Indeks Keberlanjutan Indeks dan Status Keberlanjutan

104 5.8. Model Peningkaan Produktivitas Lahan Berkelanjutan Perkebunan Kakao Rakyat di Kawasan Perbatasan Penyusunan model peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif. Analisis prospektif digunakan untuk mendapatkan skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat pada masa yang akan datang, dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem. Untuk mendapatkan faktor kunci dalam menyusun model dilakukan melalui tiga tahapan kegiatan yaitu 1 menentukan faktor kunci yang diperoleh dari atribut-atribut yang sensitif mempengaruhi indeks keberlanjutan peningkatan produktivitas lahan kondisi saat ini existing condition, 2 mengidentifikasi faktor kunci di masa depan yang diperoleh dari analisis kebutuhan need analysis dari semua pihak yang berkepentingan, dan 3 melakukan kombinasi tahap satu dan dua untuk memperoleh faktor kunci gabungan antara kondisi saat ini existing condition dan analisis kebutuhan need analysis.

5.8.1. Indeks Keberlanjutan

Berdasarkan hasil analisis keberlanjutan peningkatan produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat dengan RAP-COCOA SEBATIK, diperoleh 19 atribut sensitif yang mempengaruhi indeks keberlanjutan dan merupakan faktor pengungkit kondisi saat ini existing yaitu 1 dimensi ekologi, yang menjadi faktor pengungkit utama adalah: a rata-rata umur tanaman, b serangan hama dan penyakit, c pemanfaatan limbah untuk pupuk organik, dan d tindakan konservasi lahan; 2 dimensi ekonomi: a daya saing kakao dari Pulau Sebatik b tempat menjual atau memasarkan kakao, c tingkat ketergantungan terhadap pasar kakao Malaysia, dan d akses pasar; 3 dimensi sosial budaya: a tingkat pendidikan masyarakat atau petani kakao, b status lahan usahatani kakao, dan crata-rata umur petani; 4 dimensi infrastruktur dan teknologi: a tindakan pemupukan, b tingkat penguasaan dan penerapan teknologi budidaya dan pascapanen, c dukungan sarana dan prasarana jalan; 5 dimensi hukum dan kelembagaan: a sarana produksi pertanian, b sinkronisasi antara kebijakan 105 pemerintah pusat dan daerah, c keberadaan kelompok tani, dan d keberadaan Lembaga Keuangan Mikro [LKM]; 6 dimensi pertahanan dan keamanan: a sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan, b sarana dan prasarana lintas batas. Faktor-faktor pengungkit tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan faktor kunci peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan. Hasil analisis prospektif menunjukkan bahwa dari 19 atribut yang sensitif tersebut diperoleh 8 faktor kunci Gambar 30 yaitu 1 rata-rata umur tanaman kakao, 2 serangan hama dan penyakit, 3 daya saing kakao, 4 tindakan pemupukan, 5 penguasaan teknologi usahatani, 6 sarana dan prasarana jalan, 7 Lembaga Keuangan Mikro [LKM], serta 8 sarana dan prasarana hankam. Gambar 30. Pengaruh dan ketergantungan antar faktor pengungkit berdasarkan analisis keberlanjutan pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2 dan sesuai marginal S3

5.8.2. Kebutuhan Stakeholders