2.3.3. Kegiatan Pembesaran Ikan Lele
Hasil pendederan 1 dan 2 hingga ukuran 5-8 cm belum bisa langsung untuk dikonsumsi. Ikan ukuran seperti ini harus dipelihara lagi untuk tahapan
pembesaran sampai mencapai ukuran layak konsumsi, yaitu minimal 200 gram per ekor 5-6 ekor per kg. oleh karena itu, tahapan pembesaran merupakan
tahapan penting dalam pemeliharaan ikan lele supaya bisa menghasilkan ikan panenan yang diterima konsumen untuk langsung dijadikan ikan konsumsi
Khairuman dan Amri 2008. Pembesaran ikan lele dapat dilakukan di kolam tanah atau kolam tembok
atau kolam yang menggunakan bak plastik terpal. Untuk jenis kolam, ada tiga ketegori utama yang bisa digunakan sebagai tempat pembesaran ikan lele.
Pertama adalah kolam tanah, yaitu kolam yang dasar dan dinding atau tanggulnya tanah. Kemudian, kolam yang dasarnya tanah dengan dinding tembok, kolam
yang semuanya tembok atau beton dasar dan dindingnya tembok, dan menggunakan jaring atau waring untuk memelihara di sungai, danau, maupun
waduk Khairuman dan Amri 2008. Kegiatan pembesaran ikan lele pada kelomok tani dilakukan dengan
menggunakan kolam semen dan kolam yang dindingnya semen tetapi dasarnya adalah tanah. Dalam kegiatan pembesaran kelompok tani LPPMPU menghasilkan
ikan lele ukuran konsumsi 9-10 ekor per kilogramnya. Masa pemeliharan pada kegiatan pembesaran ikan lele yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama bila
dibandingkan dengan kegiatan pembenihan dan pendederan yaitu selama 3 bulan, sehingga petani LPPMPU dapat melakukan panen sebanyak 4 kali dalam setahun.
Jumlah benih yang ditebar dalam satu kolam adalah 4.000 ekor dengan ukuran benih yang ditebar adalah pendederan kedua yaitu 5-5,5 cm. Jenis pakan
yang diberikan pada benih ikan lele adalah pelet 782 dan pelet hiprovit. Harga ikan lele ukuran konsumsi yang siap panen adalah Rp 10.000,00 per kilogramnya.
2.4. Penanggulangan Hama dan Penyakit
Salah satu kendala yang sering dihadapi petani dalam budidaya ikan lele adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan
hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit. Meskipun demikian, keduanya
harus mendapat perhatian sehingga budidaya lele dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif
dibandingkan dengan pengobatan. Sebab, pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan, baik hama maupun penyakit, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak
terlalu besar Khairuman dan Amri 2008.
1 Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan mempengaruhi produktivitas lele, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama
yang menyerang lele biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Hama
yang sering menyerang ikan lele, terutama yang masih berukuran kecil adalah ular, belut, dan cacing. Pada pengusahaan pembenihan ikan lele LPPMPU hama yang sering
menyerang pada benih ikan lele adalah cacing. Cacing tersebut berasal dari tempat penampungan air, sehingga sebelum benih ikan lele ditebar pada kolam pemeliharaan
diberi garam dengan tujuan untuk membunuh hama atau cacing yang dapat menyebabkan kematian pada benih ikan lele. Setelah pemberian garam dengan merata, maka cacing-
cacing tersebut akan mati dan mengambang dipermukaan air. Cacing yang sudah mati diangkat dengan menggunakan serokan, jika pada kolam pemeliharaan sudah bersih dari
cacing maka benih siap ditebar. 2
Penyakit Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam
tubuh ikan lele sehingga organ tubuh ikan lele terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh ikan lele terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan lele.
Kemudian penyakit akan timbul jika terjadi ketidakseimbangan antara kondisi ikan lele, lingkugan dan pantogen. Ikan lele yang kondisi tubuhnya buruk, sangat besar
kemungkinan terserang penyakit. Sebaliknya, jika kondisinya tubuhnya baik, ikan lele sangat kecil kemungkinan terserang penyakit. Kondisi tubuh yang buruk dapat
disebabkan oleh berbagai hal, seperti terjadinya perubahan lingkungan secara mendadak yang membuat ikan lele mengalami stress atau terjadi luka dan pendarahan pada
tubuhnya. Luka dan pendarahan dapat terjadi akibat penanganan kurang baik, terutama pada
saat panen, dan sistem pengangkutan yang kurang tepat. Demikian pula dengan kondisi lingkungan. Jika lingkungan kurang baik, seperti kandungan oksigen di kolam rendah,
ada gas beracun atau terjadi pencemaran baik limbah industri maupun limbah rumah tangga, kondisi tubuh lele bisa manjadi lemah. Penyakit yang sering meyerang pada
tubuh ikan lele adalah bintik putih white spot. Tanda-tanda ikan lele terkena penyakit bintik putih adalah terdapat bintik-bintik putih pada kulit, sirip dan insang. Ikan lele
berenang sangat lemah dan selalu berenang dipermukaan air. Selain itu juga ikan lele sering menggosokkan tubuhnya ke dasar kolam atau benda-benda keras. Cara
penanggulangannya yaitu dengan cara ikan lele yang terkena penyakit bintik putih dipisahkan dengan ikan yang belum terserang penyakit tersebut. Ikan lele dimasukkan
pada kolam yang telah diberikan garam selama 3 jam. Setelah ikan lele diobati selama 3 jam, ikan lele tersebut diangkat dan dipindahkan pada kolam pemeliharaan yang baru,
sampai keadaan ikan lele tersebut pulih kembali.
2.5. Pakan Ikan Lele