Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Pendekatan Sistem

17 1 Kebijakan di masa lalu yang belum berpihak kepada kawasan tertinggal dan terisolir. 2 Belum adanya kebijakan dan strategi nasional pengembangan wilayah perbatasan. 3 Adanya paradigma wilayah perbatasan sebagai halaman belakang. 4 Terjadinya kesenjangan pembangunan dengan negara tetangga. 5 Sarana dan prasarana umum masih minim terbatas. 6 Tingginya angka kemiskinan dan jumlah keluarga pra-sejahtera. 7 Terisolirnya wilayah perbatasan akibat rendahnya aksesibilitas menuju wilayah perbatasan. 8 Rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Wilayah perbatasan di Propinsi Kalimantan Timur-Malaysia terbentang memanjang dari wilayah timur hingga ke barat. Panjang garis perbatasan langsung dengan negara bagian Sarawak dan Sabah Malaysia Timur sepanjang + 1.038 km, yang secara administrasi meliputi tiga kabupaten Nunukan, Malinau dan Kutai Barat dan mencakup 11 wilayah kecamatan. Pulau Sebatik merupakan salah satu kawasan perbatasan antara Kabupaten Nunukan dengan Malaysia.

2.4. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Menurut World Conservation Strategy pembangunan berkelanjutan sustainable development didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengorbankan kesanggupan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka Anonim, 1990. Konsep pembanguan berkelanjutan dapat dipandang dari tiga aspek utama yaitu ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Aspek sosial budaya dalam pembangunan berkelanjutan dapat dilihat dari pembangunan sumberdaya manusia, dimana tujuan dasar pembangunan adalah memperbesar spektrum pilihan manusia. Menurut Firdausy 1998 esensi pembangunan manusia memberikan akses yang sama terhadap kesempatan- kesempatan pembangunan dan pengembangan, baik pada masa sekarang maupun yang akan datang. Keterbatasan sumberdaya lahan untuk menyediakan kebutuhan 18 hidup manusia dapat dioptimalkan dengan pembangunan pertanian yang sesuai dengan kondisi biofisik dan daya dukung wilayah setempat. Pertanian berkelanjutan sustainable agriculture merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan sustainable development pada sektor pertanian. Menurut Gips 1986 sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi berdasarkan pertimbangan beberapa kriteria: aman menurut wawasan lingkungan, menguntungkan secara ekonomi, adil menurut pertimbangan sosial, manusiawi terhadap semua bentuk kehidupan, dan mudah diadaptasikan. Selanjutnya menurut Sutanto 2002, pertanian berkelanjutan merupakan keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam.

2.5. Pendekatan Sistem

Sistem adalah suatu perangkat elemen-elemen yang saling berhubungan atau berkaitan yang diorganisir untuk mencapai tujuan atau seperangkat tujuan Manetsch and Park, 1977. Menurut Djojomartono 1993, sistem adalah suatu gugus atau kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi dan terorganisir untuk mencapai suatu tujuan. Analisis sistem adalah serangkaian teknik yang mencoba untuk: a mengidentifikasi sifat-sifat makro dari suatu sistem, yang merupakan perwujudan karena adanya interaksi di dalam dan di antara subsistem; b menjelaskan interaksi atau proses-proses yang berpengaruh terhadap sistem secara keseluruhan sebagai akibat adanya masukan; c menduga apa yang mungkin terjadi pada sistem bila beberapa faktor yang ada dalam sistem berubah. Elemen dari sistem adalah unsur entity yang mempunyai tujuan dan realitas fisik. Pola hubungan antara dua atau lebih elemen menentukan struktur sistem. Oleh karena itu pendekatan kesisteman selalu mengutamakan kajian tentang struktur sistem, baik yang bersifat penjelasan maupun sebagai dukungan kebijakan. Menurut Soerianegara 1978, jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, maka penelitian dengan menggunakan sistem atau simulasi mempunyai banyak kelebihan, antara lain: a dapat melakukan ekperimentasi 19 terhadap suatu sistem atau ekosistem tanpa harus mengganggu atau mengadakan perlakuan terhadap sistem yang diteliti, b dapat digunakan untuk menciptakan suatu sistem yang diduga akan lebih baik dari keadaan sistem sesungguhnya yang diteliti, c dapat digunakan pada keadaan dimana ekperimen tak dapat dilakukan, d dapat melakukan penelitian yang bersifat multidisiplin dan teritegrasi yang seringkali tidak mungkin dilakukan dalam keadaan sebenarnya, serta e dari segi efisiensi dan kelayakan, analisis sistem dapat dilakukan dalam waktu singkat, biaya murah dan dengan hasil meyakinkan. Menurut Eriyatno 1999, metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum tahap sintesa rekayasa yaitu a analisis kebutuhan, b identifikasi sistem, c formulasi masalah, d pembentukan alternatif sistem, e determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik, serta f penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Pemodelan dengan interpretasi struktur Interpretive Structural Modelling- ISM merupakan salah satu teknik pemodelan yang dikembangkan untuk perencanaan kebijakan strategis. ISM adalah proses pengkajian kelompok group learning proces, dimana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang komplek dari suatu sistem melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat Eriyatno, 1998 dalam Marimin, 2004. ISM menganalisis sebuah elemen dari beberapa elemen dan menyajikan dalam bentuk grafikal dari setiap hubungan langsung dan tingkatannya. Saxena 1992 dalam Marimin 2004 menyebutkan bahwa sembilan elemen yang dapat dianalisis dengan menggunakan ISM yaitu 1 sektor masyarakat yang terpengaruh, 2 kebutuhan dari program, 3 kendala utama program, 4 perubahan yang diinginkan, 5 tujuan dari program, 6 tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, 7 aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, 8 ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai setiap aktivitas, dan 9 lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Suatu kajian menggunkan ISM, analisis dapat dilakukan terhadap semua elemen, atau hanya sebagian elemen saja, bergantung pada tujuan yang ingin dicapai dalam kajian yang dilakukan. 20

2.6. Analisis Kelayakan Ekonomi