36
4.3. Rancangan Penelitian
Metode  yang  digunakan dalam  penelitian  ini adalah  studi literatur,  survei lapangan,  analisis  tanah  di  laboratorium  dan  wawancara.  Survei  lapangan
dilakukan  untuk  mengumpulkan  data  biofisik  lahan  dan  sosial  ekonomi. Wawancara dilakukan untuk: a mengetahui permasalahan, peluang, harapan dan
pendapat  dari  stakeholders  yang  terkait  dengan  pengembangan  komoditas unggulan pertanian,  masalah lingkungan dan pola usahatani yang diterapkan; dan
b mengetahui pendapat pakar atau ahli tentang peningkatan produktivitas lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan khususnya perkebunan kakao rakyat
di kawasan perbatasan Pulau Sebatik.
4.4. Lingkup dan Rencana Kegiatan
Lingkup  penelitian  mencakup  aspek  ekologi,  ekonomi,  sosial  budaya, infrastruktur  dan  teknologi,  hukum  dan  kelembagaan,  serta  pertahanan  dan
keamanan. Penelitian dilakukan berdasarkan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari survei lapangan, serta diperkuat oleh pendapat para pakar atau ahli
di bidangnya. Pelaksanaan  penelitian  dibagi  dalam  enam  tahapan  Gambar  5.  Tahap
pertama  adalah  persiapan  bahan,  alat  dan  studi  pustaka  yang  digunakan  untuk pelaksanaan  kegiatan  penelitian,  baik  untuk  mengumpulkan  data  primer  maupun
data  sekunder  pada  tahap  ke-2.  Tahap  ke-3  adalah  melakukan  survei    lapangan biofisik dan sosial ekonomi. Tahap ke-4 adalah melakukan enam analisis, yaitu
a  analisis  kesesuaian  lahan,  b  analisis  kesenjangan,  dan  analisis  kendala, c  analisis  ekonomi  kelayakan  finansial,  d  analisis  kebutuhan  stakeholders,
e  analisis  keberlanjutan,  dan  f  analisis  prospekif.  Kemudian  dilanjutkan  pada tahap  ke-5,  yaitu  menyusun  skenario  rekomendasi  kebijakan  yang  dilakukan
berdasarkan  gabungan  hasil  analisis  pada  tahap  4.  Pada  tahap  ke-6  adalah menyusun  rekomendasi  kebijakan  peningkatan  produktivitas  lahan  berkelanjutan
untuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik.
37
Gambar 5. Tahapan penelitian
4.5. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Variabel data yang dikumpulkan meliputi: tanah biofisik, kimia, biologi, iklim untuk melihat fenomena iklim secara umum di daerah penelitian, tanaman,
sosial,  ekonomi  dan  kelembagaan  usahatani.  Sumber  dan  teknik  pengumpulan data secara rinci disajikan pada Tabel 5.
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
Skenario
Rekomendasi Selesai
Mulai Persiapan
Faktor-faktor atau komponen-komponen peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan
di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Studi Pustaka
Survei lapangan biofisik dan sosial ekonomi
Analisis
Tahap V
Tahap VI
Ekonomi kelayakan
finansial Kesenjangan,
dan kendala produktivitas
lahan Kesesuaian
lahan Keberlanjutan
Kebutuhan stakeholders
Prospektif
38
Tabel 5. Sumber dan teknik pengumpulan data
No Data
Sumber data Teknik pengumpulan data
1. Primer
Pengamatan, pengukuran di lapang dan analisis
tanah di laboratorium Tanah fisik, kimia, biologi, iklim
temperatur, curah hujan, kelembaban udara, intensitas hujan,
kecepatan angin dan zona agroklimat
, fisiografi, topografi. Sekunder
Studi literatur, dokumentasi dan laporan
dari dinasinstansi terkait
2. Primer
Wawancara kuesioner Pengamatan lapangan
Keadaan budidaya tanaman benihbibit yang digunakan, jarak
tanam, gejala defisiensi hara, pemeliharaan [pemupukan,
pemberantasan hama dan penyakit, pemangkasan], produktivitas,
pascapanen Sekunder
Laporan, dokumen, monografi
3. Primer
Wawancara kuesioner Indepth interview
Diskusi Sosial ekonomi demografi,
kepemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif,
curahan tenaga kerja, penggunaan saprodi, peralatan pertanian, biaya
hidup, produktivitas, harga saprodi, harga komoditas, pendapatan
usahatani dan non usahatani, komponen usahatani, preferensi
petani terhadap komoditas unggulan, dll.
