28
selaras. Sentuhan tektonik mengakibatkan sesarpatahan memanjang di tengah Pulau Sebatik dengan arah barat laut-tenggara. Sesarpatahan memotong mulai
dari Formasi Meliat Tmm dan Formasi Tabul dari tengah Pulau Sebatik Malaysia hingga pantai tenggara Pulau Sebatik Indonesia.
3.4. Geomorfologi dan Sistem Lahan
Berdasarkan geomorfologi genesis, kawasan Pulau Sebatik terjadi akibat gerakan tektonik yang mengakibatkan terangkatnya batuan di dasar laut ke atas
permukaan air. Kondisi geomorfologi Pulau Sebatik dibedakan menjadi Bappeda Nunukan, 2003:
1. Dataran batuan endapan berbukit kecil TWH, tersebar luas di perbukitan
tengah hingga pantai selatan dengan kelerengan 8-15 persen dan pada ketinggian 0-100 m dpl.
2. Kelompok pegunungan punggung panjang MTL dari batuan endapan dengan
arah lereng terjal 25-30 persen. Sistem lahan ini terdapat di daerah pegunungan tengah Pulau Sebatik, yang sebagian besar masuk Desa Setabu,
Sungai nyamuk, dan Bambangan. 3.
Pegunungan batuan endapan yang tidak teratur PHD. Sistem lahan ini hanya sedikit di pegunungan yang berbatasan dengan Malaysia di bagian barat.
4. Dataran berombak dan bergelombang LWW, menempati daerah perbukitan
di tengah batuan endapan TWH. Sistem lahan ini terletak di sekitar Desa Sungai nyamuk dan Tanjung karang.
5. Perbukitan batuan bukan endapan MPT yang tidak semitris dan tidak teratur.
Sistem lahan ini hanya sedikit di perbukitan Gunung Batu bagian barat Pulau Sebatik.
6. Teras laut PST menempati pantai bagian barat dan tenggara Pulau Sebatik.
7. Dataran lumpur daerah pasang surut di bawah bakau dan nipah KJP, terdapat
di bagian barat daya Pulau Sebatik, terpotong-potong oleh formasi batuan endapan TWH dan KHY
8. Dataran pantai dan sungai yang tergabung KHY, terdapat di Pulau Sebatik
bagian timur dan tenggara. Dataran pantai ini di digunakan untuk daerah persawahan dan tambak.
29
3.5. Jenis Tanah dan Iklim Jenis tanah
Tanah di Pulau Sebatik umumnya berkembang dari bahan sedimen dan sebagian kecil endapan sungai marine serta volkan. Wilayah ini mempunyai
rejim kelembaban tanah di daerah dataran tinggi upland tergolong udik dengan curah hujan tahunan 2.363 mm th
-1
2.000 mm th
-1
, sedangkan di daerah dataran rendah lowland tergolong akuik. Kedalaman solum tanah bervariasi dari dangkal
50 cm hingga sangat dalam 150 cm, namun secara umum didominasi oleh solum dalam 100-150 cm. Tanah-tanah di kawasan ini dikelompokkan menjadi
3 Ordo, yaitu Entisols, Inceptisols, dan Ultisols BPTP Kaltim, 2007. Jenis-jenis tanah tersebut umumnya memiliki kemampuan menahan air rendah Uexkull,
1984; Spain, 1986 sehingga jika curah hujan melimpah maka tidak bermanfaat bagi tanaman, karena kapasitas menahan air tanah rendah. Jenis-jenis tanah di
Pulau Sebatik tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis-jenis tanah di Pulau Sebatik
Ordo Grup
Subgrup
Entisols Quartzipsament
Sulfaquent Endoaquent
Udorthent Typic Quartzipsament
Typic Sulfaquent Sulfic Endoaquent
Typic Udorthent Inceptisols
Eutrudept Dystrudept
Endoaquept Typic Eutrudept
Oxic Dystrudept Typic Dystrudept
Aeric Endoaquept Typic Endoaquept
Ultisols Hapludults
Kandiudults Paleudult
Typic Hapludult Typic Kandiudult
Typic Paleudult
Sumber: BPTP Kaltim 2007
30
I k l i m
Tipe iklim di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan menurut Koppen tergolong dalam tipe Af, yaitu iklim tropis dengan curah hujan bulanan terendah
95 mm dan suhu udara rata-rata bulanan 18
o
C. Curah hujan rata-rata tahunan di Kabupaten Nunukan pada kurun waktu 10 tahun terakhir sebesar 2.363 mm th
-1
dengan rata-rata curah hujan 196,9 mm bl
-1
. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari 324 mm dan terendah bulan September 95 mm. Menurut Trojer
1976 pola hujan tergolong A, yaitu terdapat perbedaan yang jelas antara curah hujan di musim kemarau dengan curah hujan di musim penghujan. Wilayah
penelitian termasuk tipe hujan B, yaitu mempunyai bulan basah 100 mm selama 9 bulan dan bulan kering 60 mm selama 2 bulan Schmidt dan
Ferguson, 1951 dalam Kartasapoetra, 1986. Perhitungan neraca air dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
keseimbangan antara air yang diterima curah hujan dengan air yang hilang melalui evapotranspirasi. Berdasarkan neraca air di Kabupaten Nunukan, kawasan
ini mengalami defisit air selama 4 bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober sebesar 61 mm th
-1
, sedangkan surplus air berlangsung selama 8 bulan mencapai 681 mm th
-1
Tabel 4.
Tabel 4. Neraca air di Kabupaten Nunukan
Parameter Satua n
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
Jul Agt
Sep Okt Nop Des
Tahunan
Curah hujan mm 324
233 227
222 235 154 105
99 95
139 273 257 2.363
Suhu udara
o
C 27,4 28,1 28,3 28,5 28,5 27,5 27,3 27,0 27,1 27,9 28,0 28,2
27,8 Indeks panas
-- 13,1 13,6 13,8 13,9 13,9 13,2 13,1 12,8 12,9 13,5 13,6 13,7 161,2
ET potensial mm 154
170 171
176 176 151 147 139
142 161
163 167 ---
Deklinasi surya
Rad. -0,37 -0,24 -0,04 0,16 0,32 0,401 0,37 0,25 0,06 -0,14 -0,31 -0,4 ---
Panjang hari Jam 12,5 12,3 12,1 11,8 11,6 11,4 11,5 11,7 11,9 12,2 12,4 12,6
12,0 Faktor koreksi
-- 1,04 1,03 1,00 0,98 0,96 0,95 0,96 0,97 0,99 1,02 1,04 1,05
--- ETP terkoreksi mm 154
170 171
173 169 144 140 135
141 163
169 175 1905
CH-ETP terk. mm 170 63
56 49
66 10
-35 -36
-46 -24
104 82 ---
APWL mm
- -
- -
- -
-35 -71 -118 -142
- -
--- Air tersedia
mm 110 110
110 110 110 110
79 56
36 29
110 110 ---
Perub. air tsd. mm -31
-23 -20
-7 81
--- ET aktual
mm 148 166
171 173 169 144
136 122 115
146 159 155 1.844
Defisit mm
- -
- -
- -
4 13
26 17
- -
61 Surplus
mm 170 63
56 49
66 10
- -
- -
185 82 681
Sumber: BPTP Kaltim 2007
31
3.6. Kebijakan Pembangunan Pertanian di Pulau Sebatik