkan ke dalam semacam keranjang dari bilah-bilah bambu dan dihimpit dengan batu atau coran semen.

f. Pencetakan dan Pengeringan

Setelah penirisan, ekstrak gambir yang telah berbentuk pasta kental tersebut dicetak sesuai bentuk gambir yang diinginkan kemudian dikeringkan. Setelah pengeringan beberapa hari, akan diperoleh gambir yang siap dijual. Di Kabupaten Lima Puluh Kota, secara turun temurun produk gambir yang dikenal dunia adalah Gambir Bootch dan Gambir Lumpang Gambar 18. Kedua bentuk produk gambir tersebut juga merupakan bentuk yang telah digunakan sejak lama. Di samping itu, terdapat juga produk gambir yang berbentuk bootch dengan diameter yang lebih besar namun lebih tipis yang biasa dikenal sebagai gambir koin. Sebagian eksportir melakukan pemrosesan ulang gambir asalan dari masyarakat dan mencetaknya kembali dengan bentuk wafer block atau cube gambir.