Sekunder Laporan, dokumen,
monografi
4. Kelembagaan sumber penyediaan
saprodi, jenis saprodi, sumber modal, besarnya modal yang
diperlukan, sistem penanganan hasil, pemasaran hasil,
ketersediaan informasi dan teknologi, pelayanan penyuluhan,
penyediaan informasi dan teknologi Primer
Wawancara kuesioner In depth interview
- Diskusi
5. Potensi, permasalahan dan peluang
peningkatan produktivitas lahan ketersediaan SDM petani,
dukungan pemerintah, partisipasi petani
Primer PRA Participatory Rural
Appraisal
Data primer yang bersumber dari responden terpilih diperoleh berdasarkan wawancara  dengan  menggunakan  daftar  pertanyaan  kuesioner.  Data  sekunder
adalah  data  yang  diperoleh  dari  laporan  dinas  dan  instansi  terkait,  serta
39
penelusuran literatur atau publikasi. Diskusi kelompok dilakukan untuk pengisian kuesioner dan menggali informasi dari stakeholders yang terkait dengan persepsi
dan  keinginan  mereka  untuk  melakukan  peningkatan  produktivitas  lahan  secara berkelanjutan. Responden yang menjadi populasi penelitian berasal dari penduduk
setempat yang melakukan aktivitas usahatani.
4.5.1. Data sumberdaya lahan
Pada  kegiatan  survei  lapangan  dilakukan  pengamatan,  pengambilan sampel tanah, pengumpulan data iklim dan produksi. Data tersebut meliputi:
i Data  tanah  adalah  data  lapangan  dan  analisis  tanah  di  laboratorium.  Data
lapangan  meliputi:  bentuk  lahan,  lereng,  batuan  permukaan,  bahaya  banjir, bahaya  erosi,  drainase,  kedalaman  efektif,  kemudahan  pengolahan  dan
morfologi  tanah.  Data  untuk  analisis  laboratorium  yaitu  pH  tanah,  tekstur, kandungan  bahan  organik,  Kation-kation  dapat  ditukar  Na,  K,  Ca,  Mg,
Kapasitas Tukar Kation KTK, P dan K total terekstrak HCl 25, P dan K tersedia,  Kejenuhan  Basa,  adanya  bahan  sulfidik  Balittanah,  2004.
Parameter dan metode analisis tanah selengkapnya tertera pada Tabel 6. Pengambilan  contoh  tanah  dilakukan  sesuai  dengan  teknik  sampling.
Lokasi  pengambilan  sampel  tanah  berdasarkan  pada  peta  satuan  lahan homogen  yang  dihasilkan  dari  overly  peta.  Pengambilan  sampel  tanah
menggunakan  stratified  random  sampling.  Setiap  satuan  lahan  pengamatan diambil contoh tanah komposit hingga kedalaman 60 cm 0 - 30 cm dan 30 -
60 cm untuk analisa sifat fisik dan kimia tanah. ii  Data  iklim  data  sekunder  diperlukan  untuk  mengetahui  keadaan  iklim
secara umum. Data yang dikumpulkan antara lain: curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari, dan kecepatan angin.
4.5.2. Data tanaman
Data  dan  informasi  budidaya  tanaman  diperoleh  melalui  pengamatan lapangan data primer dan data sekunder antara lain meliputi:  i benih atau bibit
yang digunakan bahan tanam, perlakuan dan pemeliharaan, jenis tanaman yang digunakan,  asal  benihbibit
;  ii  penanaman  jarak  tanam,  penyulaman,  sistem tanam,  pemupukan  bibit,  tanamanpohon  penaung,  penanaman  sesuai  kontur
;
40
iii  pemeliharaan  gejala  defisiensi  hara,  pemupukan,  hama-penyakit  dan  cara pengendaliannya, pemangkasan
Wahyudi dan Rahardjo,2008; iv produktivitas hasil; dan v pascapanen.
Tabel 6. Parameter dan metode analisis tanah
No. Parameter tanah
sifat fisik, kimia, biologi Metode analisis
1. Tekstur 3 fraksi
Pipet 2.
Bobot isi g cm
-3
Gravimetri 3.
Porositas Gravimetri
4. Kemantapan agregat
Metode ayakan basah 5.
pH H
2
O Gelas elektrode
6. N-total
Kjeldahl 7.
P-total HCl 25
8. K-total
HCl 25 9.
