Lingkup dan Rencana Kegiatan Formulasi Rekomendasi Kebijakan Analisis Data

36

4.3. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, survei lapangan, analisis tanah di laboratorium dan wawancara. Survei lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data biofisik lahan dan sosial ekonomi. Wawancara dilakukan untuk: a mengetahui permasalahan, peluang, harapan dan pendapat dari stakeholders yang terkait dengan pengembangan komoditas unggulan pertanian, masalah lingkungan dan pola usahatani yang diterapkan; dan b mengetahui pendapat pakar atau ahli tentang peningkatan produktivitas lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan khususnya perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik.

4.4. Lingkup dan Rencana Kegiatan

Lingkup penelitian mencakup aspek ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi, hukum dan kelembagaan, serta pertahanan dan keamanan. Penelitian dilakukan berdasarkan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari survei lapangan, serta diperkuat oleh pendapat para pakar atau ahli di bidangnya. Pelaksanaan penelitian dibagi dalam enam tahapan Gambar 5. Tahap pertama adalah persiapan bahan, alat dan studi pustaka yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan penelitian, baik untuk mengumpulkan data primer maupun data sekunder pada tahap ke-2. Tahap ke-3 adalah melakukan survei lapangan biofisik dan sosial ekonomi. Tahap ke-4 adalah melakukan enam analisis, yaitu a analisis kesesuaian lahan, b analisis kesenjangan, dan analisis kendala, c analisis ekonomi kelayakan finansial, d analisis kebutuhan stakeholders, e analisis keberlanjutan, dan f analisis prospekif. Kemudian dilanjutkan pada tahap ke-5, yaitu menyusun skenario rekomendasi kebijakan yang dilakukan berdasarkan gabungan hasil analisis pada tahap 4. Pada tahap ke-6 adalah menyusun rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik. 37 Gambar 5. Tahapan penelitian

4.5. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Variabel data yang dikumpulkan meliputi: tanah biofisik, kimia, biologi, iklim untuk melihat fenomena iklim secara umum di daerah penelitian, tanaman, sosial, ekonomi dan kelembagaan usahatani. Sumber dan teknik pengumpulan data secara rinci disajikan pada Tabel 5. Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Skenario Rekomendasi Selesai Mulai Persiapan Faktor-faktor atau komponen-komponen peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Studi Pustaka Survei lapangan biofisik dan sosial ekonomi Analisis Tahap V Tahap VI Ekonomi kelayakan finansial Kesenjangan, dan kendala produktivitas lahan Kesesuaian lahan Keberlanjutan Kebutuhan stakeholders Prospektif 38 Tabel 5. Sumber dan teknik pengumpulan data No Data Sumber data Teknik pengumpulan data 1. Primer Pengamatan, pengukuran di lapang dan analisis tanah di laboratorium Tanah fisik, kimia, biologi, iklim temperatur, curah hujan, kelembaban udara, intensitas hujan, kecepatan angin dan zona agroklimat , fisiografi, topografi. Sekunder Studi literatur, dokumentasi dan laporan dari dinasinstansi terkait 2. Primer Wawancara kuesioner Pengamatan lapangan Keadaan budidaya tanaman benihbibit yang digunakan, jarak tanam, gejala defisiensi hara, pemeliharaan [pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pemangkasan], produktivitas, pascapanen Sekunder Laporan, dokumen, monografi 3. Primer Wawancara kuesioner Indepth interview Diskusi Sosial ekonomi demografi, kepemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif, curahan tenaga kerja, penggunaan saprodi, peralatan pertanian, biaya hidup, produktivitas, harga saprodi, harga komoditas, pendapatan usahatani dan non usahatani, komponen usahatani, preferensi petani terhadap komoditas unggulan, dll. Sekunder Laporan, dokumen, monografi 4. Kelembagaan sumber penyediaan saprodi, jenis saprodi, sumber modal, besarnya modal yang diperlukan, sistem penanganan hasil, pemasaran hasil, ketersediaan informasi dan teknologi, pelayanan penyuluhan, penyediaan informasi dan teknologi Primer Wawancara kuesioner In depth interview - Diskusi 5. Potensi, permasalahan dan peluang peningkatan produktivitas lahan ketersediaan SDM petani, dukungan pemerintah, partisipasi petani Primer PRA Participatory Rural Appraisal Data primer yang bersumber dari responden terpilih diperoleh berdasarkan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan dinas dan instansi terkait, serta 39 penelusuran literatur atau publikasi. Diskusi kelompok dilakukan untuk pengisian kuesioner dan menggali informasi dari stakeholders yang terkait dengan persepsi dan keinginan mereka untuk melakukan peningkatan produktivitas lahan secara berkelanjutan. Responden yang menjadi populasi penelitian berasal dari penduduk setempat yang melakukan aktivitas usahatani.

4.5.1. Data sumberdaya lahan

Pada kegiatan survei lapangan dilakukan pengamatan, pengambilan sampel tanah, pengumpulan data iklim dan produksi. Data tersebut meliputi: i Data tanah adalah data lapangan dan analisis tanah di laboratorium. Data lapangan meliputi: bentuk lahan, lereng, batuan permukaan, bahaya banjir, bahaya erosi, drainase, kedalaman efektif, kemudahan pengolahan dan morfologi tanah. Data untuk analisis laboratorium yaitu pH tanah, tekstur, kandungan bahan organik, Kation-kation dapat ditukar Na, K, Ca, Mg, Kapasitas Tukar Kation KTK, P dan K total terekstrak HCl 25, P dan K tersedia, Kejenuhan Basa, adanya bahan sulfidik Balittanah, 2004. Parameter dan metode analisis tanah selengkapnya tertera pada Tabel 6. Pengambilan contoh tanah dilakukan sesuai dengan teknik sampling. Lokasi pengambilan sampel tanah berdasarkan pada peta satuan lahan homogen yang dihasilkan dari overly peta. Pengambilan sampel tanah menggunakan stratified random sampling. Setiap satuan lahan pengamatan diambil contoh tanah komposit hingga kedalaman 60 cm 0 - 30 cm dan 30 - 60 cm untuk analisa sifat fisik dan kimia tanah. ii Data iklim data sekunder diperlukan untuk mengetahui keadaan iklim secara umum. Data yang dikumpulkan antara lain: curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari, dan kecepatan angin.

4.5.2. Data tanaman

Data dan informasi budidaya tanaman diperoleh melalui pengamatan lapangan data primer dan data sekunder antara lain meliputi: i benih atau bibit yang digunakan bahan tanam, perlakuan dan pemeliharaan, jenis tanaman yang digunakan, asal benihbibit ; ii penanaman jarak tanam, penyulaman, sistem tanam, pemupukan bibit, tanamanpohon penaung, penanaman sesuai kontur ; 40 iii pemeliharaan gejala defisiensi hara, pemupukan, hama-penyakit dan cara pengendaliannya, pemangkasan Wahyudi dan Rahardjo,2008; iv produktivitas hasil; dan v pascapanen. Tabel 6. Parameter dan metode analisis tanah No. Parameter tanah sifat fisik, kimia, biologi Metode analisis 1. Tekstur 3 fraksi Pipet 2. Bobot isi g cm -3 Gravimetri 3. Porositas Gravimetri 4. Kemantapan agregat Metode ayakan basah 5. pH H 2 O Gelas elektrode 6. N-total Kjeldahl 7. P-total HCl 25 8. K-total HCl 25 9. P-tersedia ppm Bray I 10. K-tersedia cmol + kg -1 Morgan 11. Al-dd cmol + kg -1 Titrimetri, KCN 1N 12. KTK cmol + kg -1 Ekstrak NH 4 OAc pH 7 13. Kejenuhan Basa Ekstrak NH 4 OAc pH 7 14. C-organik Walkey and Black 15. C-microbial biomass ppm Fumigasi ekstraksi

4.5.3. Data sosial, ekonomi dan kelembagaan

Penentuan responden berdasarkan metode stratified random sampling. Walpole, 1995. Responden dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian dan kontribusinya terhadap kegiatan pertanian. Pembagiannya meliputi petani, pedagang, tokoh masyarakat, penyuluh pertanian lapangan PPL, masyarakat, aparat desa dan kecamatan, lembaga penyedia modal, dan para pakarahli pertanian, pengelolaan lahan, dan perencanaankebijakan. Stakeholders yang menjadi responden meliputi: a masyarakat atau petani kakao 77 orang, pedagang pengumpul 4 orang, penyuluh pertanian lapangan PPL 5 orang, tokoh masyarakat 2 orang, aparat pemerintah desa dan kecamatan 3 orang. Jumlah responden tersebut dipilih secara acak sederhana, yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional proporsional cluster random sampling ; b kalangan pakarahli yang dipilih secara sengaja purposive sampling berjumlah 6 orang. Responden dari kalangan ahli yang dipilih memiliki 41 kepakaran sesuai dengan bidang yang diteliti dengan kriteria: i mempunyai pengalaman sesuai dengan bidang yang diteliti, ii memiliki reputasi, kedudukanjabatan dalam kompetensinya sesuai dengan bidang yang diteliti, serta iii memiliki kredibilitas tinggi dan bersedia sebagai responden. Data dan informasi dari para pakar dilakukan dengan wawancara secara mendalam indepth interview, yang bersifat lebih teknis sesuai dengan pengalaman dan keahliannya.

4.5.4. Potensi, peluang dan permasalahan

Diskusi kelompok dilakukan pada saat dilakukan Participatory Rural Appraisal PRA. PRA merupakan cara belajar dari dan dengan masyarakat untuk menemukan, menganalisis, mengevaluasi kendala dan peluang pengembangan pertanian di wilayah setempat. PRA dilaksanakan dengan teknik wawancara langsung dengan kelompok focus group discussion yang terdiri dari kelompok tani, tokoh masyarakat, PPL, aparat desa, dan stakeholders yang dilaksanakan di empat tempat.

4.6. Formulasi Rekomendasi Kebijakan

Formulasi rekomendasi kebijakan untuk menyusun model peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif. Analisis prospektif digunakan untuk mendapatkan skenario rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat, dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem.

4.7. Analisis Data

Analisis data meliputi: a analisis kesesuaian lahan, b analisis kesenjangan produktivitas lahan, c analisis kendala produktivitas lahan, d analisis ekonomi [kelayakan finansial], e analisis keberlanjutan, f analisis kebutuhan stakeholders, dan g analisis prospektif. Analisis yang dilakukan dan keterkaitannya dengan tujuan dan keluaran yang diharapkan secara rinci tertera pada Tabel 7. 42 Analisis kesesuaian lahan Analisis kesesuaian lahan disusun untuk mendapatkan kesesuaian penggunaan lahan tanaman kakao melalui pendekatan sistem matching atau kecocokan antara kualitas dan sifat-sifat tanah land qualitiesland characteristics dengan kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman kakao Djaenudin et al., 2000. Analisis kesenjangan Analisis kesenjangan gap analysis bertujuan mengetahui kesenjangan antara produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat kondisi saat ini eksisting dengan produktivitas lahan yang diharapkan optimal. Hasil analisis kesenjangan digunakan untuk mengidentifikasi kendala dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Tarmizi et al. 2006, bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal pada perkebunan kelapa sawit dibutuhkan praktek pengelolaan tanah yang baik berdasarkan kesenjangan antara produktivitas hasil eksisting dan yang diharapkan. Analisis kendala Analisis ini dilakukan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik, dengan menggunakan metode ISM Eriyatno dan Sofyar, 2007; Marimin, 2004. Data dan informasi yang dikumpulkan adalah: a informasi pengelolaan lahan secara umum, antara lain luas kepemilikan lahan, lokasi, jenis pengelolaan lahan, status kepemilikan, kemiringan lahan, dan sistem pertanaman, b Local Ecological Knowledge LEK dalam menerapkan teknik budidaya dan pengelolaan lahan, pengetahuan dan pengalaman petani dalam mengelola lahan untuk budidaya tanaman, c jenis komoditas yang diusahakan tanaman semusim, tahunan dan ternak, d program pembangunan pertanian di kawasan perbatasan, e potensi dan kendala pengembangan komoditas unggulan pertanian dari berbagai dimensi atau aspek keberlanjutan, serta f jumlah dan jenis lembaga yang ada, serta aktivitasnya. 43 Tabel 7. Keterkaitan antara tujuan penelitian, kegiatan, data yang diperlukan, analisis data, dan keluaran yang diharapkan. No Tujuan Kegiatan Sumber Data Analisis Data Keluaran Yang Diharapkan 1. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan untuk tanaman kakao Analisis tanah Evaluasi kesesuaian lahan Sampel tanah, topografi, hidrologi, vegetasi dan iklim Informasi pengelolaan lahan secara umum, jenis komoditas yang diusahakan Analisis laboratorium Evaluasi lahan, Automated Land Evaluation System ALES . Sifat fisik, kimia dan biologi tanah Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao Survei lapangan Biofisik dan sosial ekonomi kawasan perbatasan Pulau Sebatik Deskriptif Analisis kesenjangan gap analysis Data sumberdaya lahan Produktivitas lahan kondisi eksisting dan yang diharapkan Identifikasi responden Responden stakeholders di lokasi penelitian Responden pakarahli FGD Variabel-variabel kunci peningkatan produktivitas lahan Analisis kendala Informasi pengelolaan lahan untuk perkebunan kakao rakyat Kelembagaan jumlah, jenis, aktivitas ISM Kendala, kebutuhan dan lembaga yang terlibat Kelembagaan usahatani yang diperlukan 2. Komponen-komponen peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan Analisis ekonomi Skala usahatani, pengeluaran biaya usahatani, perkembangan tingkat harga komoditi, suku bunga Bank, besarnya PBB pajak bumi dan bangunan BC ratio, NVP Net Present Value , IRR Internal Rate of Return, kebutuhan hidup layak Tingkat kelayakan usahatani kakao 3. Rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan Analisis keberlanjutan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan RAP-COCOA SEBATIK MDS Indeks dan status keberlanjutan Analisis kebutuhan stakeholders Sosial ekonomi dan stakeholders Prospektif Faktor-faktor kunci Rancangan rekomendasi kebijakan Data-data analisis setiap sub kegiatan Hasil alternatif rancangan rekomendasi kebijakan Gabungan analisis antar sub analisis kegiatan Pilihan skenario rekomendasi kebijakan 44 Analisis ekonomi Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung BC-ratio, nilai tunai bersih Net Present Value, Internal Rate of Return IRR. Data yang diperlukan antara lain skala penggunaan lahan, pengeluaran biaya produksi, luas kawasan budidaya, perkembangan tingkat harga komoditas, kredit usahatani dan suku bunga bank, dll. Data kondisi sosial ekonomi diperoleh melalui wawancara terstruktur terhadap responden yang dipilih secara acak dengan menggunakan bantuan kuesioner. Analisis keberlanjutan Metode analisis yang digunakan adalah Multi Dimensional Scaling MDS yang disebut dengan RAP-COCOA SEBATIK Rapid Appraisal for Cocoa on SEBATIK Island, merupakan modifikasi dari RAPFISH Rapid Appraisal Technique for Fisheries yang digunakan oleh University of British Columbia, Canada. Metode ini digunakan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan serta untuk mengindentifikasi atribut-atribut yang paling sensitif dari masing-masing dimensi keberlanjutan melalui leverage analysis. Teknik ordinasi RAP-COCOA SEBATIK dengan metode MDS dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu 1 penentuan atribut pada setiap dimensi keberlanjutan dan mendefinisikannya melalui kajian pustaka dan pengamatan lapangan. Bagan proses aplikasi RAP- COCOA SEBATIK selengkapnya tertera pada Gambar 6. Penelitian ini mencakup 62 atribut pada 6 dimensi yang dianalisis, yaitu 13 atribut dimensi ekologi, 9 atribut dimensi ekonomi, 13 atribut dimensi sosial budaya, 9 atribut dimensi infrastruktur dan teknologi, 9 atribut dimensi hukum dan kelembagaan, serta 9 atribut dimensi pertahanan dan keamanan; 2 penilaian setiap atribut dalam skala ordinal skoring berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan pendapat para pakar; 3 analisis ordinasi untuk menentukan posisi status keberlanjutan pada setiap dimensi dalam skala indeks keberlanjutan; 4 menilai indeks dan status keberlanjutan pada setiap dimensi; 5 melakukan sensitivity analysis leverage analysis untuk menentukan peubah yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan, dan; 6 analisis Monte Carlo untuk memperhitungkan dimensi ketidakpastian Kavanagh, 2001; Pitcher dan David, 2001. Skala indeks keberlanjutan sistem yang dikaji mempunyai selang 0 - 100 persen, seperti tertera pada Tabel 8. 45 Tabel 8. Kategori indeks status keberlanjutan perkebunan kakao rakyat Nilai indeks Kategori 0,00 - 25,00 Buruk tidak berkelanjutan 25,01 - 50,00 Kurang kurang berkelanjutan 50,01 - 75, 00 Cukup cukup berkelanjutan 75,01 - 100,00 Baik berkelanjutan Pada analisis dengan menggunakan MDS juga dilakukan analisis leverage, analisis Monte Carlo, penentuan nilai stress dan koefisien determinasi R 2 . Analisis leverage dilakukan untuk mengetahui atribut yang sensitif dan intervensi yang perlu dilakukan. Atribut yang sensitif diperoleh berdasarkan hasil analisis leverage yang terlihat pada perubahan Root Mean Square RMS ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan RMS, maka semakin sensitif peranan atribut tersebut terhadap peningkatan status keberlanjutan. Gambar 6. Bagan proses aplikasi RAP-COCOA SEBATIK dimodifikasi dari Alder et al. 2000; Fauzi dan Anna 2005 Start Review atribut berbagai kategori dan skoring kriteria Identifikasi dan pendefinisian produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat didasarkan kriteria yang konsisten Penilaian skor setiap atribut Multidimensional Scaling Ordination untuk setiap atribut Analisis Monte Carlo analisis ketidakpastian Analisis Leverage analisis anomali Analisis keberlanjutan sustainability assessment 46 Analisis Monte Carlo digunakan untuk menduga pengaruh galat pada selang kepercayaan 95 persen. Nilai indeks Monte Carlo ini dibandingkan dengan indeks MDS . Nilai stress dan koefisien determinasi R 2 berfungsi untuk mengetahui perlu tidaknya penambahan atribut, dan mencerminkan keakuratan dimensi yang dikaji dengan keadaan yang sebenarnya. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan 2 titik yang berdekatan terhadap titik asal ordinasi. Penentuan jarak dalam MDS berdasarkan pada Euclidian Distance Fauzi dan Anna, 2005. Dalam ruang berdimensi n persamaannya adalah: ... 2 2 1 2 2 1 2 2 1 + − + − + − = z z y y x x d 4 Ordinasi dari obyek atau titik kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidian d ij dari titik i ke titik j dengan titik asal δ ij . α βδ ε 5 Untuk meregresikan persamaan di atas, digunakan metode least squared bergantian berdasarkan akar Euclidian Distance square distance atau disebut dengan metode ALSCAL Fauzi dan Anna, 2005. Metode ini mengoptimalkan jarak kuadrat squared distance=d ijk terhadap data kuadrat titik asal=O ijk . Dalam tiga dimensi i,j,k disebut S-Stress, sesuai dengan persamaan: = − = m k i j ijk i j ijk ijk m o o d S 1 4 2 2 2 1 6 Jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian, sesuai dengan persamaan: 2 2 − = x x d ja ia ijk wka 7 Goodness of fit dalam MDS mengukur ketepatan konfigurasi dari suatu titik yang dapat mencerminkan data aslinya. Goodness of fit mencerminkan besaran nilai S-Stress dari R 2 . Nilai S-Stress yang rendah menunjukkan good fit, sedangkan nilai S-Stress yang tinggi menunjukkan sebaliknya Fauzi dan Anna, 2005; Malhotra, 2006. Menurut Kavanagh dan Pitcher 2004, model yang baik 47 hasil analisis cukup baik jika nilai S-stress kurang dari 0,25 S 0,25, dan R 2 mendekati 1 100. Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan metode rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0 buruk dan 100 baik. Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50, maka sistem dikatakan berkelanjutan sustainable, dan tidak berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50. Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 7. Buruk Baik 100 Gambar 7. Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan dalam skala ordinasi pada dua titik ekstrim buruk 0 dan baik 100 Nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram seperti tertera pada Gambar 8. 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Infrastruktur Teknologi Hukum dan Kelembagaan Hankam Gambar 8. Ilustrasi diagram layang-layang indeks keberlanjutan 48 Hasil analisis tersebut diperoleh pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor karena kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan input data atau ada data yang hilang dan tingginya nilai stress. Nilai stress dapat diterima jika nilainya 25 Kavanagh dan Pitcher, 2004. Untuk mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinasi digunakan analisis Monte Carlo, yaitu metode simulasi statistik untuk mengevaluasi efek dari random error pada proses pendugaan, serta untuk mengestimasi nilai yang sebenarnya. Analisis kebutuhan stakeholders Analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam sistem peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan dari semua stakeholders yang terlibat. Setelah mendapatkan data pendukung untuk penetapan kebutuhan dasar yang diperoleh berdasarkan analisis kebutuhan stakeholders, selanjutnya diperkirakan kebutuhan setiap stakeholders. Analisis prospektif Analisis prospektif digunakan untuk mendapatkan skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik pada masa yang akan datang, dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem. Analisis prospektif bertujuan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Analisis prospektif dilakukan melalui tiga tahap yaitu 1 mengindentifikasi faktor kunci di masa depan, 2 menentukan tujuan, strategis dan kepentingan pelaku utama, dan 3 mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan di masa depan dan menentukan strategi secara berkelanjutan sesuai dengan sumberdaya yang ada. Penentuan faktor-faktor kunci dalam analisis prospektif ini dilakukan dengan menggabungkan faktor-faktor kunci yang sensitif berpengaruh terhadap kinerja sistem hasil analisis keberlanjutan dan faktor kunci yang diperoleh dari 49 analisis kebutuhan need analysis. Selanjutnya hasil penggabungan faktor kunci disusun keadaan state yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois 2007 yaitu a menerangkan tujuan, b melakukan identifikasi kriteria, c mendiskusikan kriteria yang telah ditentukan, d analisis pengaruh antar faktor, e merumuskan kondisi faktor, f membangun dan memilih skenario, serta g implikasi skenario. Pengaruh antar faktor diberikan skor oleh pakar dengan menggunakan pedoman analisis prospektif, seperti tertera pada Tabel 9. Pengaruh antar faktor diisi sesuai dengan pedoman analisis prospektif adalah sebagai berikut: 1. Jika faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika ya diberi nilai 0. 2. Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya diberi nilai 3. 3. Jika tidak, baru dilihat apakah pengaruhnya kecil = 1, atau pengaruhnya sedang = 2. Tabel 9. Pedoman penilaian analisis prospektif Skor Keterangan Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat Sumber: Hardjomidjojo 2006 Selanjutnya pengaruh antar faktor disusun menggunakan matrik seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Pengaruh antar faktor peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Dari ↓ ↓ ↓ ↓ Terhadap A B C D E ... A B C D E ... Sumber: Bourgeois 2007 50 Untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan di masa depan yang terbaik dapat ditentukan berdasarkan hasil penentuan elemen-elemen kunci di masa depan dari berbagai faktor atau elemen-elemen yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat. Cara menentukan elemen kunci tertera pada Gambar 9. Gambar 9. Penentuan elemen kunci peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat Bourgeouis dan Jesus, 2004; Hardjomidjojo, 2006; Bourgeois, 2007 Berdasarkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap sistem, maka dibangun keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dari faktor-faktor tersebut sebagai alternatif menyusun skenario. Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi di masa depan pada peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Faktor Keadaan yang mungkin terjadi 1 1A 1B 1C 2 2A 2B 2C 3 3A 3B 3C ... n nA nB nC Faktor penentu INPUT Faktor penghubung STAKE Faktor bebas UNUSED Faktor terikat OUTPUT 51 Selanjutnya berdasarkan hasil dari Tabel 11 dibangun skenario rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat, dengan beberapa kemungkinan skenario di masa depan seperti disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil analisis skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik Skenario Uraian Urutan Faktor 1 Bertahan pada kondisi seperti saat ini, dengan perbaikan terbatas ................................................. 2 Melakukan perbaikan, tetapi tidak maksimal ................................................. 3 Melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terpadu .................................................

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keragaan Pertanian 5.1.1. Usaha Tani Kakao Rakyat Berdasarkan kondisi lahan, keragaan tanaman dan produktivitas hasil dari beberapa lokasi penelitian dapat diketahui bahwa faktor pembatas produktivitas lahan antara lain adalah bahaya erosi dan retensi unsur hara. Erosi menjadi faktor pembatas, karena lahan yang diusahakan untuk pengembangan tanaman kakao umumnya tidak atau kurang menerapkan tindakan konservasi tidak membuat teras, tidak ada tanaman penutup tanah. Meskipun serasah tanaman digunakan untuk menutup tanah namun tidak dilakukan secara baik ada yang tertutup dan tidak, sehingga akan mengakibatkan hara tanah di lapisan atas mudah terbawa ke bagian bawah. Luas lahan yang digunakan untuk usahatani di Pulau Sebatik berkisar antara 2 – 5 ha KK -1 , merupakan kebun milik sendiri dan umumnya diusahakan untuk perkebunan kakao, dan tanaman lainnya seperti lada, kopi, kelapa, pisang, dan mangga. Sebagian besar petani berusahatani kakao dengan luas lahan garapan rata-rata sekitar 2 - 3 ha. Umur rata-rata tanaman kakao di Pulau Sebatik umumnya lebih dari 20 tahun, sehingga tanpa pemeliharaan yang optimal produktivitas hasilnya akan semakin menurun. Produktivitas hasil kakao di Pulau Sebatik cenderung menurun, dengan produktivitas hasil kondisi eksisting dalam bentuk biji berkisar antara 500 - 900 kg ha -1 th -1 . Produktivitas hasil kakao tersebut di bawah potensi produksi yang diharapkan, yaitu 1.250-1.550 kg ha -1 th -1 Wahyudi dan Rahardjo, 2008. Relatif rendahnya produktivitas hasil kakao rakyat dari kawasan ini antara lain disebabkan oleh penggunaan bahan tanam asalan kurang baik, umur tanaman yang sudah tua 20 tahun, penguasaan teknologi budidaya yang masih rendah atau belum optimal, dan serangan hama penyakit terutama penggerek buah kakao dan busuk buah. Pekebun kakao di Pulau Sebatik ini sebelumnya adalah sebagai tenaga kebun kakao di Sabah-Malaysia 15 - 30 tahun yang lalu. Pengalaman mereka bekerja di Malaysia adalah yang diterapkan untuk pengembangan kakao di Pulau Sebatik, mulai dari persiapan lahan hingga pascapanen. Dalam hal mutu hasil, komoditas perkebunan ini umumnya masih di bawah standar yang ditetapkan.