36
4.3. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, survei lapangan, analisis tanah di laboratorium dan wawancara. Survei lapangan
dilakukan untuk mengumpulkan data biofisik lahan dan sosial ekonomi. Wawancara dilakukan untuk: a mengetahui permasalahan, peluang, harapan dan
pendapat dari stakeholders yang terkait dengan pengembangan komoditas unggulan pertanian, masalah lingkungan dan pola usahatani yang diterapkan; dan
b mengetahui pendapat pakar atau ahli tentang peningkatan produktivitas lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan khususnya perkebunan kakao rakyat
di kawasan perbatasan Pulau Sebatik.
4.4. Lingkup dan Rencana Kegiatan
Lingkup penelitian mencakup aspek ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi, hukum dan kelembagaan, serta pertahanan dan
keamanan. Penelitian dilakukan berdasarkan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari survei lapangan, serta diperkuat oleh pendapat para pakar atau ahli
di bidangnya. Pelaksanaan penelitian dibagi dalam enam tahapan Gambar 5. Tahap
pertama adalah persiapan bahan, alat dan studi pustaka yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan penelitian, baik untuk mengumpulkan data primer maupun
data sekunder pada tahap ke-2. Tahap ke-3 adalah melakukan survei lapangan biofisik dan sosial ekonomi. Tahap ke-4 adalah melakukan enam analisis, yaitu
a analisis kesesuaian lahan, b analisis kesenjangan, dan analisis kendala, c analisis ekonomi kelayakan finansial, d analisis kebutuhan stakeholders,
e analisis keberlanjutan, dan f analisis prospekif. Kemudian dilanjutkan pada tahap ke-5, yaitu menyusun skenario rekomendasi kebijakan yang dilakukan
berdasarkan gabungan hasil analisis pada tahap 4. Pada tahap ke-6 adalah menyusun rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan
untuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik.
37
Gambar 5. Tahapan penelitian
4.5. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Variabel data yang dikumpulkan meliputi: tanah biofisik, kimia, biologi, iklim untuk melihat fenomena iklim secara umum di daerah penelitian, tanaman,
sosial, ekonomi dan kelembagaan usahatani. Sumber dan teknik pengumpulan data secara rinci disajikan pada Tabel 5.
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
Skenario
Rekomendasi Selesai
Mulai Persiapan
Faktor-faktor atau komponen-komponen peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan
di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Studi Pustaka
Survei lapangan biofisik dan sosial ekonomi
Analisis
Tahap V
Tahap VI
Ekonomi kelayakan
finansial Kesenjangan,
dan kendala produktivitas
lahan Kesesuaian
lahan Keberlanjutan
Kebutuhan stakeholders
Prospektif
38
Tabel 5. Sumber dan teknik pengumpulan data
No Data
Sumber data Teknik pengumpulan data
1. Primer
Pengamatan, pengukuran di lapang dan analisis
tanah di laboratorium Tanah fisik, kimia, biologi, iklim
temperatur, curah hujan, kelembaban udara, intensitas hujan,
kecepatan angin dan zona agroklimat
, fisiografi, topografi. Sekunder
Studi literatur, dokumentasi dan laporan
dari dinasinstansi terkait
2. Primer
Wawancara kuesioner Pengamatan lapangan
Keadaan budidaya tanaman benihbibit yang digunakan, jarak
tanam, gejala defisiensi hara, pemeliharaan [pemupukan,
pemberantasan hama dan penyakit, pemangkasan], produktivitas,
pascapanen Sekunder
Laporan, dokumen, monografi
3. Primer
Wawancara kuesioner Indepth interview
Diskusi Sosial ekonomi demografi,
kepemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif,
curahan tenaga kerja, penggunaan saprodi, peralatan pertanian, biaya
hidup, produktivitas, harga saprodi, harga komoditas, pendapatan
usahatani dan non usahatani, komponen usahatani, preferensi
petani terhadap komoditas unggulan, dll.
Sekunder Laporan, dokumen,
monografi
4. Kelembagaan sumber penyediaan
saprodi, jenis saprodi, sumber modal, besarnya modal yang
diperlukan, sistem penanganan hasil, pemasaran hasil,
ketersediaan informasi dan teknologi, pelayanan penyuluhan,
penyediaan informasi dan teknologi Primer
Wawancara kuesioner In depth interview
- Diskusi
5. Potensi, permasalahan dan peluang
peningkatan produktivitas lahan ketersediaan SDM petani,
dukungan pemerintah, partisipasi petani
Primer PRA Participatory Rural
Appraisal
Data primer yang bersumber dari responden terpilih diperoleh berdasarkan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan kuesioner. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari laporan dinas dan instansi terkait, serta
39
penelusuran literatur atau publikasi. Diskusi kelompok dilakukan untuk pengisian kuesioner dan menggali informasi dari stakeholders yang terkait dengan persepsi
dan keinginan mereka untuk melakukan peningkatan produktivitas lahan secara berkelanjutan. Responden yang menjadi populasi penelitian berasal dari penduduk
setempat yang melakukan aktivitas usahatani.
4.5.1. Data sumberdaya lahan
Pada kegiatan survei lapangan dilakukan pengamatan, pengambilan sampel tanah, pengumpulan data iklim dan produksi. Data tersebut meliputi:
i Data tanah adalah data lapangan dan analisis tanah di laboratorium. Data
lapangan meliputi: bentuk lahan, lereng, batuan permukaan, bahaya banjir, bahaya erosi, drainase, kedalaman efektif, kemudahan pengolahan dan
morfologi tanah. Data untuk analisis laboratorium yaitu pH tanah, tekstur, kandungan bahan organik, Kation-kation dapat ditukar Na, K, Ca, Mg,
Kapasitas Tukar Kation KTK, P dan K total terekstrak HCl 25, P dan K tersedia, Kejenuhan Basa, adanya bahan sulfidik Balittanah, 2004.
Parameter dan metode analisis tanah selengkapnya tertera pada Tabel 6. Pengambilan contoh tanah dilakukan sesuai dengan teknik sampling.
Lokasi pengambilan sampel tanah berdasarkan pada peta satuan lahan homogen yang dihasilkan dari overly peta. Pengambilan sampel tanah
menggunakan stratified random sampling. Setiap satuan lahan pengamatan diambil contoh tanah komposit hingga kedalaman 60 cm 0 - 30 cm dan 30 -
60 cm untuk analisa sifat fisik dan kimia tanah. ii Data iklim data sekunder diperlukan untuk mengetahui keadaan iklim
secara umum. Data yang dikumpulkan antara lain: curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari, dan kecepatan angin.
4.5.2. Data tanaman
Data dan informasi budidaya tanaman diperoleh melalui pengamatan lapangan data primer dan data sekunder antara lain meliputi: i benih atau bibit
yang digunakan bahan tanam, perlakuan dan pemeliharaan, jenis tanaman yang digunakan, asal benihbibit
; ii penanaman jarak tanam, penyulaman, sistem tanam, pemupukan bibit, tanamanpohon penaung, penanaman sesuai kontur
;
40
iii pemeliharaan gejala defisiensi hara, pemupukan, hama-penyakit dan cara pengendaliannya, pemangkasan
Wahyudi dan Rahardjo,2008; iv produktivitas hasil; dan v pascapanen.
Tabel 6. Parameter dan metode analisis tanah
No. Parameter tanah
sifat fisik, kimia, biologi Metode analisis
1. Tekstur 3 fraksi
Pipet 2.
Bobot isi g cm
-3
Gravimetri 3.
Porositas Gravimetri
4. Kemantapan agregat
Metode ayakan basah 5.
pH H
2
O Gelas elektrode
6. N-total
Kjeldahl 7.
P-total HCl 25
8. K-total
HCl 25 9.
P-tersedia ppm Bray I
10. K-tersedia cmol
+
kg
-1
Morgan 11.
Al-dd cmol
+
kg
-1
Titrimetri, KCN 1N 12.
KTK cmol
+
kg
-1
Ekstrak NH
4
OAc pH 7 13.
Kejenuhan Basa Ekstrak NH
4
OAc pH 7 14.
C-organik Walkey and Black
15. C-microbial biomass ppm
Fumigasi ekstraksi
4.5.3. Data sosial, ekonomi dan kelembagaan
Penentuan responden berdasarkan metode stratified random sampling. Walpole, 1995. Responden dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian dan
kontribusinya terhadap kegiatan pertanian. Pembagiannya meliputi petani, pedagang, tokoh masyarakat, penyuluh pertanian lapangan PPL, masyarakat,
aparat desa dan kecamatan, lembaga penyedia modal, dan para pakarahli pertanian, pengelolaan lahan, dan perencanaankebijakan.
Stakeholders yang menjadi responden meliputi: a masyarakat atau
petani kakao 77 orang, pedagang pengumpul 4 orang, penyuluh pertanian lapangan PPL 5 orang, tokoh masyarakat 2 orang, aparat pemerintah desa dan
kecamatan 3 orang. Jumlah responden tersebut dipilih secara acak sederhana, yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional proporsional cluster random
sampling ; b kalangan pakarahli yang dipilih secara sengaja purposive
sampling berjumlah 6 orang. Responden dari kalangan ahli yang dipilih memiliki
41
kepakaran sesuai dengan bidang yang diteliti dengan kriteria: i mempunyai pengalaman sesuai dengan bidang yang diteliti, ii memiliki reputasi,
kedudukanjabatan dalam kompetensinya sesuai dengan bidang yang diteliti, serta iii memiliki kredibilitas tinggi dan bersedia sebagai responden. Data dan
informasi dari para pakar dilakukan dengan wawancara secara mendalam indepth interview,
yang bersifat lebih teknis sesuai dengan pengalaman dan keahliannya.
4.5.4. Potensi, peluang dan permasalahan
Diskusi kelompok dilakukan pada saat dilakukan Participatory Rural Appraisal
PRA. PRA merupakan cara belajar dari dan dengan masyarakat untuk menemukan, menganalisis, mengevaluasi kendala dan peluang pengembangan
pertanian di wilayah setempat. PRA dilaksanakan dengan teknik wawancara langsung dengan kelompok focus group discussion yang terdiri dari kelompok
tani, tokoh masyarakat, PPL, aparat desa, dan stakeholders yang dilaksanakan di empat tempat.
4.6. Formulasi Rekomendasi Kebijakan
Formulasi rekomendasi kebijakan untuk menyusun model peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan
Pulau Sebatik dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif. Analisis prospektif digunakan untuk mendapatkan skenario rekomendasi kebijakan
peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat, dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem.
4.7. Analisis Data
Analisis data meliputi: a analisis kesesuaian lahan, b analisis kesenjangan produktivitas lahan, c analisis kendala produktivitas lahan, d
analisis ekonomi [kelayakan finansial], e analisis keberlanjutan, f analisis kebutuhan stakeholders, dan g analisis prospektif. Analisis yang dilakukan dan
keterkaitannya dengan tujuan dan keluaran yang diharapkan secara rinci tertera pada Tabel 7.
42
Analisis kesesuaian lahan
Analisis kesesuaian lahan disusun untuk mendapatkan kesesuaian penggunaan lahan tanaman kakao melalui pendekatan sistem matching atau
kecocokan antara kualitas dan sifat-sifat tanah land qualitiesland characteristics
dengan kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman kakao Djaenudin et al., 2000.
Analisis kesenjangan Analisis kesenjangan gap analysis bertujuan mengetahui kesenjangan
antara produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat kondisi saat ini eksisting dengan produktivitas lahan yang diharapkan optimal. Hasil analisis kesenjangan
digunakan untuk mengidentifikasi kendala dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian Tarmizi et al. 2006, bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal pada perkebunan kelapa sawit dibutuhkan praktek pengelolaan tanah
yang baik berdasarkan kesenjangan antara produktivitas hasil eksisting dan yang diharapkan.
Analisis kendala
Analisis ini dilakukan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di Pulau
Sebatik, dengan menggunakan metode ISM Eriyatno dan Sofyar, 2007; Marimin, 2004.
Data dan informasi yang dikumpulkan adalah: a informasi pengelolaan lahan secara umum, antara lain luas kepemilikan lahan, lokasi, jenis pengelolaan
lahan, status kepemilikan, kemiringan lahan, dan sistem pertanaman, b Local Ecological Knowledge LEK
dalam menerapkan teknik budidaya dan pengelolaan lahan, pengetahuan dan pengalaman petani dalam mengelola lahan
untuk budidaya tanaman, c jenis komoditas yang diusahakan tanaman semusim, tahunan dan ternak, d program pembangunan pertanian di kawasan perbatasan,
e potensi dan kendala pengembangan komoditas unggulan pertanian dari berbagai dimensi atau aspek keberlanjutan, serta f jumlah dan jenis lembaga
yang ada, serta aktivitasnya.
43
Tabel 7. Keterkaitan antara tujuan penelitian, kegiatan, data yang diperlukan, analisis data, dan keluaran yang diharapkan.
No Tujuan Kegiatan
Sumber Data Analisis Data
Keluaran Yang Diharapkan
1. Evaluasi kesesuaian
penggunaan lahan untuk tanaman kakao
Analisis tanah Evaluasi kesesuaian
lahan Sampel tanah, topografi, hidrologi,
vegetasi dan iklim Informasi pengelolaan lahan secara
umum, jenis komoditas yang diusahakan
Analisis laboratorium Evaluasi lahan, Automated
Land Evaluation System ALES
. Sifat fisik, kimia dan biologi
tanah Kelas kesesuaian lahan untuk
tanaman kakao Survei lapangan
Biofisik dan sosial ekonomi kawasan perbatasan Pulau Sebatik
Deskriptif Analisis kesenjangan gap
analysis Data sumberdaya lahan
Produktivitas lahan kondisi eksisting dan yang diharapkan
Identifikasi responden Responden stakeholders di lokasi
penelitian Responden pakarahli
FGD Variabel-variabel kunci
peningkatan produktivitas lahan Analisis kendala
Informasi pengelolaan lahan untuk perkebunan kakao rakyat
Kelembagaan jumlah, jenis, aktivitas ISM
Kendala, kebutuhan dan lembaga yang terlibat
Kelembagaan usahatani yang diperlukan
2. Komponen-komponen
peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan
Analisis ekonomi Skala usahatani, pengeluaran biaya
usahatani, perkembangan tingkat harga komoditi, suku bunga Bank, besarnya
PBB pajak bumi dan bangunan BC ratio, NVP Net
Present Value , IRR
Internal Rate of Return, kebutuhan hidup layak
Tingkat kelayakan usahatani kakao
3. Rekomendasi kebijakan
peningkatan produktivitas lahan
Analisis keberlanjutan Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap keberlanjutan RAP-COCOA SEBATIK
MDS Indeks dan status keberlanjutan
Analisis kebutuhan stakeholders
Sosial ekonomi dan stakeholders Prospektif
Faktor-faktor kunci Rancangan
rekomendasi kebijakan Data-data analisis setiap sub kegiatan
Hasil alternatif rancangan rekomendasi kebijakan
Gabungan analisis antar sub analisis kegiatan
Pilihan skenario rekomendasi kebijakan
44
Analisis ekonomi
Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung BC-ratio, nilai tunai bersih Net Present Value, Internal Rate of Return IRR. Data yang diperlukan
antara lain skala penggunaan lahan, pengeluaran biaya produksi, luas kawasan budidaya, perkembangan tingkat harga komoditas, kredit usahatani dan suku
bunga bank, dll. Data kondisi sosial ekonomi diperoleh melalui wawancara terstruktur terhadap responden yang dipilih secara acak dengan menggunakan
bantuan kuesioner.
Analisis keberlanjutan
Metode analisis yang digunakan adalah Multi Dimensional Scaling MDS yang disebut dengan RAP-COCOA SEBATIK Rapid Appraisal for Cocoa on
SEBATIK Island, merupakan modifikasi dari RAPFISH Rapid Appraisal
Technique for Fisheries yang digunakan oleh University of British Columbia,
Canada. Metode ini digunakan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan serta untuk mengindentifikasi atribut-atribut yang paling sensitif dari masing-masing
dimensi keberlanjutan melalui leverage analysis. Teknik ordinasi RAP-COCOA SEBATIK
dengan metode MDS dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu 1 penentuan atribut pada setiap dimensi keberlanjutan dan mendefinisikannya
melalui kajian pustaka dan pengamatan lapangan. Bagan proses aplikasi RAP- COCOA SEBATIK
selengkapnya tertera pada Gambar 6. Penelitian ini mencakup 62 atribut pada 6 dimensi yang dianalisis, yaitu 13 atribut dimensi ekologi, 9
atribut dimensi ekonomi, 13 atribut dimensi sosial budaya, 9 atribut dimensi infrastruktur dan teknologi, 9 atribut dimensi hukum dan kelembagaan, serta 9
atribut dimensi pertahanan dan keamanan; 2 penilaian setiap atribut dalam skala
ordinal skoring berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan pendapat para pakar; 3 analisis ordinasi untuk menentukan posisi status keberlanjutan pada
setiap dimensi dalam skala indeks keberlanjutan; 4 menilai indeks dan status keberlanjutan pada setiap dimensi; 5 melakukan sensitivity analysis leverage
analysis untuk menentukan peubah yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan,
dan; 6 analisis Monte Carlo untuk memperhitungkan dimensi ketidakpastian Kavanagh, 2001; Pitcher dan David, 2001. Skala indeks keberlanjutan sistem
yang dikaji mempunyai selang 0 - 100 persen, seperti tertera pada Tabel 8.
45
Tabel 8. Kategori indeks status keberlanjutan perkebunan kakao rakyat
Nilai indeks Kategori
0,00 - 25,00 Buruk tidak berkelanjutan
25,01 - 50,00 Kurang kurang berkelanjutan
50,01 - 75, 00 Cukup cukup berkelanjutan
75,01 - 100,00 Baik berkelanjutan
Pada analisis dengan menggunakan MDS juga dilakukan analisis leverage, analisis Monte Carlo, penentuan nilai stress dan koefisien determinasi R
2
. Analisis leverage dilakukan untuk mengetahui atribut yang sensitif dan intervensi
yang perlu dilakukan. Atribut yang sensitif diperoleh berdasarkan hasil analisis leverage
yang terlihat pada perubahan Root Mean Square RMS ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan RMS, maka semakin sensitif peranan atribut
tersebut terhadap peningkatan status keberlanjutan.
Gambar 6. Bagan proses aplikasi RAP-COCOA SEBATIK dimodifikasi dari Alder et al. 2000; Fauzi dan Anna 2005
Start
Review atribut berbagai kategori dan skoring kriteria
Identifikasi dan pendefinisian produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat
didasarkan kriteria yang konsisten
Penilaian skor setiap atribut Multidimensional Scaling Ordination
untuk setiap atribut
Analisis Monte Carlo analisis ketidakpastian
Analisis Leverage analisis anomali
Analisis keberlanjutan sustainability assessment
46
Analisis Monte Carlo digunakan untuk menduga pengaruh galat pada selang kepercayaan 95 persen. Nilai indeks Monte Carlo ini dibandingkan dengan
indeks MDS . Nilai stress dan koefisien determinasi R
2
berfungsi untuk mengetahui perlu tidaknya penambahan atribut, dan mencerminkan keakuratan
dimensi yang dikaji dengan keadaan yang sebenarnya. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan 2 titik yang berdekatan terhadap titik asal ordinasi. Penentuan jarak
dalam MDS berdasarkan pada Euclidian Distance Fauzi dan Anna, 2005. Dalam ruang berdimensi n persamaannya adalah:
...
2 2
1 2
2 1
2 2
1
+ −
+ −
+ −
= z
z y
y x
x d
4 Ordinasi dari obyek atau titik kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak
Euclidian d
ij
dari titik i ke titik j dengan titik asal δ
ij
.
α βδ
ε
5 Untuk meregresikan persamaan di atas, digunakan metode least squared
bergantian berdasarkan akar Euclidian Distance square distance atau disebut dengan metode ALSCAL Fauzi dan Anna, 2005. Metode ini mengoptimalkan
jarak kuadrat squared distance=d
ijk
terhadap data kuadrat titik asal=O
ijk
. Dalam tiga dimensi i,j,k disebut S-Stress, sesuai dengan persamaan:
=
− =
m k
i j
ijk i
j ijk
ijk m
o
o d
S
1 4
2 2
2 1
6
Jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian, sesuai dengan persamaan:
2 2
− =
x x
d
ja ia
ijk
wka 7
Goodness of fit dalam MDS mengukur ketepatan konfigurasi dari suatu
titik yang dapat mencerminkan data aslinya. Goodness of fit mencerminkan besaran nilai S-Stress dari R
2
. Nilai S-Stress yang rendah menunjukkan good fit, sedangkan nilai S-Stress yang tinggi menunjukkan sebaliknya Fauzi dan Anna,
2005; Malhotra, 2006. Menurut Kavanagh dan Pitcher 2004, model yang baik
47
hasil analisis cukup baik jika nilai S-stress kurang dari 0,25 S 0,25, dan R
2
mendekati 1 100. Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat
divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan metode rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai
indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0 buruk dan 100 baik. Jika sistem
yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50, maka sistem dikatakan berkelanjutan sustainable, dan tidak berkelanjutan
jika nilai indeks kurang dari 50. Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 7.
Buruk Baik
100
Gambar 7. Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan dalam skala ordinasi
pada dua titik ekstrim buruk 0 dan baik 100 Nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat divisualisasikan dalam
bentuk diagram layang-layang kite diagram seperti tertera pada Gambar 8.
20 40
60 80
100 Ekologi
Ekonomi
Sosial Budaya Infrastruktur
Teknologi Hukum dan
Kelembagaan Hankam
Gambar 8. Ilustrasi diagram layang-layang indeks keberlanjutan
48
Hasil analisis tersebut diperoleh pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor karena kesalahan
pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis
MDS yang berulang-ulang, kesalahan input data atau ada data yang hilang dan
tingginya nilai stress. Nilai stress dapat diterima jika nilainya 25 Kavanagh dan Pitcher, 2004. Untuk mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai
ordinasi digunakan analisis Monte Carlo, yaitu metode simulasi statistik untuk mengevaluasi efek dari random error pada proses pendugaan, serta untuk
mengestimasi nilai yang sebenarnya.
Analisis kebutuhan stakeholders
Analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam sistem peningkatan produktivitas lahan
berkelanjutan dari semua stakeholders yang terlibat. Setelah mendapatkan data pendukung untuk penetapan kebutuhan dasar yang diperoleh berdasarkan analisis
kebutuhan stakeholders, selanjutnya diperkirakan kebutuhan setiap stakeholders. Analisis prospektif
Analisis prospektif digunakan untuk mendapatkan skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan
perbatasan Pulau Sebatik pada masa yang akan datang, dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem. Analisis prospektif
bertujuan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Analisis prospektif dilakukan melalui
tiga tahap yaitu 1 mengindentifikasi faktor kunci di masa depan, 2 menentukan tujuan, strategis dan kepentingan pelaku utama, dan 3 mendefinisikan dan
mendeskripsikan evolusi kemungkinan di masa depan dan menentukan strategi secara berkelanjutan sesuai dengan sumberdaya yang ada.
Penentuan faktor-faktor kunci dalam analisis prospektif ini dilakukan dengan menggabungkan faktor-faktor kunci yang sensitif berpengaruh terhadap
kinerja sistem hasil analisis keberlanjutan dan faktor kunci yang diperoleh dari
49
analisis kebutuhan need analysis. Selanjutnya hasil penggabungan faktor kunci disusun keadaan state yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois 2007 yaitu a menerangkan tujuan, b melakukan identifikasi kriteria, c mendiskusikan
kriteria yang telah ditentukan, d analisis pengaruh antar faktor, e merumuskan kondisi faktor, f membangun dan memilih skenario, serta g implikasi skenario.
Pengaruh antar faktor diberikan skor oleh pakar dengan menggunakan pedoman analisis prospektif, seperti tertera pada Tabel 9. Pengaruh antar faktor
diisi sesuai dengan pedoman analisis prospektif adalah sebagai berikut: 1. Jika faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika ya
diberi nilai 0. 2. Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya
diberi nilai 3. 3. Jika tidak, baru dilihat apakah pengaruhnya kecil = 1, atau
pengaruhnya sedang = 2. Tabel 9. Pedoman penilaian analisis prospektif
Skor Keterangan
Tidak ada pengaruh 1
Berpengaruh kecil 2
Berpengaruh sedang 3
Berpengaruh sangat kuat Sumber: Hardjomidjojo 2006
Selanjutnya pengaruh antar faktor disusun menggunakan matrik seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh antar faktor peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik
Dari
↓ ↓
↓ ↓
Terhadap A
B C
D E
... A
B C
D E
... Sumber: Bourgeois 2007
50
Untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan di masa depan yang terbaik dapat ditentukan berdasarkan hasil penentuan elemen-elemen kunci di
masa depan dari berbagai faktor atau elemen-elemen yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao
rakyat. Cara menentukan elemen kunci tertera pada Gambar 9.
Gambar 9. Penentuan elemen kunci peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat Bourgeouis dan
Jesus, 2004; Hardjomidjojo, 2006; Bourgeois, 2007
Berdasarkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap sistem, maka dibangun keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dari faktor-faktor tersebut
sebagai alternatif menyusun skenario. Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi di masa depan pada peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan
kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik
Faktor Keadaan yang mungkin terjadi
1 1A
1B 1C
2 2A
2B 2C
3 3A
3B 3C
... n
nA nB
nC
Faktor penentu INPUT
Faktor penghubung STAKE
Faktor bebas UNUSED
Faktor terikat OUTPUT
51
Selanjutnya berdasarkan hasil dari Tabel 11 dibangun skenario rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk
perkebunan kakao rakyat, dengan beberapa kemungkinan skenario di masa depan seperti disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil analisis skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik
Skenario Uraian
Urutan Faktor
1 Bertahan pada kondisi seperti
saat ini, dengan perbaikan terbatas
................................................. 2
Melakukan perbaikan, tetapi tidak maksimal
................................................. 3
Melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terpadu
.................................................
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Keragaan Pertanian 5.1.1. Usaha Tani Kakao Rakyat
Berdasarkan kondisi lahan, keragaan tanaman dan produktivitas hasil dari beberapa lokasi penelitian dapat diketahui bahwa faktor pembatas produktivitas
lahan antara lain adalah bahaya erosi dan retensi unsur hara. Erosi menjadi faktor pembatas, karena lahan yang diusahakan untuk pengembangan tanaman kakao
umumnya tidak atau kurang menerapkan tindakan konservasi tidak membuat teras, tidak ada tanaman penutup tanah. Meskipun serasah tanaman digunakan
untuk menutup tanah namun tidak dilakukan secara baik ada yang tertutup dan tidak, sehingga akan mengakibatkan hara tanah di lapisan atas mudah terbawa ke
bagian bawah. Luas lahan yang digunakan untuk usahatani di Pulau Sebatik berkisar
antara 2 – 5 ha KK
-1
, merupakan kebun milik sendiri dan umumnya diusahakan untuk perkebunan kakao, dan tanaman lainnya seperti lada, kopi, kelapa, pisang,
dan mangga. Sebagian besar petani berusahatani kakao dengan luas lahan garapan rata-rata sekitar 2 - 3 ha. Umur rata-rata tanaman kakao di Pulau Sebatik
umumnya lebih dari 20 tahun, sehingga tanpa pemeliharaan yang optimal produktivitas hasilnya akan semakin menurun. Produktivitas hasil kakao di Pulau
Sebatik cenderung menurun, dengan produktivitas hasil kondisi eksisting dalam bentuk biji berkisar antara 500 - 900 kg ha
-1
th
-1
. Produktivitas hasil kakao tersebut di bawah potensi produksi yang diharapkan, yaitu 1.250-1.550 kg ha
-1
th
-1
Wahyudi dan Rahardjo, 2008. Relatif rendahnya produktivitas hasil kakao rakyat dari kawasan ini antara lain disebabkan oleh penggunaan bahan tanam
asalan kurang baik, umur tanaman yang sudah tua 20 tahun, penguasaan teknologi budidaya yang masih rendah atau belum optimal, dan serangan hama
penyakit terutama penggerek buah kakao dan busuk buah. Pekebun kakao di Pulau Sebatik ini sebelumnya adalah sebagai tenaga
kebun kakao di Sabah-Malaysia 15 - 30 tahun yang lalu. Pengalaman mereka bekerja di Malaysia adalah yang diterapkan untuk pengembangan kakao di Pulau
Sebatik, mulai dari persiapan lahan hingga pascapanen. Dalam hal mutu hasil, komoditas perkebunan ini umumnya masih di bawah standar yang ditetapkan.