Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao

63 menurun dengan semakin meningkatnya kemiringan lahan pada semua jenis atau tipe penggunaan lahan. Faktor lereng berhubungan erat dengan terjadinya erosi pada lahan miring.

5.3. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao

Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan pencocokan matching antara kualitas lahan pada tiap satuan peta tanah dengan persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman kakao crop requirements, sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Djaenudin et al., 2000. Evalusai kesesuaian lahan ini merupakan kegiatan interpretasi data sumberdaya lahan. Karakteristik lahan dari masing-masing SPT diwakili dari jenis tanah yang memiliki luasan terbesar dari asosiasi tanah di kawasan Pulau Sebatik. Jenis tanah dengan luasan lebih kecil tidak dilakukan penilaian. Oleh karena itu kesesuaian lahan merupakan gambaran umum, sehingga pada lahan yang sesuai bisa terdapat lahan yang tidak sesuai. Kelas kesesuaian lahan aktual dan faktor pembatas pada setiap satuan lahan tertera pada Tabel 17. Pada Tabel tersebut dapat diketahui bahwa lahan di Pulau Sebatik yang sesuai S untuk tanaman kakao seluas 20.581 ha 84,15. Kelas sangat sesuai S1 tidak tersedia, karena sesuai dengan kriteria kelas kesesuaian lahan Djaenuddin et al., 2000, dari beberapa karakteristik lahan lereng, kedalaman tanah, pH tanah, C-organik dan KTK tidak ada yang sesuai dengan kelas tersebut, terutama kriteria lereng tidak ada 8. Kriteria utama yang digunakan untuk menyusun kelas kesesuaian lahan tanaman kakao di Pulau Sebatik ini adalah lereng. Kelas cukup sesuai S2 seluas 7.616 ha 31,14, kelas sesuai marginal S3 seluas 12.965 ha 53,01, sedangkan lahan yang tidak sesuai N seluas 3.628 ha 14,83. Gambaran umum kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao di Pulau Sebatik tertera pada Gambar 10. Pada masing-masing kelas kesesuian lahan S2, S3, N memiliki faktor pembatas untuk pengembangan tanaman kakao. Kelas kesesuaian S2 faktor pembatasnya adalah ketersediaan air wa, bahaya erosi eh dan ketersediaan hara nr. Kelas kesesuaian S3 faktor pembatasnya adalah ketersediaan air wa, ketersediaan oksigen oa, bahaya erosi eh, ketersediaan hara nr dan media 64 perakaran rc. Pada kelas kesesuaian N faktor pembatasnya adalah adanya bahaya sulfidik dan terbatasnya media perakaran rc. Tabel 17. Kelas kesesuaian lahan aktual dan faktor pembatas pada setiap satuan lahan untuk tanaman kakao di Pulau Sebatik Luas No Kelas Sub kelas pembatas simbol Faktor pembatas Ha 1. S2 S2eh Erosi rendah 4.861 19,88 2. S2 S2eh S2ehrc Erosi rendah, media perakaran 2.305 9,42 3. S2 S2oarcxs S3oa Ketersediaan oksigen, media perakaran dan bahaya sulfidik 450 4. S3 S3rc S2rc Media perakaran 187 0,76 5. S3 S3eh S2ehrc Erosi sedang dan media perakaran 137 0,56 6. S3 S3eh Erosi rendah 1.443 5,90 7. S3 S3oa Ketersediaan oksigen 989 4,04 8. S3 S3rc Media perakaran 2.991 12.23 9. S3 S3ehrc Erosi sedang dan media perakaran 3.193 13,05 10. S3 S3oa S3rc Ketersediaan oksigen dan media perakaran 1.726 7,06 11. S3 S3rc S3oa Media perakaran dan ketersediaan oksigen 171 0,70 12. S3 S3eh S3ehrc Erosi sedang dan media perakaran 1.507 6,16 13. S3 S3oa Nxs Ketersediaan oksigen dan bahaya sulfidik 621 2,54 14. N Nxs S3oa Bahaya sulfidik dan media perakaran 42 0,17 15. N Neh Erosi sedang 3.551 14,52 16. N Nrc Media perakaran 11 0,04 17. N Nxs Bahaya sulfidik 24 0,10 18. Td Td Td 248 1,01 Jumlah : 24.457 100,00 Sumber: hasil perhitungan digital Keterangan: Pembatas: S1: sangat sesuai oa: ketersediaan oksigen eh: bahaya erosi S2: cukup sesuai xs: bahaya sulfidik wa: ketersediaan air S3: sesuai marginal rc: media perakaran Td: tidak dinilai N : tidak sesuai nr: ketersediaan hara Gambar 10. Kesesuaian lahan untuk tanaman kakao di Pulau Sebatik 66 Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001, kelas kesesuaian lahan dapat berupa kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial. Kelas kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data survei tanah atau sumberdaya lahan dan belum mempertimbangkan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala atau faktor pembatas bagi persyaratan tumbuh tanaman. Kelas kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Secara umum kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao di Pulau Sebatik adalah S2 dan S3. Produktivitas hasil kakao rakyat di kawasan ini berkisar antara 500-900 kg ha -1 th -1 , di bawah rata-rata potensi produksi kakao yang mencapai 2.000 kg ha -1 th -1 Wahyudi dan Rahardjo, 2008. Produktivitas hasil kakao tersebut dapat dinaikkan ke tingkat produksi optimal dengan cara memperbaikai faktor pembatas. Perkiraan produksi tanaman yang dihasilkan berdasarkan klasifikasi kelas kesesuaian lahan FAO, 1983 tertera pada Tabel 18. Tabel 18. Produksi optimal tanaman kakao berdasarkan kelas kesesuaian lahan Kelas Klasifikasi kelas kesesuaian lahan Produksi optimal Input manajemen S1 Sangat sesuai 80 Tanpa input S2 Agak sesuai 60 – 80 Input praktis dan ekonomis S3 Sesuai marginal 40 – 60 Input praktis dan harus ekonomis N Tidak sesuai 40 Input tidak menambah produksi Sumber: FAO 1983

5.4. Analisis Kesenjangan Gap Analysis