Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Asumsi Dasar Yang Digunakan

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Babelan pada Kelompok Tani LPPMPU yang terletak di Kampung Pangkalan Kali Gempar Rt 0403 No. 45, Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Babelan merupakan salah satu sentra produksi yang membudidayakan ikan lele. Penelitian ini berlangsung selama satu bulan yaitu dari tanggal 01 September sampai dengan 01 Desember 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik pengusahaan ikan lele. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur proyek, yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari pengusahaan ikan lele. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi terkait seperti Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bekasi, serta Badan Pusat Statistik BPS.

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Studi kasus atau penelitian kasus case study adalah penelitian tentang kasus subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas Maxfield 1930 dikutip dari Nazir 2003. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga mau pun masyarakat. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter- karakter yang khas dari kasus atau pun status individu yang kemudian dari sifat-sifat tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum Nazir 2003. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasusnya adalah pengusahaan ikan lele dumbo di Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif, data yang terkumpul lalu diolah dan disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif dan informasi yang telah dikumpulkan diolah menggunakan komputer program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Data kuantitatif meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani mencakup biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari hasil penjualan ikan lele, sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan.

4.3.1. Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi produk yang dihasilkan dimana adanya suatu permintaan terhadap benih ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi dengan harga jual yang dapat memperoleh penerimaan yang menguntungkan dalam kegiatan pemasaran produk yang dihasilkan. Aspek pasar yang dikaji yaitu bagaimana permintaan ikan lele dipasar, harga output yang dihasilkan yaitu benih dan ikan lele ukuran konsumsi, serta jalur pemasaran yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU.

4.3.2. Analisis Aspek Teknis

Analisis aspek teknis dianalisis secara deskriptif yang mengungkapkan bagaimana secara teknis proses produksi yang dilaksanakan pada kegiatan pembenihan, pendederan, serta pembesaran ikan lele. Selain itu juga untuk mengetahui gambaran umum pengusahaan ikan lele, lokasi pengusahaan ikan lele, input proyek penyediaan dan output produksi yang dihasilkan. Mengkaji perencanaan produksi sehingga dapat menghasilkan output berupa benih dan ikan lele ukuran konsumsi, kapasitas produksi dan jenis teknologi yang dipakai.

4.3.3. Analisis Aspek Manajemen

Aspek ini dapat dilihat berdasarkan struktur pengelola proyek, spesifikasi keahlian dan tanggung jawab pihak yang terlibat dalam proyek dan pelaksanaan pengusahaan ikan lele di lapangan. Mengkaji struktur organisasi dalam perusahaan, bagaimana bentuk organisasi atau kelembagaan dalam perusahaan.

4.3.4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis aspek sosial dan lingkungan dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang ditimbulkan terhadap berjalannya kegiatan pada pengusahaan ∑ = + − = n t t t t i C B NPV 1 t i 1 1 + ikan lele, maupun manfaat bagi masyarakat sekitar dan lingkungan sekitar, maupun manfaat bagi perusahaan itu sendiri.

4.3.5. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis usaha dilakukan untuk mengukur apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan. Perhitungannya meliputi biaya-biaya yang harus dikeluarkan serta keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan produk berdasarkan skala usaha serta teknologi yang digunakan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan dalam satu tahun. Salah satu untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah menggunakan metode cash flow analisis Kadariah et al. 1999. Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang Net Present Value, Rasio Manfaat Biaya Bersih Net Benefit and Cost Rasio, Tingkat Pengembalian Investasi Internal Rate of Return dan Masa Pengembalian Investasi Payback Period.

4.3.5.1. Net Present Value NPV

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang Rp Nurmalina et al. 2009. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : B t = Manfaat pada tahun ke-t C t = Biaya pada tahun ke-t t = Tahun kegiatan bisnis t = 0, 1, 2, 3, …, n i = Tingkat suku bunga Discount Rate = Discount Factor DF pada tahun ke-t t i 1 1 + ∑ ∑ = = + − + − = n t t t t n t t t t i B C i C B C NetB 1 1 Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu : • NPV 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan layak dan dapat dilaksanakan. • NPV 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. • NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportinities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

4.3.5.2 Net Benefit and Cost Ratio Net BC Ratio

Net Benefit dan Cost Ratio Net BC Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net BC adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun dimana keuntungan bersih positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif Nurmalina et al . 2009. Rumus untuk menghitung Net BC adalah sebagai berikut : Keterangan : B t = Manfaat pada tahun ke-t C t = Biaya pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga Discount Rate t = Tahun = Discount Factor DF pada tahun ke-t

4.3.5.3. Internal Rate of Return IRR

Menurut Nurmalina et al. 2009, kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate of Return IRR. IRR adalah tingkat discount rate DR yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase . Suatu bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya DR. Untuk B t – C t Untuk B t – C t ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − + = − + − i i x NPV NPV NPV i IRR ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − + = − + − i i x NPV NPV NPV i IRR Pada umumnya dalam menghitung tingkat IRR dilakukan dengan menggunakan metoda interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah yang menghasilkan NPV positif dengan tingkat discount yang lebih tinggi yang menghasilkan NPV negatif Nurmalina et al. 2009. Secara sistematis rumus untuk menghitung IRR adalah : Keterangan : i’ = Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV 0 i” = Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV 0 NPV + = NPV positif NPV - = NPV negatif Kriteria yang berlaku : IRR ≥ i ; maka usaha layak untuk dilaksanakan IRR ≤ i ; maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan

4.3.5.4. Analisis Payback Period PP

Analisis payback period adalah analisis suatu jangka waktu periode kembalinya keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan dengan menggunakan aliran kas Gittinger 1986. Pada dasarnya semakin cepat Payback Periode menandakan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh investor. Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai berikut : Dimana : I = Adalah besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = Adalah manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya tahun x Ab I Payback Period 1 =

4.3.2. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat perubahan yang ada dalam kegiatan budidaya ikan lele yang berdampak terhadap suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi, apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat Nurmalina et al. 2009. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang Gittenger 1986. Gittenger 1986 mengatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti switching value. Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow penurunan harga output, penurunan produksi atau perubahan komponen outflow peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak Nurmalina et al. 2009. Oleh karena itu, perubahan jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol NPV=0.

4.4. Asumsi Dasar Yang Digunakan

Analisis kelayakan pengusahaan ikan lele ini menggunakan beberapa asumsi dasar yaitu : 1 Usaha yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri. 2 Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia pada bulan Desember 2009 sebesar 7 persen. 3 Kegiatan pengusahaan ikan lele yang dilakukan di kelompok tani Lembaga Pemberdayaan Pemuda dan Masyarakat Peduli Umat LPPMPU adalah pengusahaan pembenihan ikan lele, dan pengusahaan pembesaran ikan lele. 4 Skala pengusahaan ikan lele pada pembenihan dan pendederan ikan lele adalah skala usaha kecil, dengan luasan lahan yang dimiliki oleh kelompok tani LPPMPU adalah 200 m 2 . 5 Induk yang digunakan dalam kegiatan pengusahaan pembenihan ikan lele merupakan induk betina yang sudah siap dipijahkan yang berumur 1 tahun dengan bobot ikan betina 1 kilogram dan bobot ikan jantan 1,25 kilogram dan mempunyai umur ekonomis. 6 Umur proyek dari analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele adalah 10 tahun berdasarkan umur ekonomis kolam kolam semen yang digunakan dalam kegiatan produksi di kelompok tani LPPMPU. 7 Ikan lele yang diusahakan adalah jenis Clarias gariepinus atau disebut juga ikan lele dumbo. 8 Pada pengusahaan pembenihan ikan lele tingkat daya tetas telur adalah 90 persen dan tingkat kemampuan hidup adalah 88 persen, sedangkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele tingkat kemampuan hidup adalah 88 persen. 9 Benih ikan lele yang siap panen adalah benih yang telah menjalani masa pemeliharaan selama 6 minggu dan panjangnya mencapai 5-5,5 cm, sedangkan benih ikan lele ukuran konsumsi yang mencapai 9-10 ekor per kilogram dipelihara selama 3 bulan. 10 Harga jual benih ikan lele yang berlaku dipasar yaitu Rp 150,00 per ekor kegiatan pendederan, dan harga ikan lele untuk kegiatan pembesaran atau konsumsi sebesar Rp 10.000,00 per kilogram. Nilai jual ini berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian pada tahun 2009. 11 Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan metode switching value, dengan adanya perubahan pada kenaikan harga pakan serta penurunan harga jual output yaitu benih dan ikan lele ukuran konsumsi. 12 Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap yaitu sebesar 28 persen.

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Babelan adalah kecamatan yang terletak di bagian utara Kebupaten Bekasi yang mempunyai garis pantai sepanjang 1,5 kilometer atau kurang lebih 1.500 meter. Kali Cikarang Barat Laut CBL yang membelah wilayah Kecamatan Babelan merupakan potensi alam yang perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kegiatan pertanian, transportasi laut, dan wisata bahari. Luas wilayah Kecamatan Babelan sekitar 5.712,62 hektar, 80 persen dari luas wilayah merupakan daerah lahan terbuka atau daerah pertanian. Secara geografis wilayah Kecamatan Babelan terletak antara 107 o Bujur timur dan 60 o Lintang Selatan dengan ketinggian 0-7 meter diatas permukaan laut, suhu maksimum mencapai 28 C dan suhu minimum 29 C. Adapun batas wilayah dari Kecamatan Babelan yaitu sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa Kecamatan Muaragembong, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukawangi dan Kecamatan Tambun Utara, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tarumajaya dan Kecamatan Medan Satria, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi. Kecamatan Babelan terbagi menjadi 9 Desa, yang diantaranya Desa Bahagia, Kebalen, Babelan Kota, Kedung Pengawas, Kedung Jaya, Buni Bakti, Muara Bakti, Pantai Hurip, dan Hurip Jaya. Desa Kedung Pengawas merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, dengan luas wilayah 584.84 hektar. Secara orbitrasi Desa Kedung Pengawas berjarak 2 kilometer dari Kecamatan Babelan, dengan lama tempuh setengah jam menggunakan kendaraan beroda dua. Desa Kedung Pengawas merupakan daerah sentra pertanian termasuk perikanan dan tanaman holtikultura, akses jalan yang menghubungkan desa ini dengan desa lainnya sangat pesat, sehingga di sisi jalan tumbuh daerah pemukiman baru banyak bermunculan perdagangan dan industri kecil menengah. Dengan luas lahan pertanian kurang lebih 150 hektar dari luas desa. Desa Kedung Pengawas