bunga yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net BC, pada pengusahaan pembenihan ikan lele diperoleh nilai Net BC sebesar 3,77 lebih
besar dari nol yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dikembangkan, sedangkan nilai IRR yang diperoleh pada
pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar 51 persen. Dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Nilai IRR
tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 51 persen. Nilai IRR lebih besar dari discount factor yaitu sebesar 7 persen maka
pengusahaan pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU layak untuk dikembangkan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki waktu
pengembalian investasi yaitu selama 1,35 tahun. Sementara itu pada pengusahaan pembesaran ikan lele diperoleh nilai NPV
lebih kecil bila dibandingkan dengan pengusahaan pembenihan ikan lele. Nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 118,979,693.69 yang artinya bahwa
pengusahaan pembesaran ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV sama dengan Rp 118,979,693.69 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari
pengusahaan pembesraran ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Nilai Net BC dan IRR yang diperoleh pada pengusahaan
pembesaran lebih kecil bila dibandingkan dengan pengusahaan pembenihan ikan lele yaitu sebesar 2,08 dan 25 persen, sedangkan waktu pengembalian biaya
investasi yang ditanamkan adalah 1,40 tahun dimana pengusahaan pembesaran juga layak untuk dikembangkan Lampiran 8.
7.6. Analisis Switching Value
Analisis switching value dilakukan dengan menghitung perubahan maksimum yang terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter
yang digunakan yaitu penurunan harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi, serta kenaikan harga pakan yaitu pelet sehingga keuntungan mendekati normal
dimana NPV mendekati atau sama dengan nol atau bisa juga dengan menggunakan parameter IRR sama dengan tingkat suku bunga.
Hasil perhitungan analisis switching value kelompok tani LPPMPU pada pengusahaan pembenihan ikan lele untuk penurunan harga jual output yaitu benih
ikan lele dengan ukuran 5-5,5 cm adalah sebesar 23 persen yaitu dari harga Rp 150,00 per ekor menjadi Rp 115 per ekor, sedangkan pada pengusahaan
pembesaran ikan lele yaitu sebesar 47 persen dari harga Rp 10.000,00 per kilogram menjadi Rp 5.318,00 per kilogram. Apabila perubahan yang terjadi
melebihi dari batas tersebut maka pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele menjadi tidak layak untuk diusahakan. Besarnya penurunan harga jual benih
ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi ini masih layak, apabila penurunan yang terjadi terhadap harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi tidak lebih besar
dari 23 persen dan 47 persen. Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value pada pengusahaan
pembenihan ikan lele terhadap kenaikan harga pakan benih ikan lele yaitu 64 persen untuk cacing sutra, 58 persen untuk pelet 99, dan 51 persen untuk pelet
hiprovit. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan dan ikan lele masih layak untuk dilaksanakan apabila besarnya kenaikan harga pakan
cacing sutra, pelet 99, dan pelet hiprovit tidak melebihi dari 64 persen, 58 persen, dan 51 persen.
Sementara itu kenaikan harga pakan pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 49 persen untuk pakan pelet hiprovit, dan sebesar 31 persen
untuk pakan pelet 782, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele masih layak untuk dilaksanakan apabila kenaikan harga pakan tidak melebihi dari 49 persen,
dan 31 persen Lampiran 10.
Tabel 14 . Analisis Switching Value Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani
LPPMPU
No Perubahan Hasil
Pembenihan Ikan Lele Pembesaran Ikan Lele
1. Penurunan harga jual benih dan
ikan lele ukuran konsumsi 23 47
2. Kenaikan harga pakan :
a cacing sutra b pelet 99
c pelet hiprovit d pelet 782
64 58
51 -
- -
49 31
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan 1.
Pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU dari aspek non finansial yaitu analisis pasar, analisis teknis, analisis manajemen, dan analisis sosial
lingkungan layak untuk dilaksanakan. Hal ini terlihat dari parameter kualitas air yaitu pH air sebesar 7,3 dan suhu udara yaitu 27-32
C sehingga cocok untuk melakukan pengusahaan ikan lele, serta dilihat dari aspek pasar yaitu
jumlah permintaan ikan lele tingkat konsumsi terus meningkat setiap tahunnya, sehingga masih ada peluang pasar untuk mengembangkan
pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU. Selain itu dilihat dari analisis manajemen pengusahaan ini dikatakan layak meskipun struktur
organisasi yang masih sederhana, serta dilihat dari analisis sosial dan lingkungan yang tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan di
sekitar daerah pengusahaan ikan lele. 2.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU dapat mendatangkan keuntungan. Namun
pengusahaan ikan lele yang layak untuk dilaksanakan adalah pada pengusahaan pembenihan ikan lele dengan nilai NPV yang diperoleh sebesar
Rp 90,708,028.61, sedangkan nilai NPV yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah Rp 64,722,045.98. Selain itu dapat juga dilihat
dari hasil nilai Net BC dan IRR yang diperoleh pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah 2,82 dan 35 persen, sedangkan nilai Net BC dan
IRR yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele pada kelompok tani LPPMPU adalah sebesar 2 dan 20 persen. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pengusahaan ikan lele yang memberikan keuntungan lebih besar dan layak untuk dilaksanakan adalah pengusahaan pembenihan ikan lele.
Pada masa pengembalian biaya investasi pengusahaan pembenihan ikan lele lebih cepat bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu
selama 1,45 tahun. 3.
Hasil perhitungan pengembangan pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele layak untuk dikembangkan, tetapi pengusahaan yang memperoleh