P-tersedia ppm Bray I
10. K-tersedia cmol
+
kg
-1
Morgan 11.
Al-dd cmol
+
kg
-1
Titrimetri, KCN 1N 12.
KTK cmol
+
kg
-1
Ekstrak NH
4
OAc pH 7 13.
Kejenuhan Basa Ekstrak NH
4
OAc pH 7 14.
C-organik Walkey and Black
15. C-microbial biomass ppm
Fumigasi ekstraksi
4.5.3. Data sosial, ekonomi dan kelembagaan
Penentuan  responden  berdasarkan  metode  stratified  random  sampling. Walpole,  1995.  Responden  dikelompokkan  berdasarkan  mata  pencaharian  dan
kontribusinya  terhadap  kegiatan  pertanian.  Pembagiannya  meliputi  petani, pedagang,  tokoh  masyarakat,  penyuluh  pertanian  lapangan  PPL,  masyarakat,
aparat  desa  dan  kecamatan,  lembaga  penyedia  modal,  dan  para  pakarahli pertanian, pengelolaan lahan, dan perencanaankebijakan.
Stakeholders yang  menjadi  responden    meliputi:  a  masyarakat  atau
petani  kakao  77  orang,  pedagang  pengumpul  4  orang,  penyuluh  pertanian lapangan PPL 5 orang, tokoh masyarakat 2 orang, aparat pemerintah desa dan
kecamatan  3  orang.  Jumlah  responden  tersebut  dipilih  secara  acak  sederhana, yang  jumlahnya  ditetapkan  secara  proporsional  proporsional  cluster  random
sampling ;  b  kalangan  pakarahli  yang  dipilih  secara  sengaja  purposive
sampling berjumlah 6 orang. Responden dari kalangan ahli yang dipilih memiliki
41
kepakaran  sesuai  dengan  bidang  yang  diteliti  dengan  kriteria:  i  mempunyai pengalaman  sesuai  dengan  bidang  yang  diteliti,  ii  memiliki  reputasi,
kedudukanjabatan dalam kompetensinya sesuai dengan bidang yang diteliti, serta iii  memiliki  kredibilitas  tinggi  dan  bersedia  sebagai  responden.  Data  dan
informasi dari para pakar dilakukan dengan wawancara secara mendalam indepth interview,
yang bersifat lebih teknis sesuai dengan pengalaman dan keahliannya.
4.5.4. Potensi, peluang dan permasalahan
Diskusi  kelompok  dilakukan  pada  saat  dilakukan  Participatory  Rural Appraisal
PRA. PRA merupakan cara belajar dari dan dengan masyarakat untuk menemukan,  menganalisis,  mengevaluasi  kendala  dan  peluang  pengembangan
pertanian  di  wilayah  setempat.  PRA  dilaksanakan    dengan  teknik  wawancara langsung  dengan  kelompok  focus  group  discussion  yang  terdiri  dari  kelompok
tani, tokoh masyarakat, PPL, aparat desa, dan stakeholders yang dilaksanakan di empat tempat.
4.6. Formulasi Rekomendasi Kebijakan
Formulasi  rekomendasi  kebijakan  untuk  menyusun  model  peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan
Pulau  Sebatik  dilakukan  dengan  menggunakan  analisis  prospektif.  Analisis prospektif  digunakan  untuk  mendapatkan  skenario  rekomendasi  kebijakan
peningkatan  produktivitas  lahan  berkelanjutan  perkebunan  kakao  rakyat,  dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem.
4.7. Analisis Data
Analisis  data  meliputi:  a  analisis  kesesuaian  lahan,  b  analisis kesenjangan  produktivitas  lahan,  c  analisis  kendala  produktivitas  lahan,  d
analisis  ekonomi  [kelayakan  finansial],  e  analisis  keberlanjutan,  f  analisis kebutuhan  stakeholders, dan  g  analisis prospektif.  Analisis  yang  dilakukan dan
keterkaitannya  dengan  tujuan  dan  keluaran  yang  diharapkan  secara  rinci  tertera pada Tabel 7.
42
Analisis kesesuaian lahan
Analisis  kesesuaian  lahan  disusun  untuk  mendapatkan  kesesuaian penggunaan  lahan  tanaman  kakao  melalui  pendekatan  sistem  matching  atau
kecocokan  antara  kualitas  dan  sifat-sifat  tanah  land  qualitiesland characteristics
dengan  kelas  kesesuaian  lahan  yang  disusun  berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman kakao Djaenudin et al., 2000.
