Manfaat Penelitian Kebaruan Novelty

7 menurun. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian yaitu 1 apakah lahan usahatani kakao rakyat sesuai dengan agroekologi kawasan setempat ? 2 bagaimana kesenjangan gap produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat ? 3 apakah kendala , perubahan yang diinginkan dan kelembagaan pendukung yang terlibat dalam perkebunan kakao rakyat ? 4 seberapa besar tingkat keberlanjutan produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat ? 5 apa saja kebutuhan stakeholders untuk peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat ? dan 6 bagaimana formulasi rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik ?

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik ini diharapkan: a. Menjadi arahan atau rekomendasi bagi penentu kebijakan dan masyarakat setempat untuk pengembangan komoditas kakao di kawasan perbatasan, khususnya di Pulau Sebatik berdasarkan potensi sumberdaya alam, potensi ekonomi dan kelembagaan setempat. b. Mempertahankan keberlanjutan produktivitas lahan untuk pengembangan komoditas kakao di kawasan perbatasan.

1.6. Kebaruan Novelty

Penelitian ini adalah pengembangan dari penelitian sebelumnya yang terkait dengan pembangunan pertanian di kawasan perbatasan negara, beranjak dari pendekatan parsial menuju pendekatan holistik. Penelitian-penelitian sebelumnya antara lain: a Susilo 2003 dengan judul penelitian “Keberlanjutan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari Kepulauan Seribu DKI Jakarta” dengan menggunakan konsep keberlanjutan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pengelolaan sumberdaya di Pulau Pangang dan Pulau Pari termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan. 8 b Abubakar 2004 dengan judul “Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan Kasus Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur”. Penelitian tersebut menggunakan metode Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats SWOT, Analitycal Hierarchy Process AHP dan Linear Goal Programming. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan di kawasan perbatasan cukup komplek dan memerlukan penanganan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. c Samudra 2005 dengan judul “Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau Sebatik Sebagai Pulau Kecil Perbatasan di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur Secara Terpadu, Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat”. Metode yang digunakan adalah skoring sederhana dan SWOT. Hasil analisis menunjukkan bahwa sumberdaya hayati unggulan Pulau Sebatik adalah i perikanan tangkap, ii perkebunan kakao, dan iii peternakan [kerbau, sapi, kambing]. d Marhayudi 2006 dengan judul “Model Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat”. Penelitian tersebut menggunakan metode Rap-INSUSFORMA dan disimpulkan bahwa pengelolaan hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan 36,85. e Thamrin 2008 dengan judul “Model Pengembangan Kawasan Agropolitan Secara Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia”. Penelitian tersebut menggunakan Rap-BENGKAWAN dan disimpulkan bahwa status keberlanjutan multidimensi pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia cukup berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan 52,43. Hasil-hasil penelitian selama ini menunjukkan bahwa penanganan berbagai masalah pertanian di kawasan perbatasan telah banyak dilakukan, namun masih bersifat parsial dan ternyata belum mampu mengatasi masalah yang kompleks. Kebaruan novelty penelitian ini adalah: 9 1. Penggunaan analisis kesenjangan gap analysis untuk mengetahui produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat pada kondisi saat ini existing dan kondisi yang diharapkan optimum, sehingga akan diketahui upaya-upaya perbaikan. 2. Penggunaan alat analisis keberlanjutan Multi Dimensional Scaling MDS yang disebut RAP-COCOA SEBATIK Rapid Appraisal for Cocoa on Sebatik Island untuk peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik. Alat analisis ini merupakan modifikasi dari RAPFISH Rapid Appraisal Technique for Fisheries, yang semula hanya menyertakan 5 dimensi keberlanjutan ecological, technology economic, social, and ethical, pada RAP-COCOA SEBATIK ini ditambahkan dimensi pertahanan keamanan, sehingga menjadi 6 dimensi keberlanjutan ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi, hukum dan kelembagaan, serta pertahanan dan keamanan. 3. Alternatif skenario arahan kebijakan berdasarkan analisis kesenjangan produktivitas lahan antara kondisi eksisting dengan kondisi yang diharapkan, dan analisis keberlanjutan dari berbagai dimensi atau aspek keberlanjutan di kawasan perbatasan Pulau Sebatik.

1.7. Definisi Beberapa Istilah dalam Penelitian