Persiapan Perebusan Pengembangan agroindustri Gambir di kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat

56 kayu bagian atas kerangka alat kempa. Dengan semakin panjangnya kaki dongkrak, maka daun gambir mulai terperas oleh balok kayu berukuran 25 cm x 25 cm x 15 cm dan di bawah alas kempa mulai mengalir cairan getah gambir yang diterima oleh lembaran plastik dan selanjutnya mengalirkannya ke dalam bak penampung getah. Pada cairan getah hasil ekstraksi daun gambir, pengempa biasa menambahkan air perasan daun gambir yang sebelumnya ditumbuk menggunakan lumpang kayu. Menurut mereka, penambahan air perasan tersebut akan mempercepat pengendapan getah gambir. e. Pengendapan Getah dan Penirisan Air Ekstrak gambir yang diperoleh dari proses pengempaan daun gambir belum dapat dicetak karena masih dalam fase cair. Oleh karena itu, cairan tersebut ditempatkan dalam bak-bak kayu dan didiamkan semalaman. Setelah didiamkan semalam, getah gambir akan berubah menjadi berupa pasta, namun masih terlalu basah untuk pencetakan. Pada tahap selanjutnya, dilakukan penirisan untuk mengurangi kembali air yang masih tersisa dan getah dapat dicetak. Penirisan dilakukan dengan membungkus pasta yang masih banyak mengandung air tersebut dengan kain, dimasukkan ke dalam semacam keranjang dari bilah-bilah bambu dan dihimpit dengan batu atau coran semen.

f. Pencetakan dan Pengeringan

Setelah penirisan, ekstrak gambir yang telah berbentuk pasta kental tersebut dicetak sesuai bentuk gambir yang diinginkan kemudian dikeringkan. Setelah pengeringan beberapa hari, akan diperoleh gambir yang siap dijual. Di Kabupaten Lima Puluh Kota, secara turun temurun produk gambir yang dikenal dunia adalah Gambir Bootch dan Gambir Lumpang Gambar 18. Kedua bentuk produk gambir tersebut juga merupakan bentuk yang telah digunakan sejak lama. Di samping itu, terdapat juga produk gambir yang berbentuk bootch dengan diameter yang lebih besar namun lebih tipis yang biasa dikenal sebagai gambir koin. Sebagian eksportir melakukan pemrosesan ulang gambir asalan dari masyarakat dan mencetaknya kembali dengan bentuk wafer block atau cube gambir. 57 a Bootch b Lumpang c Koin d Wafer Block e Cube gambir Gambar 18. Bentuk-bentuk Produk Gambir Di samping teknologi proses yang dilakukan masyarakat tersebut, terdapat teknologi mekanis yang digunakan di pabrik pengolahan bantuan pemerintah maupun milik perusahaan PMA yang menggunakan mesin-mesin bertenaga listrik. Pabrik pengolahan gambir bantuan pemerintah terdapat di nagari Lubuk Alai Kabupaten Lima Puluh Kota dan nagari Siguntur Muda Kecamatan XI Koto Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, serta di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Tahapan proses di pabrik-pabrik bantuan pemerintah tersebut sama dengan yang digunakan masyarakat. Kenyataannya sejak awal didirikan, pabrik tersebut tidak lama beroperasi akibat perolehan gambirnya lebih rendah dari produksi masyarakat sehingga dinilai tidak menguntungkan dan masyarakat tidak bersedia mengirim daun gambir dan pabrik kekurangan bahan baku. Pabrik pengolahan milik PT X, berlokasi di nagari Pilubang Kecamatan Arau dan Nagari Lubuk Alai Kecamatan Kapur IX serta di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Berbeda dengan teknologi proses yang digunakan masyarakat, di pabrik-pabrik tersebut, daun gambir dikeringkan menggunakan kayu bakar dan batu bara sebagai sumber panas dan digiling sampai berbentuk bubuk. Pabrik ini berkapasitas 750 kg daun basahjam, dan ditargetkan beroperasi setiap hari selama 16 jamhari. Karena terbatasnya pasokan daun basah, maka target produksi tersebut tidak tercapai. Dari 100 kg daun basah akan diperoleh + 35 kg bubuk daun gambir yang selanjutnya dikirim ke pabrik pengolahan di Medan.