Analisis kesenjangan Analisis  kesenjangan  gap  analysis  bertujuan  mengetahui  kesenjangan
antara  produktivitas  lahan  perkebunan  kakao  rakyat  kondisi  saat  ini  eksisting dengan produktivitas lahan yang diharapkan optimal. Hasil analisis kesenjangan
digunakan untuk mengidentifikasi kendala dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk  memperbaiki  dan  meningkatkan  produktivitas  lahan.  Hal  tersebut  sesuai
dengan  hasil  penelitian  Tarmizi  et  al.  2006,  bahwa  untuk  mendapatkan  hasil yang optimal pada perkebunan kelapa sawit dibutuhkan praktek pengelolaan tanah
yang baik  berdasarkan  kesenjangan  antara  produktivitas  hasil  eksisting  dan yang diharapkan.
Analisis kendala
Analisis  ini  dilakukan  terhadap  aspek-aspek  yang  berkaitan  dengan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di Pulau
Sebatik, dengan menggunakan metode ISM Eriyatno dan Sofyar, 2007; Marimin, 2004.
Data  dan  informasi  yang  dikumpulkan  adalah:  a  informasi  pengelolaan lahan  secara umum, antara lain luas kepemilikan lahan, lokasi, jenis pengelolaan
lahan,  status  kepemilikan,  kemiringan  lahan,  dan  sistem  pertanaman,  b  Local Ecological  Knowledge  LEK
dalam  menerapkan  teknik  budidaya  dan pengelolaan  lahan,  pengetahuan  dan  pengalaman  petani  dalam  mengelola  lahan
untuk budidaya tanaman, c jenis komoditas yang diusahakan tanaman semusim, tahunan dan ternak, d program pembangunan pertanian di kawasan perbatasan,
e  potensi  dan  kendala  pengembangan  komoditas  unggulan  pertanian  dari berbagai  dimensi  atau  aspek  keberlanjutan,  serta  f  jumlah  dan  jenis  lembaga
yang ada, serta aktivitasnya.
43
Tabel 7. Keterkaitan antara tujuan penelitian, kegiatan, data yang diperlukan, analisis data, dan keluaran yang diharapkan.
No  Tujuan Kegiatan
Sumber Data Analisis Data
Keluaran Yang Diharapkan
1. Evaluasi kesesuaian
penggunaan lahan untuk tanaman kakao
Analisis tanah Evaluasi kesesuaian
lahan Sampel tanah, topografi, hidrologi,
vegetasi dan iklim Informasi pengelolaan lahan  secara
umum, jenis komoditas yang diusahakan
Analisis laboratorium Evaluasi lahan,  Automated
Land Evaluation System ALES
. Sifat fisik, kimia dan biologi
tanah Kelas kesesuaian lahan untuk
tanaman kakao Survei lapangan
Biofisik dan sosial ekonomi kawasan perbatasan Pulau Sebatik
Deskriptif Analisis kesenjangan gap
analysis Data sumberdaya lahan
Produktivitas lahan kondisi eksisting dan yang diharapkan
Identifikasi responden Responden stakeholders di lokasi
penelitian Responden pakarahli
FGD Variabel-variabel kunci
peningkatan produktivitas lahan Analisis kendala
Informasi pengelolaan lahan untuk perkebunan kakao rakyat
Kelembagaan jumlah, jenis, aktivitas ISM
Kendala, kebutuhan dan lembaga yang terlibat
Kelembagaan usahatani yang diperlukan
2. Komponen-komponen
peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan
Analisis ekonomi Skala usahatani, pengeluaran biaya
usahatani, perkembangan tingkat harga komoditi, suku bunga Bank, besarnya
PBB pajak bumi dan bangunan BC ratio, NVP Net
Present Value , IRR
Internal Rate of Return, kebutuhan hidup layak
Tingkat kelayakan usahatani kakao
3. Rekomendasi kebijakan
peningkatan produktivitas lahan
Analisis keberlanjutan Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap keberlanjutan RAP-COCOA SEBATIK
MDS Indeks dan status keberlanjutan
Analisis kebutuhan stakeholders
Sosial ekonomi dan stakeholders Prospektif
Faktor-faktor kunci Rancangan
rekomendasi kebijakan Data-data analisis setiap sub kegiatan
Hasil alternatif rancangan rekomendasi kebijakan
Gabungan analisis antar sub analisis kegiatan
Pilihan skenario rekomendasi kebijakan
44
Analisis ekonomi
Analisis  ekonomi  dilakukan  untuk  menghitung  BC-ratio,  nilai  tunai bersih Net Present Value, Internal Rate of Return IRR. Data yang diperlukan
antara  lain  skala  penggunaan  lahan,  pengeluaran  biaya  produksi,  luas  kawasan budidaya,  perkembangan  tingkat  harga  komoditas,  kredit  usahatani  dan  suku
bunga  bank,  dll.  Data  kondisi  sosial  ekonomi  diperoleh  melalui  wawancara terstruktur  terhadap  responden  yang  dipilih  secara  acak  dengan  menggunakan
bantuan kuesioner.
Analisis keberlanjutan
Metode analisis  yang digunakan adalah Multi Dimensional Scaling MDS yang  disebut  dengan  RAP-COCOA  SEBATIK  Rapid  Appraisal  for  Cocoa  on
SEBATIK  Island, merupakan  modifikasi  dari    RAPFISH  Rapid    Appraisal
Technique  for  Fisheries yang  digunakan  oleh  University  of  British  Columbia,
Canada. Metode ini digunakan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan serta untuk  mengindentifikasi  atribut-atribut  yang  paling  sensitif  dari  masing-masing
dimensi  keberlanjutan  melalui  leverage  analysis.  Teknik  ordinasi  RAP-COCOA SEBATIK
dengan  metode  MDS  dilakukan  melalui  beberapa  tahapan,  yaitu 1  penentuan  atribut  pada  setiap  dimensi  keberlanjutan  dan  mendefinisikannya
melalui  kajian  pustaka  dan  pengamatan  lapangan.  Bagan  proses  aplikasi  RAP- COCOA SEBATIK
selengkapnya tertera pada Gambar 6. Penelitian ini mencakup 62  atribut  pada  6  dimensi  yang  dianalisis,  yaitu  13  atribut  dimensi  ekologi,  9
atribut  dimensi  ekonomi,  13  atribut  dimensi  sosial  budaya,  9  atribut  dimensi infrastruktur  dan  teknologi,  9  atribut  dimensi  hukum  dan  kelembagaan,  serta  9
atribut dimensi pertahanan dan keamanan; 2 penilaian setiap atribut dalam skala
ordinal  skoring  berdasarkan  hasil  pengamatan  lapangan  dan  pendapat  para pakar;  3  analisis  ordinasi  untuk  menentukan  posisi  status  keberlanjutan  pada
setiap  dimensi  dalam  skala  indeks  keberlanjutan;  4  menilai  indeks  dan  status keberlanjutan  pada  setiap  dimensi;  5  melakukan  sensitivity  analysis  leverage
analysis untuk  menentukan  peubah  yang  sensitif  mempengaruhi  keberlanjutan,
dan;  6  analisis  Monte  Carlo  untuk  memperhitungkan  dimensi  ketidakpastian Kavanagh,  2001;  Pitcher  dan  David,  2001.  Skala  indeks  keberlanjutan  sistem
yang dikaji mempunyai selang 0 - 100 persen, seperti tertera pada Tabel 8.
45
Tabel 8.  Kategori indeks status keberlanjutan perkebunan kakao rakyat
Nilai indeks Kategori
0,00 - 25,00 Buruk tidak berkelanjutan
25,01 - 50,00 Kurang kurang berkelanjutan
50,01 - 75, 00 Cukup cukup berkelanjutan
75,01 - 100,00 Baik berkelanjutan
Pada analisis dengan menggunakan MDS juga dilakukan analisis leverage, analisis  Monte  Carlo,  penentuan  nilai  stress  dan  koefisien  determinasi  R
2
. Analisis leverage dilakukan untuk mengetahui atribut yang sensitif dan intervensi
yang  perlu  dilakukan.  Atribut  yang  sensitif  diperoleh  berdasarkan  hasil  analisis leverage
yang  terlihat  pada  perubahan  Root  Mean  Square  RMS  ordinasi  pada sumbu X. Semakin besar perubahan RMS, maka semakin sensitif peranan  atribut
tersebut terhadap peningkatan status keberlanjutan.
