91
Tanaman kakao yang dibudidayakan di Pulau Sebatik umumnya berasal dari Malaysia dan penduduk setempat menyebutnya sebagai jenis atau klon 23, 25
atau 28. Petani di wilayah ini sebelum mengusahakan tanaman kakao di Pulau Sebatik, mereka adalah sebagai pekerja kebun kakao di Malaysia. Hal ini yang
menyebabkan bibit kakao umumnya juga didatangkan dari negara tersebut, karena harganya relatif lebih murah dan mudah diperoleh dibandingkan jika harus
mendatangkan dari Jawa atau daerah lain penghasil bibit kakao unggul di Indonesia. Oleh karena itu pada masa mendatang untuk melakukan peremajaan
atau penggantian tanaman kakao baru perlu menggunakan bibit unggul yang tahan hama penyakit dan produktivitasnya tinggi serta sesuai dengan rekomendasi.
5.7.3. Keberlanjutan Dimensi Ekonomi
Pada dimensi ekonomi faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan terdiri dari 9 atribut, yaitu 1 keuntungan
usahatani kakao, 2 hasil usahatani selain kakao, 3 cara menjual hasil panen kakao, 4 tempat menjual atau memasarkan kakao, 5 daya saing kakao dari
Pulau Sebatik, 6 tingkat ketersediaan akses jalan usahatani, 7 akses pasar, 8 tingkat ketergantungan terhadap pasar luar negeri [Malaysia], 9 kontribusi kakao
terhadap pendapatan Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Hasil analisis keberlanjutan menggunakan RAP-COCOA SEBATIK Gambar 23a dan 24a yang
menyertakan 9 atribut menunjukkan bahwa besarnya indeks keberlanjutan pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dan sesuai marginal S2 dan S3 masing-
masing 48,58 dan 44,87 kurang berkelanjutan. Hasil analisis leverage menunjukkan bahwa atribut yang sensitif terhadap
nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2 adalah: 1 daya saing kakao dari Pulau Sebatik, 2 tempat menjual
atau memasarkan kakao, 3 tingkat ketergantungan terhadap pasar kakao Malaysia, dan 4 akses pasar. Pada kelas kesesuaian lahan sesuai marginal S3
atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi adalah: 1 tempat menjual atau memasarkan kakao, 2 daya saing kakao dari Pulau
Sebatik, 3 akses pasar, dan 4 tingkat ketergantungan terhadap pasar kakao Malaysia
. Atribut-atribut sensitif pada dimensi ini perlu dilakukan perbaikan atau
92
Leverage of Attributes
2.46 3.14
1.40 6.98
7.49 2.52
4.74 5.03
2.59
1 2
3 4
5 6
7 8
Keuntungan usahatani kakao Hasil usahatani selain kakao
Cara menjual kakao Tempat menjual
kakaopemasaran kakao Daya saing kakao dari Pulau
Sebatik Jumlah tenaga kerja pertanian
Akses pasar Tingkat ketergantungan terhadap
pasar luar negeri Malaysia Kontribusi sektor pertanian
terhadap PDRB
A tt
ri b
u te
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
diintervensi untuk meningkatkan status keberlanjutan. Hasil analisis leverage selengkapnya tertera pada Gambar 23b dan 24b.
a b
Gambar 23. Indeks keberlanjutan a dan atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan dimensi ekonomi b pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai
S2
Daya saing produk kakao dari kawasan ini rendah, karena belum didukung oleh mutu atau kualitas hasil biji kakao, akibat kurang optimalnya perlakuan
pascapanen. Pemasaran biji kakao dari kawasan ini tidak ada pilihan lain kecuali ke pedagang pengumpul dan kemudian diekspor ke Tawau Malaysia. Pedagang
pengumpul yang menentukan harga dan harga di tingkat pengumpul tersebut ditentukan oleh harga pasaran kakao di Malaysia, sehingga tingkat ketergantungan
terhadap pasar Malaysia cukup tinggi. Peluang pasar cukup tinggi, tetapi akses pasar produk biji kakao dari
kawasan ini terbatas hanya untuk keperluan pasar Malaysia. Menurut Mosher 1987, pemasaran merupakan syarat mutlak dalam pembangunan pertanian.
Adanya pasar dan harga yang tinggi, maka seluruh biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh petani akan terbayar kembali sehingga petani mempunyai
motivasi atau semangat untuk meningkatkan produksi hasil usahataninya. Oleh karena itu perbaikan berdasarkan skala prioritas terhadap atribut-atribut yang
sensitif pada dimensi ekonomi perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan indeks
keberlanjutan.
Rap-SEBATIK Ordination
48,58
DOWN UP
BAD GOOD
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
Sebatik Sustainability O
th e
r D
is ti
n g
is h
in g
F e
a tu
re s
93
Gambar 24. Indeks keberlanjutan a dan atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan dimensi ekonomi b pada kelas kesesuaian lahan sesuai
marginal S3
5.7.4. Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya