Skenario Rekomendasi Kebijakan HASIL DAN PEMBAHASAN

131

5.11. Skenario Rekomendasi Kebijakan

Untuk memformulasikan rekomendasi kebijakan dilakukan melalui tiga skenario yaitu skenario I, II dan III. Nilai indeks keberlanjutan pada masing- masing skenario selengkapnya tertera pada Tabel 40. Tabel 40. Indeks keberlanjutan kondisi existing, dan kondisi masing-masing skenario Nilai indeks keberlanjutan Kelas kesesuaian lahan dan dimensi keberlanjutan Existing Skenario I Skenario II Skenario III Cukup sesuai S2 1 Ekologi 40,75 46,11 51,04 58,43 Ekonomi 48,58 54,28 60,18 70,53 Sosial budaya 75,20 75,20 81,71 81,71 Infrastruktur dan teknologi 40,49 45,53 50,10 66,73 Hukum dan kelembagaan 36,39 46,96 72,06 72,06 Pertahanan dan keamanan 36,39 42,82 79,31 79,31 Gabungan 45,81 51,38 62,38 69,48 BC 2 1,53 1,54 1,57 1,61 Lm haKK 3 3,54 3,14 1,36 1,05 Sesuai marginal S3 1 Ekologi 36,78 40,73 45,78 53,20 Ekonomi 44,87 47,60 54,62 65,58 Sosial budaya 75,20 75,20 81,71 81,71 Infrastruktur dan teknologi 32,96 37,11 43,90 55,43 Hukum dan kelembagaan 36,39 46,96 72,06 72,06 Pertahanan dan keamanan 36,39 42,82 79,31 79,31 Gabungan 42,83 47,32 58,44 65,44 BC 2 1,16 1,19 1,27 1,39 Lm haKK 3 4,35 3,79 1,57 1,16 1 S2 dan S3 = kelas kesesuaian lahan; 2 BC = BC rasio; 3 Lm= luas lahan minimal ha KK -1 Pada Tabel 40 dapat diketahui bahwa pada masing-masing skenario terjadi peningkatan nilai indeks keberlanjutan, mulai skenario I hingga skenario III. Peningkatan indeks keberlanjutan masing-masing skenario pada setiap dimensi keberlanjutan berdasarkan diagram layang-layang selengkapnya disajikan pada Gambar 40 dan 41. 132 Gambar 40. Indeks keberlanjutan enam dimensi keberlanjutan kondisi eksisting, skenario I, II dan III pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2 Gambar 41. Indeks keberlanjutan enam dimensi keberlanjutan kondisi eksisting, skenario I, II dan III pada kelas kesesuaian lahan sesuai marginal S3 Pada Tabel 40 dapat diketahui bahwa pada masing-masing skenario mengalami peningkatan indeks keberlanjutan dari kondisi eksisting. Dari ketiga skenario tersebut akan dapat diketahui skenario terbaik berdasarkan penghitungan jarak euclidian antara nilai indeks keberlanjutan kondisi eksisting dan nilai indeks pada masing-masing skenario Tabel 41 dan 42. 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Infrastruktur teknologi Hukum kelembag Hankam Eksisting Skenario I Skenario II Skenario III 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonom i Sosial Budaya Infrastruktur teknologi Hukum kelem bag Hankam Eksisting Skenario I Skenario II Skenario III 133 Tabel 41. Jarak euclidian antara kondisi eksisting dan kondisi skenario I, II dan III pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2 1 + , - . 0 12 01 2 3 2 2 4 + , - . 0 12 01 2 3 2 2 5 + , - . 0 12 01 2 3 2 2 1 dimodifikasi dari Iswari 2008; 2 hasil survei Hasil analisis pada Tabel 41 dapat diketahui bahwa pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2, jarak euclidian skenario I sebesar 18,38 persen; skenario II sebesar 61,55 persen dan skenario III sebesar 70,94 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dari ketiga skenario tersebut yang paling baik adalah skenario III. 134 Tabel 42. Jarak euclidian antara kondisi eksisting dan kondisi skenario I, II dan III pada kelas kesesuaian lahan sesuai marginal S3 1 + , - . 0 1 2 01 2 3 2 2 4 + , - . 0 12 01 2 3 2 2 5 + , - . 0 12 01 2 3 2 2 1 dimodifikasi dari Iswari 2008; 2 hasil survei Hasil analisis pada Tabel 42 dapat diketahui bahwa pada kelas kesesuaian lahan sesuai marginal S3, jarak euclidian skenario I sebesar 17,20 persen; skenario II sebesar 60,12 persen; dan skenario III sebesar 68,94 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dari ketiga skenario tersebut yang paling baik adalah skenario III. 135 Secara skematis model peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik tertera pada Gambar 42. Gambar 42. Model peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan Selesai Skenario Mulai Kondisi existing potensi, kendala Kesenjangan, indeks dan status keberlanjutan, identifikasi kebut. stakeholders Faktor atau atribut berpengaruh Faktor atau atribut penggerak Survei lapangan Kebijakan pembangunan kawasan perbatasan saat ini Reference studi literatur Penentuan dimensi keberlanjutan, atribut dan skala Identifikasi kebutuhan stakeholders Analisis keberlanjutan RAP-COCOA SEBATIK Analisis kebutuhan stakeholders Prospektif Faktor atau atribut kunci Indeks dan status keberlanjutan Faktor dominan atau penggerak Faktor atau atribut kunci Skenario I Skenario II Skenario III Arahan Kebijakan Peningkatan Produktivitas Lahan Berkelanjutan untuk Perkebunan Kakao Rakyat di Kawasan Perbatasan Pulau Sebatik Perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik Kesenjangan produktivitas lahan Analisis kesenjangan Kondisi eksisting dan yang diharapkan 136

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik, adalah berdasarkan skenario yang telah disusun yaitu Skenario I, II dan III. Skenario tersebut dilaksanakan secara bertahap dan disesuaikan dengan potensi, kendala dan ketersediaan sumberdaya. Masing-masing skenario dilakukan perbaikan terhadap faktor-faktor atau atribut dominan pada setiap dimensi keberlanjutan pada masing-masing kelas kesesuaian lahan S2 dan S3. Pada skenario I, peningkatan indeks keberlanjutan dilakukan melalui perbaikan atribut-atribut sensitif atau dominan, terutama pada dimensi yang tidak berkelanjutan. Atribut-atribut yang dinaikkan skoringnya adalah: sarana prasarana pertahanan dan keamanan, sinkronisasi antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah, sarana produksi pertanian, tindakan pemupukan, rata-rata umur tanaman, tingkat serangan hama penyakit, daya saing kakao dari Pulau Sebatik. Pada skenario II, peningkatan indeks keberlanjutan dilakukan melalui perbaikan atribut-atribut sensitif atau dominan pada keenam dimensi, tetapi belum optimal. Atribut yang dinaikkan skoringnya adalah: sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan, sinkronisasi antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah, penguasaan dan penerapan teknologi budidaya dan pascapanen, sarana produksi pertanian, keberadaan lembaga keuangan mikro LKM, tindakan pemupukan, umur tanaman kakao, tingkat serangan hama penyakit, daya saing kakao dari Pulau Sebatik, dan industri pengolahan. Pada skenario III, peningkatan indeks keberlanjutan dilakukan melalui perbaikan atribut-atribut sensitif atau dominan pada keenam dimensi, yang terletak pada skala berikutnya setelah skenario II. Atribut yang dinaikkan skoringnya adalah: sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan, sinkronisasi antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah, penguasaan dan penerapan teknologi budidaya dan pascapanen, sarana produksi pertanian, keberadaan lembaga keuangan mikro LKM, tindakan pemupukan, umur tanaman kakao, tingkat serangan hama penyakit, daya saing kakao dari Pulau Sebatik, dan industri pengolahan.