Gambar 6. Bagan proses aplikasi RAP-COCOA SEBATIK dimodifikasi dari Alder et al. 2000; Fauzi dan Anna 2005
Start
Review atribut berbagai kategori dan skoring kriteria
Identifikasi dan pendefinisian produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat
didasarkan kriteria yang konsisten
Penilaian skor setiap atribut Multidimensional Scaling Ordination
untuk setiap atribut
Analisis Monte Carlo analisis ketidakpastian
Analisis Leverage analisis anomali
Analisis keberlanjutan sustainability assessment
46
Analisis  Monte  Carlo  digunakan  untuk  menduga  pengaruh  galat  pada selang kepercayaan 95 persen. Nilai indeks Monte Carlo ini dibandingkan dengan
indeks  MDS .  Nilai  stress  dan  koefisien  determinasi  R
2
berfungsi  untuk mengetahui  perlu  tidaknya  penambahan  atribut,  dan  mencerminkan  keakuratan
dimensi  yang  dikaji  dengan  keadaan  yang  sebenarnya.  Nilai  tersebut  diperoleh berdasarkan  2  titik  yang  berdekatan  terhadap  titik  asal  ordinasi.  Penentuan  jarak
dalam MDS berdasarkan pada Euclidian Distance Fauzi dan Anna, 2005. Dalam ruang berdimensi n persamaannya adalah:
...
2 2
1 2
2 1
2 2
1
+ −
+ −
+ −
= z
z y
y x
x d
4 Ordinasi dari obyek atau titik kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak
Euclidian d
ij
dari titik i ke titik j dengan titik asal δ
ij
.
α βδ
ε
5 Untuk  meregresikan  persamaan  di  atas,  digunakan  metode  least  squared
bergantian  berdasarkan  akar  Euclidian  Distance  square  distance  atau  disebut dengan  metode  ALSCAL  Fauzi  dan  Anna,  2005.  Metode  ini  mengoptimalkan
jarak  kuadrat  squared  distance=d
ijk
terhadap  data  kuadrat  titik  asal=O
ijk
. Dalam tiga dimensi i,j,k disebut S-Stress, sesuai dengan persamaan:
=
− =
m k
i j
ijk i
j ijk
ijk m
o
o d
S
1 4
2 2
2 1
6
Jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian, sesuai dengan persamaan:
2 2
− =
x x
d
ja ia
ijk
wka 7
Goodness  of    fit dalam  MDS  mengukur  ketepatan  konfigurasi  dari  suatu
titik  yang  dapat  mencerminkan  data  aslinya.  Goodness  of  fit  mencerminkan besaran  nilai  S-Stress  dari  R
2
.  Nilai  S-Stress  yang  rendah  menunjukkan  good  fit, sedangkan  nilai  S-Stress  yang  tinggi  menunjukkan  sebaliknya  Fauzi  dan  Anna,
2005;  Malhotra,  2006. Menurut  Kavanagh  dan Pitcher  2004,  model  yang  baik
47
hasil analisis cukup baik jika nilai  S-stress kurang  dari  0,25  S   0,25,  dan R
2
mendekati 1 100. Melalui  metode  MDS,  maka  posisi  titik  keberlanjutan  dapat
divisualisasikan  melalui  sumbu  horizontal  dan  sumbu  vertikal.  Dengan  metode rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai
indeks keberlanjutan  diberi  nilai  skor  0  buruk  dan  100  baik.  Jika  sistem
yang  dikaji  mempunyai  nilai  indeks  keberlanjutan  lebih  besar  atau  sama  dengan 50, maka sistem dikatakan berkelanjutan sustainable, dan tidak berkelanjutan
jika  nilai  indeks  kurang  dari  50.  Ilustrasi  hasil  ordinasi  nilai  indeks keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 7.
Buruk Baik
100
Gambar 7. Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan dalam skala ordinasi
pada dua titik ekstrim buruk 0 dan baik 100 Nilai  indeks  keberlanjutan  setiap  dimensi  dapat  divisualisasikan  dalam
bentuk diagram layang-layang kite diagram seperti tertera pada Gambar 8.
20 40
60 80
100 Ekologi
Ekonomi
Sosial Budaya Infrastruktur
Teknologi Hukum dan
Kelembagaan Hankam
Gambar 8. Ilustrasi diagram layang-layang indeks keberlanjutan
48
Hasil  analisis  tersebut  diperoleh  pengaruh  galat  yang  dapat  disebabkan oleh  berbagai  hal  seperti  kesalahan  dalam  pembuatan  skor  karena  kesalahan
pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna, variasi  skor  akibat  perbedaan  opini  atau  penilaian  oleh  peneliti,  proses  analisis
MDS yang  berulang-ulang,  kesalahan  input  data  atau  ada  data  yang  hilang  dan
tingginya nilai  stress.  Nilai stress  dapat  diterima jika  nilainya    25  Kavanagh dan  Pitcher,  2004.  Untuk  mengevaluasi  pengaruh  galat  pada  pendugaan  nilai
ordinasi  digunakan  analisis  Monte  Carlo,  yaitu  metode  simulasi  statistik  untuk mengevaluasi  efek  dari  random  error  pada  proses  pendugaan,  serta  untuk
mengestimasi nilai yang sebenarnya.
