Keberlanjutan Dimensi Infrastruktur dan Teknologi

95 Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa status lahan usahatani umumnya belum kuat atau belum bersertifikat. Namun demikian petani masih dapat memperjualbelikan lahan usahatani mereka sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Untuk mendapatkan sertifikat pada lahan usahatani kakao, biayanya relatif mahal atau belum terjangkau oleh masyarakat setempat dan proses pengurusannya relatif sulit. Oleh karena itu agar petani memiliki kepastian berusahatani atas lahan garapannya perlu diperkuat dengan adanya sertifikat tanah dengan prosedur yang mudah dan biaya yang relatif terjangkau. Umur petani kakao di Pulau Sebatik berkisar antara 45-55 tahun, dan masih termasuk dalam umur produktif atau usia kerja. Namun demikian dalam jangka panjang kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap keberlanjutan usahatani kakao di kawasan perbatasan tersebut. Menurut Soekartawi 1988, petani yang lebih tua kurang termotivasi menerima hal-hal baru daripada mereka yang relatif lebih muda usianya. Untuk keberlanjutan usahatani kakao, penduduk atau masyarakat yang usianya masih relatif lebih muda perlu diberdayakan untuk ikut aktif dan tertarik dalam kegiatan pertanian terutama yang berkaitan dengan usahatani kakao.

5.7.5. Keberlanjutan Dimensi Infrastruktur dan Teknologi

Atribut yang diperkirakan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi terdiri dari sembilan yaitu 1 ketersediaan basis data sumberdaya lahan, 2 pedoman teknologi usahatani yang dimiliki, 3 sumber informasi teknologi dari negara tetangga, 4 tingkat penguasaan dan penerapan teknologi budidaya, 5 tindakan pemangkasan tanaman, 6 tindakan pemupukan, 7 dukungan sarana dan prasarana transportasi, 8 standardisasi mutu produk pertanian, dan 9 ketersediaan industri pengolahan hasil. Hasil analisis keberlanjutan dengan RAP-COCOA SEBATIK pada dimensi infrastruktur dan teknologi yang menyertakan sembilan atribut menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2 40,49 kurang berkelanjutan, dan sesuai marginal S3 adalah 32,96 kurang berkelanjutan. Indeks keberlanjutan produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat dimensi infrastruktur dan teknologi selengkapnya tertera pada Gambar 26a dan 27a. 96 a b Gambar 26. Indeks keberlanjutan a dan atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi b pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2 Hasil analisis leverage menunjukkan bahwa atribut yang sensitif terhadap indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2 adalah: 1 tindakan pemupukan 2 tingkat penguasaan dan penerapan teknologi usahatani, 3 dukungan sarana dan prasarana jalan, dan 4 standardisasi mutu produk pertanian. Pada kelas kesesuaian lahan sesuai marginal S3 atribut yang sensitif terhadap indeks keberlanjutan adalah: 1 tingkat penguasaan teknologi, 2 sumber informasi teknologi dari negara tetangga, 3 dukungan sarana dan prasarana jalan, dan 4 tindakan pemupukan. Atribut-atribut sensitif pada dimensi ini perlu dilakukan perbaikan atau diintervensi untuk meningkatkan status keberlanjutan. Hasil analisis leverage selengkapnya tertera pada Gambar 26b dan 27b. Tingkat penguasaan teknologi usahatani kakao oleh petani relatif masih rendah, karena kurangnya sumber informasi atau terbatasnya diseminasi informasi teknologi pertanian. Untuk meningkatkan produktivitas lahan, selain melalui penguasaan teknologi usahatani adalah dengan melakukan diversifikasi usaha Deptan, 2007 yaitu a diversifikasi horizontal dengan pengembangan ternak mix farming maupun intercropping tanaman lain, dan b diversifikasi vertikal dengan pengembangan produk turunan maupun pemanfaatan hasil samping limbah. RAP-COCOA SEBATIK Ordination 40,49 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 SEBATIK Sustainability O th e r D is ti n g is h in g F e a tu re s Leverage of Attributes 0,66 1,55 3,95 2,58 3,01 2,81 2,03 2,65 1,06 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Ketersediaan basis data sumberdaya lahan Sumber informasi teknologi dari dinas dan instansi terkait Tindakan pemupukan Sumber informasi teknologi dari negara tetangga Malaysia Tingkat penguasaan teknologi pertanian Dukungan sarana dan prasarana jalan Pedoman teknologi usahatani yang dimiliki Standardisasi mutu produk pertanian Ketersediaan industri pengolahan hasil pertanian A tt ri b u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 97 Gambar 27. Indeks keberlanjutan a dan atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi b pada kelas kesesuaian lahan sesuai marginal S3 Sarana dan prasarana terutama jaringan jalan sampai saat ini relatif terbatas dan belum semua jalan yang menghubungkan antar desa diaspal atau dilakukan pengerasan. Selain itu keterbatasan sarana transportasi, dan letak wilayah yang secara geografis lebih dekat dengan Malaysia, menjadi alasan bagi masyarakat di kawasan tersebut menjual hasil panen kakao dan membeli barang- barang kebutuhan sehari-hari ke Malaysia Tawau, karena jaraknya relatif dekat dan transportasi laut mudah serta murah. Standardisasi mutu produk pertanian sebagai atribut yang sensitif, disebabkan oleh belum diterapkannya standardisasi mutu bagi produk hasil kakao yang akan dijual ke pasar Malaysia, padahal permintaan produk ini cukup besar dan kawasan ini belum mampu memenuhi permintaan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu perbaikan berdasarkan skala prioritas terhadap atribut-atribut yang sensitif terhadap keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan indeks keberlanjutan dimensi tersebut.

5.7.6. Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan