Faktor Kunci Keberlanjutan HASIL DAN PEMBAHASAN

107

5.9. Faktor Kunci Keberlanjutan

Skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat diperoleh berdasarkan faktor kunci keberlanjutan hasil analisis RAP- COCOA SEBATIK MDS yang menggambarkan kondisi eksisting saat ini, dan analisis kebutuhan stakeholders yang menggambarkan kondisi yang diharapkan pada masa yang akan datang. Faktor-faktor kunci tersebut diperoleh berdasarkan integrasi penggabungan antara analisis keberlanjutan dan analisis kebutuhan stakeholders . Hasil analisis gabungan berdasarkan tingkat kepentingan antara analisis keberlanjutan dan analisis kebutuhan diperoleh 15 faktor kunci yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kerja sistem, yaitu 8 faktor kunci dari analisis keberlanjutan dan 7 faktor kunci dari analisis kebutuhan stakeholders. Faktor atau atribut dari kedua hasil analisis yang mempunyai kesamaan digabung, sehingga diperoleh 14 faktor kunci dan selanjutnya dilakukan analisis prospektif untuk memperoleh atau menentukan faktor yang paling dominan. Hasil selengkapnya tertera pada Tabel 30. Tabel 30. Gabungan faktor-faktor kunci yang mempunyai pengaruh besar Faktor-faktor atribut sensitif atau kunci No Analisis keberlanjutan Analisis kebutuhan stakeholders 1. Rata-rata umur tanaman Umur tanaman peremajaan 2. Tingkat serangan hama dan penyakit 3. Daya saing kakao 4. Tindakan pemupukan 5. Penguasaan teknologi usahatani 6. Sarana dan prasarana jalan 7. Lembaga keuangan mikro LKM 8. Sarana dan prasarana Hankam 9. Rata-rata umur petani 10. Status lahan 11. Ketergantungan pasar Malaysia 12. Industri pengolahan 13. Sarana produksi pertanian 14. Sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah Hasil analisis gabungan diperoleh 10 faktor kunci dominan atau utama Gambar 32, yaitu a rata-rata umur tanaman, b tingkat serangan hama dan penyakit, c daya saing kakao, d tindakan pemupukan, e penguasaan teknologi usahatani, f sarana dan prasarana hankam, g lembaga keuangan mikro, h industri pengolahan, i sarana produksi pertanian, dan j sinkronisasi kebijakan 108 pusat dan daerah. Faktor-faktor kunci utama tersebut digunakan sebagai dasar dalam menyusun skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat. Gambar 32. Pengaruh dan ketergantungan antar faktor pengungkit, gabungan antara analisis keberlanjutan dengan analisis kebutuhan stakeholders Deskripsi keadaan dari masin-masing faktor dominan berdasarkan hasil analisis gabungan antara analisis keberlanjutan pengaruh antar faktor dan analisis kebutuhan perubahan yang diinginkan adalah sebagai berikut: a Sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan Hankam Pulau Sebatik merupakan salah satu pulau terluar dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Masalah pertahanan dan keamanan menjadi sangat penting, karena berkaitan dengan kedaulatan dan keutuhan wilayah negara. Sebagai wilayah yang berbatasan darat dan laut dengan negara tetangga, sarana dan prasarana pertahanan keamanan sangat dibutuhkan untuk menjaga keamanan dan kedaulatan Pulau Sebatik. Pos-pos pengawasan perbatasan PAMTAS di Pulau Sebatik saat ini telah disiapkan dan dibangun, namun jumlahnya hanya 4 titik masih terbatas dan belum sesuai dengan keperluan pertahanan keamanan serta belum didukung oleh alat pertahanan yang memadai. Selain itu batas atau patok perbatasan antar negara terutama di darat belum jelas dan akan bisa memicu perebutan tapal batas negara, seperti yang terjadi selama ini terutama di wilayah laut. Sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan di kawasan perbatasan ini Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 109 perlu ditambah untuk memberikan suasana kondusif dan ketenangan masyarat dalam berusahatani kakao di Pulau Sebatik. Pada masa yang akan datang kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor kunci ketersediaan sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan yaitu a tetap seperti kondisi saat ini atau hanya tersedia sedikit dan tidak memadai, b sarana dan prasarana hankam cukup tersedia namun belum memadai, c sarana dan prasarana hankam tersedia, lengkap dan cukup memadai. b Sikronisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah Kebijakan pemerintah pusat dan daerah untuk pengembangan kawasan perbatasan hingga saat ini belum dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan posisi strategis kawasan perbatasan. Kebijakan pusat dan daerah belum dikoordinasikan dengan baik, yang terlihat dari lambatnya perkembangan pembangunan di semua sektor dan belum secara jelas arah serta tujuan pembangunan kawasan perbatasan Pulau Sebatik. Menurut Chairil 2008, hingga saat ini sinkronisasi antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah di kawasan perbatasan masih kurang dab belum berjalan dengan baik. Kebijakan pengembangan pertanian yang dilakukan oleh pusat selama ini lebih bersifat umum dan kurang memperhatikan kebutuhan wilayah setempat. Pada saat ini, yang menjadi persoalan mendesak adalah kebijakan pengembangan kakao yang komprehensif, terintegrasi dan holistik dengan melihat persoalan dari berbagai aspek. Kebijakan tersebut antara lain perlu memperhatikan potensi, kendala, keunggulan komparatif, pembinaan dan pengembangan kelembagaan berdasarkan kondisi spesifik wilayah. Pada masa yang akan datang kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor kunci sinkronisasi antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah adalah: a kebijakan pemerintah pusat dan daerah tetap seperti saat ini atau tidak sinkron, b kebijakan pusat dan daerah kurang sinkron dan sesuai kebutuhan kawasan perbatasan, dan c kebijakan pusat dan daerah dilakukan dengan baik sinkron dan sesuai dengan kebutuhan wilayah. 110 c Penguasaan dan penerapan teknologi budidaya dan pascapanen Masalah utama yang sering dihadapi dalam pengembangan kakao di Indonesia, termasuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik adalah sumberdaya manusia yang terbatas atau kurang. Lebih dari 90 persen petani kakao memiliki pengetahuan yang kurang mengenai teknologi budidaya dan pascapanen. Mereka hanya mendapatkan keahlian bercocok tanam yang diwariskan dari pendahulu mereka atau dari pengalaman bekerja di perkebunan kakao di Malaysia. Menurut Dicky et al. 2008, keberhasilan memajukan kawasan perbatasan harus didukung oleh teknologi yang mampu meningkatkan kesejahteraan, baik secara fiansial maupun rasa kebanggaan menjadi rakyat, bangsa dan negara Indonesia. Pada masa yang akan datang kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor kunci keberhasilan atribut ini yaitu a penguasaan dan penerapan teknologi tetap seperti saat ini atau sangat rendah, b penguasaan dan penerapan teknologi sedang serta ramah lingkungan, c penguasaan dan penerapan teknologi tinggi serta ramah lingkungan. d Sarana produksi pertanian Sarana produksi saprodi pertanian untuk usahatani kakao rakyat relatif sulit diperoleh, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah yang jauh dari ibu kota kecamatan dan yang akses jalannya belum baik. Kios sarana produksi belum ada di wilayah pengembangan kakao dan mereka membeli sarana produksi pupuk ke distributor lewat kelompok tani di ibu kota kecamatan Sebatik, atau langsung ke pasar di Aji kuning. Kios sarana produksi pertanian perlu diupayakan untuk dikembangkan terutama pada wilayah pengembangan kakao di Pulau Sebatik yang selama ini belum ada kios saprodi karena lokasinya yang jauh dari ibu kota kecamatan atau pusat perdaganganpasar kecamatan. Selain itu program penataan distribusi pupuk dan penyediaan sarana produksi pertanian perlu disesuaikan dengan jumlah dan jenis yang dibutuhkan. Kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor kunci keberadaan sarana produksi pertanian yaitu a seperti saat ini atau kios saprodi 111 ada tetapi tidak memadai dan belum tersebar di kawasan pengembangan kakao, b kios sarana produksi tersedia tetapi sulit dijangkau oleh petani karena jaraknya relatif jauh dari lokasi kebun, c kios sarana produksi tersedia hampir di semua wilayah pengembangan kakao dan mudah dijangkau. e Lembaga Keuangan Mikro LKM Kelembagaan keuangan mikro yang dapat membantu petani dalam usahatani kakao di kawasan ini belum berkembang. Keberadaan LKM sangat dibutuhkan oleh petani untuk mendapatkan modal dan diharapkan akan dapat membantu menyalurkan kredit untuk keperluan usahatani kakao terutama pupuk dan obat-obatan. Pada masa yang akan datang kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor kunci ketersediaan lembaga keuangan mikro LKM yaitu a tetap seperti saat ini atau LKM tidak ada, b LKM ada dan tidak optimal, c LKM ada dan berjalan optimal. f Tindakan pemupukan Pemupukan hingga saat ini jarang dilakukan oleh petani karena beberapa alasan yaitu harga pupuk relatif mahal, pupuk sulit diperoleh, stok di distributor Pulau Sebatik terbatas, dan jumlah serta jenis pupuk belum sesuai dengan kebutuhan. Pupuk yang digunakan antara lain adalah Urea, SP-36, KCl dan NPK, serta pupuk dari Malaysia Sebatian Biru, Baja Sebatian, Nitrophoska dengan dosis yang bervariasi sesuai dengan ketersediaan pupuk di distributor atau pasar, dan ketersediaan modal. Tanaman kakao umumnya setelah berumur 3 tahun mulai berbunga atau berbuah, dan umumnya setelah berbuah petani melakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan setelah panen raya besar yaitu bulan April- Mei. Pada masa yang akan datang kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor kunci tindakan pemupukan tanaman kakao yaitu a tetap seperti saat ini atau tidak dilakukan pemupukan, b dilakukan pemupukan tetapi tidak optimal atau tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, c dilakukan pemupukan dan sesuai dengan rekomendasi. 112 g Umur tanaman kakao Umur rata-rata tanaman kakao di Pulau Sebatik umumnya lebih dari 20 tahun, padahal umur kakao produktif pada kisaran umur 10 - 15 tahun dan akan mengalami penurunan produksi pada umur 20 - 25 tahun. Dengan demikian tanpa pemeliharaan yang optimal dan dilakukan peremajaan tanaman, maka produktivitas hasilnya akan semakin menurun. Pada masa yang akan datang kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor kunci umur tanaman yaitu a kondisi tetap seperti saat ini atau tidak dilakukan peremajaan, b dilakukan peremajaan sebagian dan tanaman yang rusak tidak diganti, c diremajakan sebagian dan tanaman yang rusak diganti dengan tanaman unggul baru. h Serangan hama dan penyakit Hama penyakit utama pada tanaman kakao yang sering muncul dan merugikan petani adalah Penggerek Buah Kakao PBK, Conoppomorpha cramerella dan penghisap buah Helopeltis spp.. Hama PBK dapat menurunkan produksi kakao lebih dari 80 persen bila tidak dilakukan pengendalian sama sekali, sedangkan hama penghisap buah mengakibatkan penurunan produksi lebih dari 60 persen Puslitkoka, 2008. Hama lain yang sering menyerang tanaman kakao adalah belalang Valanga nigricornis, ulat jengkal Hypsidra talaka Walker, kutu putih Planoccos lilaci, dan penggerek batang Zeuzera sp.. Penyakit yang sering ditemukan yaitu jamur upas, jamur akar yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium thebromae dan penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytoptera palmivora. Cara penanggulangan hama PBK adalah dengan menggunakan plastik sarungisasikondomisasi. Untuk tanaman kakao yang terserang penggerek buah, petani telah menerapkan pencegahan dengan melakukan pembungkusan sejak buah masih kecil. Penghisap buah cukup merugikan petani hampir di seluruh wilayah penelitian, terutama pada wilayah yang pemeliharaannya kurang baik. Puslitkoka 2008 melaporkan bahwa Semut Hitam Dolichoderus thoracicus merupakan cara pengendalian biologi yang memiliki prospek untuk dikembangkan dengan biaya relatif murah, aman bagi lingkungan dan berkesinambungan. 113 Pada masa yang akan datang kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor kunci serangan hama penyakit yaitu a kondisi tetap seperti saat ini dan fuso 10 persen, b ada serangan sedang - berat 10 persen, c serangan berat 10 persen dan puso 10 persen, d tidak ada serangan. i Daya saing kakao Indonesia merupakan produser kakao nomor tiga terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Kakao Indonesia memiliki keunggulan tidak mudah meleleh sehingga cocok digunakan untuk blending. Kakao asal Indonesia jika difermentasi dan diolah dengan baik, maka kualitasnya bisa lebih baik daripada kakao Ghana. Namun demikian hingga saat ini daya saing kakao Indonesia asal Pulau Sebatik di pasar luar negeri Malaysia relatif rendah, yang disebabkan oleh mutu atau kualitas hasil biji kakao relatif rendah, akibat kurang optimalnya perlakuan pascapanen. Biji kakao asal Pulau Sebatik dihargai rendah, karena mutu kakao asal kawasan ini rendah yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a tanaman kakao kebanyakan telah tua 20 th, b adanya seragan penyakit VSD Vascular Streak Dieback dan hama PBK pengerek buah kakao, c biji kakao tidak difermentasi terlebih dahulu, d teknologi pascapanen masih sederhana, dan e sarana prasarana pendukung gudang, jalan usahatani, dan tempat pengolahan biji kakao kurang. Mutu biji kakao yang dihasilkan oleh petani Sebatik hingga saat ini relatif rendah karena tidak ada insentif bagi petani untuk menghasilkan mutu biji kakao yang lebih baik melalui proses fermentasi. Selama ini petani jarang atau tidak bersedia melakukan fermentasi karena beberapa alasan yaitu a fermentasi memerlukan waktu lebih lama 9 -10 hari agar hasilnya baik, sedangkan petani memerlukan uang segera sesudah panen untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, b korbanan untuk melakukan fermentasi tidak dikompensasi dengan harga jual biji kakao yang memadai. Keberhasilan dalam peningkatan daya saing kakao Indonesia tidak terlepas juga dari faktor-faktor yang mendukung, para pelaku yang terlibat di dalammya, serta sasaran atau tujuan yang ingin dicapai. Faktor utama yang dapat mendukung 114 keberhasilan dari peningkatan daya saing kakao Indonesia adalah startegi, struktur dan persaingan. Tujuan utama dari peningkatan daya saing kakao Indonesia di pasar Internasional adalah meningkatkan posisi tawar, sedangkan aktor yang paling berperan dalam meningkatkan daya saing kakao adalah pihak swasta. Oleh karena itu pada masa yang akan datang kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor kunci daya saing kakao dari Pulau Sebatik adalah: a daya saing kakao tetap seperti saat ini atau sangat rendah, b daya saing kakao relatif rendah, c daya saing kakao sedang, dan d daya saing kakao cukup tinggi. j Industri pengolahan Hingga saat ini industri pengolahan kakao skala kecil dan menengah di Pulau Sebatik belum berkembang, sehingga mengakibatkan ekspor biji kakao masih dalam bentuk produk primer. Dengan demikian nilai tambah kakao tidak diterima oleh petani, tetapi dinikmati oleh pengusaha kakao di Malaysia negara pengimpor biji kakao. Oleh karena itu peningkatan nilai tambah kakao dari kawasan ini perlu dilakukan agar pada masa yang akan datang ekspor biji kakao asal Pulau Sebatik tidak lagi berupa bahan mentah biji, tetapi dalam bentuk hasil olahan atau diversifikasi produk kakao bubuk, pasta dll. Pada masa yang akan datang kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor kunci ketersediaan industri pengolahan kakao di Pulau Sebatik adalah: a tetap seperti saat ini yaitu dengan teknologi sederhana untuk pengolahan kakao, b industri pengolahan kakao rakyat dengan teknologi sedang, dan 3 industri pengolahan kakao rakyat dengan teknologi tinggi. 115

5.10. Skenario Peningkatan Produktivitas Lahan Berkelanjutan Perkebunan Kakao Rakyat