Analisis kebutuhan stakeholders
Analisis  kebutuhan  dilakukan  untuk  memperoleh  komponen-komponen yang  berpengaruh  dan  berperan  dalam  sistem  peningkatan  produktivitas  lahan
berkelanjutan  dari  semua  stakeholders  yang  terlibat.  Setelah  mendapatkan  data pendukung untuk penetapan kebutuhan dasar yang diperoleh berdasarkan analisis
kebutuhan stakeholders, selanjutnya diperkirakan kebutuhan setiap stakeholders. Analisis prospektif
Analisis  prospektif  digunakan  untuk  mendapatkan  skenario  peningkatan produktivitas  lahan  berkelanjutan  untuk  perkebunan  kakao  rakyat  di  kawasan
perbatasan  Pulau  Sebatik  pada masa  yang akan  datang, dengan cara  menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem. Analisis prospektif
bertujuan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang sesuai  dengan  tujuan  yang  akan  dicapai.  Analisis  prospektif  dilakukan  melalui
tiga tahap yaitu 1 mengindentifikasi faktor kunci di masa depan, 2 menentukan tujuan,  strategis  dan  kepentingan  pelaku  utama,  dan  3  mendefinisikan  dan
mendeskripsikan  evolusi  kemungkinan  di  masa  depan  dan  menentukan  strategi secara berkelanjutan sesuai dengan sumberdaya yang ada.
Penentuan  faktor-faktor  kunci  dalam  analisis  prospektif  ini  dilakukan dengan  menggabungkan  faktor-faktor  kunci  yang  sensitif  berpengaruh  terhadap
kinerja  sistem  hasil  analisis  keberlanjutan  dan  faktor  kunci  yang  diperoleh  dari
49
analisis  kebutuhan  need  analysis.  Selanjutnya  hasil  penggabungan faktor  kunci disusun keadaan state yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Tahapan  analisis  prospektif  menurut  Bourgeois  2007  yaitu  a menerangkan  tujuan,  b  melakukan  identifikasi  kriteria,  c  mendiskusikan
kriteria yang telah ditentukan, d analisis pengaruh antar faktor, e merumuskan kondisi faktor, f membangun dan memilih skenario, serta g implikasi skenario.
Pengaruh  antar  faktor  diberikan  skor  oleh  pakar  dengan  menggunakan pedoman  analisis  prospektif,  seperti  tertera  pada  Tabel  9.  Pengaruh  antar  faktor
diisi sesuai dengan pedoman analisis prospektif adalah sebagai berikut: 1.  Jika faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain,  jika ya
diberi nilai 0. 2.  Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya
diberi nilai 3. 3.  Jika  tidak,  baru  dilihat  apakah  pengaruhnya  kecil  =  1,  atau
pengaruhnya sedang = 2. Tabel 9.  Pedoman penilaian analisis prospektif
Skor Keterangan
Tidak ada pengaruh 1
Berpengaruh kecil 2
Berpengaruh sedang 3
Berpengaruh sangat kuat Sumber: Hardjomidjojo 2006
Selanjutnya  pengaruh  antar  faktor  disusun  menggunakan  matrik  seperti pada Tabel 10.
Tabel  10.  Pengaruh  antar  faktor  peningkatan  produktivitas  lahan  berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik
Dari
↓ ↓
↓ ↓
Terhadap A
B C
D E
... A
B C
D E
... Sumber: Bourgeois 2007
50
Untuk  menentukan  kemungkinan-kemungkinan  di  masa  depan  yang terbaik  dapat  ditentukan  berdasarkan  hasil  penentuan  elemen-elemen  kunci  di
masa  depan  dari  berbagai  faktor  atau  elemen-elemen  yang  sangat  berpengaruh terhadap  peningkatan  produktivitas  lahan  berkelanjutan  untuk  perkebunan  kakao
rakyat. Cara menentukan elemen kunci tertera pada Gambar 9.
