Kelompok Pembudidaya GAMBARAN UMUM

melakukan kegiatan usaha ikan lele, khususnya yang berkaitan dengan masalah teknis budidaya ikan lele. Setelah berjalan beberapa waktu dan mendapatkan penyuluhan dari UPTD Perikanan Kecamatan Babelan, maka masyarakat Desa Kedung Pengawas secara perlahan mulai mengusai teknik pemeliharaan ikan lele dengan baik dan tepat. Selain itu, para petani juga mendapatkan bantuan dari pemerintah yaitu berupa induk ikan lele, serta didukung pula oleh keadaan alam yang potensial dalam melakukan pemeliharaan ikan lele. Teknologi yang digunakan pembudidaya ikan lele di daerah penelitian masih bersifat tradisional. Sumber air yang digunakan untuk kegiatan budidaya ikan lele berasal dari Kali Cikarang Barat Laut CBL dan berasal dari pengairan irigasi. Lahan yang digunakan untuk pemeliharaan ikan lele yaitu halaman di sekitar rumah. Dengan sebagian menggunakan terpal sebagai tempat pemijahan dan pemeliharaan benih. Hal ini dikarenakan, lokasi kegiatan budidaya ikan lele dekat dengan sungai. Jika terjadi hujan lebat menyebabkan daerah ini terkena banjir, untuk menghindari hal tersebut maka petani menggunakan terpal sebagai tempat pemeliharaan, agar jika terkena banjir ikan dapat dipindahkan ke tempat yang tidak terkena banjir. Dari pengamatan langsung di lokasi penelitian, kondisi alam Desa Kedung Pengawas cocok untuk melakukan kegiatan usaha ikan lele. Kondisi air baik dengan sistem setengah irigasi dan dekat dengan Kali Cikarang Barat Laut CBL, sehingga air dapat dengan mudah dialirkan secara langsung ke setiap kolam. Suhu di daerah penelitian berkisar antara 27 C – 32 C, dan pH air 7,3 yang merupakan syarat penting untuk melakukan kegiatan budidaya ikan lele. Begitu juga dengan ketersediaan input yang digunakan dalam kegiatan produksi dapat dengan mudah diperoleh petani, petani ikan lele dapat membelinya di pasar terdekat.

5.3. Kelompok Pembudidaya

Dalam perkembangannya, banyak penduduk mulai membudidayakan ikan lele di beberapa desa yang tersebar di Kecamatan Babelan. Dengan semakin meningkatnya permintaan ikan lele ukuran konsumsi, sehingga bertambah petani yang melakukan pengusahaan ikan lele. Oleh karena itu, dibentuklah kelompok tani ikan lele yang bernama Kelompok Masyarakat Peduli Umat yang berdiri pada tahun 2002. Jumlah anggota kelompok tani tersebut pada awalnya sebanyak 20 orang. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani ada yang melakukan kegiatan pembenihan, dan pembesaran. Pada tahun 1999 terjadi bencana yaitu banjir yang menyebabkan para petani mengalami kerugian besar. Semua benih serta induk yang dimiliki habis terkena banjir, sehingga jumlah petani yang melakukan kegiatan budidaya ikan lele menjadi berkurang hingga saat ini. Selain itu juga, kendala yang membuat petani mengalami kerugian besar adalah benih ikan lele yang dipelihara terserang penyakit yang bernama white spot. Hingga saat ini para petani ikan lele belum dapat mengatasi masalah penyakit tersebut. Sebagian petani ikan lele ada yang mengalami kebangkrutan collapse, sehingga petani tersebut tidak melanjutkan lagi usahanya. Kelompok Masyarakat Peduli Umat menjadi berkurang akibat permasalahan yang tidak bisa ditangani dengan baik, maka pada tahun 2004 kelompok tani Masyarakat Peduli Umat mengganti nama kelompoknya menjadi Lembaga Pemberdayaan Pemuda dan Masyarakat Peduli Umat LPPMPU. Tujuannya di bentuk kelompok tani ini adalah untuk meningkatkan produksi hasil pembudidayaan ikan lele, serta mensejahterakan para anggota kelompok tani. Peran kelompok tani ini adalah untuk mempermudah proses pengembangan dan pembinaan pembudidayaan ikan. Anggota yang bergabung dalam kelompok LPPMPU ini berjumlah 20 orang. Jumlah anggota yang aktif dalam kegiatan kelompok tani pada tahun 2009 sebanyak 4 orang. Kelompok LPPMPU mengadakan rapat satu bulan sekali yang membahas permasalahan kelompok yang mencakup teknik budidaya, mengenai pemasaran, ketersediaan benih, dan masalah pengadaan modal untuk melakukan pengembangan skala usaha. Saat ini, kelompok tani LPPMPU belum memiliki aturan-aturan yang tersusun dalam AD dan ART, tetapi apabila terjadi permasalahan yang dihadapi maka jalan yang ditempuh adalah dengan mengambil kesepakatan bersama antara sesama anggota kelompok. Jenis pengusahaan ikan lele yang dilakukan pada kelompok tani LPPMPU adalah pengusahaan pembenihan ikan lele dan pengusahaan pembesaran ikan lele. Kegiatan pengusahaan pembenihan ikan lele dilakukan untuk mendapatkan benih yang berkualitas dengan ukuran 5-5,5 cm, sedangkan kegiatan pengusahaan pembesaran ikan lele menghasilkan ikan konsumsi yang berukuran 9-10 ekor per kilogramnya. Proses kegiatan yang dilakukan oleh anggota kelompok tani ini merupakan sistem tradisional. Kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok tani LPPMPU dengan menggunakan kolam semen, kolam tanah dan terpal, serta pengairan kolam berasal dari Kali Cikarang Barat Laut CBL dan pengairan irigasi. Kolam yang digunakan sesuai dengan lahan yang dimiliki oleh masing- masing anggota kelompok tani LPPMPU. Setiap anggota kelompok tani LPPMPU menggunakan teknik budidaya yang sama, seperti proses pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan benih, pemberian pakan dan pemanenan.

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

6.1. Aspek Pasar

Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga Umar 2007. Analisis terhadap aspek pasar pada pengusahaan ikan lele yang diproduksi oleh kelompok tani LPPMPU dapat dilihat melalui permintaan, penawaran, dan harga benih dan ikan lele ukuran konsumsi yang berlaku di pasar.

6.1.1. Permintaan dan Penawaran

Aspek pasar merupakan aspek yang paling penting dalam memutuskan untuk membuka suatu usaha, karena usaha tersebut sangat bergantung dari keberhasilan dalam memasarkan suatu produk yang dihasilkan dalam usaha tersebut. Salah satu jenis ikan yang memiliki potensi pasar adalah ikan lele. Permintaan ikan lele datang dari para pedagang seafood kaki lima dan restoran- restoran yang menyajikan hidangan pecel lele, serta rumah tangga, sehingga permintaan ikan lele untuk pasar dalam negeri mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun dan terkait erat dengan perkembangan trend di kalangan masyarakat. Menurut data dari Departemen Kelautan dan Perikanan 2009, tingkat pengkonsumsian ikan termasuk ikan lele di Indonesia semakin meningkat, pada Tahun 2004 hanya terhitung 22,58 kilogram per kapita per tahun, namun pada Tahun 2007 meningkat menjadi 28,28 kilogram per tahun, sedangkan pada Tahun 2008 naik menjadi 29,98 kilogram per kapita per tahun. Untuk itu pasar ikan lele masih sangat terbuka lebar, sehingga para pengusaha ikan lele memiliki peluang untuk memproduksi ikan lele dalam jumlah besar. Adapun penawaran ikan lele masih terbatas hal ini dikarenakan banyak petani yang mengalami kerugian dalam menjalankan usaha budidaya ikan lele, dan belum menguasai secara teknis mengenai budidaya ikan lele yang baik dan benar. Para petani ikan lele yang mengalami kerugian dalam menjalankan usahanya, disebabkan karena kurang memiliki keterampilan dan kemampuan untuk melakukan teknik budidaya ikan lele yang baik. Selain itu juga, adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani untuk memulai usaha budidaya ikan lele, sehingga petani tidak berani