Gambar 9.  Penentuan elemen kunci peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat Bourgeouis dan
Jesus, 2004; Hardjomidjojo, 2006; Bourgeois, 2007
Berdasarkan  faktor  dominan  yang  berpengaruh  terhadap  sistem,  maka dibangun keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dari faktor-faktor tersebut
sebagai  alternatif  menyusun  skenario.  Ilustrasi  keadaan  yang  mungkin  terjadi  di masa depan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11.  Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi di masa depan pada peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan
kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik
Faktor Keadaan yang mungkin terjadi
1 1A
1B 1C
2 2A
2B 2C
3 3A
3B 3C
... n
nA nB
nC
Faktor penentu INPUT
Faktor penghubung STAKE
Faktor bebas UNUSED
Faktor terikat OUTPUT
51
Selanjutnya  berdasarkan  hasil  dari  Tabel  11  dibangun  skenario rekomendasi  kebijakan  peningkatan  produktivitas  lahan  berkelanjutan  untuk
perkebunan kakao rakyat, dengan beberapa kemungkinan skenario di masa depan seperti disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12.   Hasil analisis skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik
Skenario Uraian
Urutan Faktor
1 Bertahan pada kondisi seperti
saat ini, dengan perbaikan terbatas
................................................. 2
Melakukan perbaikan, tetapi tidak maksimal
................................................. 3
Melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terpadu
.................................................
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Keragaan Pertanian 5.1.1. Usaha Tani Kakao Rakyat
Berdasarkan kondisi lahan, keragaan tanaman dan produktivitas hasil dari beberapa  lokasi  penelitian  dapat  diketahui  bahwa  faktor  pembatas  produktivitas
lahan antara lain adalah bahaya erosi dan retensi unsur hara. Erosi menjadi faktor pembatas,  karena  lahan  yang  diusahakan  untuk  pengembangan  tanaman  kakao
umumnya  tidak  atau  kurang  menerapkan  tindakan  konservasi  tidak  membuat teras,  tidak  ada  tanaman  penutup  tanah.  Meskipun  serasah  tanaman  digunakan
untuk  menutup  tanah  namun  tidak  dilakukan  secara  baik  ada  yang  tertutup  dan tidak, sehingga akan mengakibatkan hara tanah di lapisan atas mudah terbawa ke
bagian bawah. Luas  lahan  yang  digunakan  untuk  usahatani  di  Pulau  Sebatik  berkisar
antara  2  –  5  ha  KK
-1
,  merupakan  kebun  milik  sendiri  dan  umumnya  diusahakan untuk perkebunan kakao, dan tanaman lainnya seperti lada, kopi, kelapa, pisang,
dan mangga. Sebagian besar petani berusahatani kakao dengan luas lahan garapan rata-rata  sekitar  2  -  3  ha.  Umur  rata-rata  tanaman  kakao  di  Pulau  Sebatik
umumnya  lebih  dari  20  tahun,  sehingga  tanpa  pemeliharaan  yang  optimal produktivitas hasilnya akan semakin menurun. Produktivitas hasil kakao di Pulau
Sebatik  cenderung  menurun,  dengan  produktivitas  hasil  kondisi  eksisting  dalam bentuk  biji  berkisar  antara  500  -  900  kg  ha
-1
th
-1
.  Produktivitas  hasil  kakao tersebut di bawah potensi produksi yang diharapkan, yaitu 1.250-1.550 kg ha
-1
th
-1
Wahyudi  dan  Rahardjo,  2008.  Relatif  rendahnya  produktivitas  hasil  kakao rakyat  dari  kawasan  ini  antara  lain  disebabkan  oleh  penggunaan  bahan  tanam
asalan  kurang  baik,  umur  tanaman  yang  sudah  tua    20  tahun,  penguasaan teknologi  budidaya  yang  masih  rendah  atau  belum  optimal,  dan  serangan  hama
penyakit terutama penggerek buah kakao dan busuk buah. Pekebun  kakao  di  Pulau  Sebatik  ini  sebelumnya  adalah  sebagai  tenaga
kebun  kakao  di  Sabah-Malaysia  15  -  30  tahun  yang  lalu.  Pengalaman  mereka bekerja di Malaysia adalah yang diterapkan untuk pengembangan kakao di Pulau
Sebatik,  mulai  dari  persiapan  lahan  hingga  pascapanen.  Dalam  hal  mutu  hasil, komoditas perkebunan ini umumnya masih di bawah standar yang ditetapkan.